IA MEMBUAT KITA KEMBALI INGAT PADANYA
Pernah kulihat ia sedang ptc dilayar kaca, penampilannya sederhana, dengan kaos lusuh dan tampang acak-acakan jauh dari kesan kalau ia jurnalis kawakan. Sampai aku pernah berfikir,"ah itu sih bukan wartawan...". Sampai suatu ketika, saat sedang asyik makan dengan teman-teman, orang itu muncul lagi ditv kantin, bukan mau reportase, tapi ia jadi berita utama... bagi kematiannya sendiri. Teman-teman terhenyak, kaget dengan kepergiannya yang tidak diharapkan, namun aku hanya bisa terdiam.
Kemarin malam saat kuterima beritanya untuk diedit, kulihat kepedihan keluarga yang ditinggalkan, sang istri yang menangis dipelukan karib dan anak-anaknya yang terlihat tabah. Sempat kudengar dari seorang teman yang meliput, begitu tabahnya sampai teman anaknya sempat bercanda..."bapak loe sih, biasa liputan arus mudik aja, pake liputan gam..." Dan sisulung cuma tersipu-sipu.
Saat Bang Iwan, Kadiv Pemberitaan, memaksa anak buahnya dan aku sendiri yang bukan bagian dari divisinya, untuk ikut bergabung dalam pernyataan duka, aku baru tahu bahwa ia bukan wartawan biasa. Ia sahabat bagi semua, kepergiannya, sekali lagi mengingatkan kepada teman-temanku, bahwa pekerjaan seorang jurnalis penuh dengan resiko hingga harus mempertaruhkan nyawa. Karenanya... dalam setiap kata-kata yang dilaporkan, dalam setiap gambar-gambar yang direkam, kita harus selalu mengingatNya...
Selamat menghadapNya Bang Ersa...
Semoga Allah memberikan tempat terbaik disisiNya...
(Salut buat mereka yang telah memilih profesi seorang wartawan yang seharusnya menuntut kita untuk selalu dekat padaNya...)
Tuesday, December 30, 2003
BARISAN OJEG DIPEREMPATAN CIJANTUNG
"Itu mbak yang didepan duluan..." tukang ojeg berompi merah itu memintaku untuk naik pada rekannya di baris paling depan dalam antrian ojeg yang panjang itu. Menarik, para tukang ojeg ini terlihat tertib menanti penumpang. Saat satu rekannya usai menyelesaikan tugas, ia langsung berbaris dibagian paling belakang. Pelan-pelan barisan motor itu maju kedepan, tanda seorang penumpang sudah diantarkan seorang rekan.
Seragam yang mereka gunakan juga unik, sebuah rompi dengan warna merah nge-jreng bernomor punggung. Entah nomor keanggotaan club ojeg atau sekedar buat keren-kerenan. Tapi keberadaan mereka jauh dari kesan ugal-ugalan para tukang ojeg, yang kadang suka saling serobot cari penumpang. Beda dengan para ojeg dipangkalan lainnya, barisan tertib ojeg-ojeg ini bikin perempatan indah dipandang, semoga ojeg-ojeg lain bisa menirunya.
(Tetap tertib para tukang ojeg, meskipun tempatmu mangkal kemarin digusur karena perbaikan jalan)
"Itu mbak yang didepan duluan..." tukang ojeg berompi merah itu memintaku untuk naik pada rekannya di baris paling depan dalam antrian ojeg yang panjang itu. Menarik, para tukang ojeg ini terlihat tertib menanti penumpang. Saat satu rekannya usai menyelesaikan tugas, ia langsung berbaris dibagian paling belakang. Pelan-pelan barisan motor itu maju kedepan, tanda seorang penumpang sudah diantarkan seorang rekan.
Seragam yang mereka gunakan juga unik, sebuah rompi dengan warna merah nge-jreng bernomor punggung. Entah nomor keanggotaan club ojeg atau sekedar buat keren-kerenan. Tapi keberadaan mereka jauh dari kesan ugal-ugalan para tukang ojeg, yang kadang suka saling serobot cari penumpang. Beda dengan para ojeg dipangkalan lainnya, barisan tertib ojeg-ojeg ini bikin perempatan indah dipandang, semoga ojeg-ojeg lain bisa menirunya.
(Tetap tertib para tukang ojeg, meskipun tempatmu mangkal kemarin digusur karena perbaikan jalan)
Sunday, December 28, 2003
SITUS YANG BIKIN GHIRAH MAKIN HIDUP
Kutemukan sebuah situs yang dapat membuat ghirrah kita semakin hidup. Membukanya dapat memotivasi diri untuk berkiprah lebih baik lagi, membacanya baris demi baris mengajarkan untuk rendah hati, karena apapun yang kita lakukan dalam berdakwah, ternyata belum ada apa apanya dibanding para mujahid dakwah lainnya.
Situs itu juga yang memicuku untuk belajar meliput dan menulis sebuah berita. Betapa senangnya saat kepercayaan itu datang dan mereka bersedia memasang sedikit cerita yang kusampaikan. Sebuah upaya untuk memberikan sedikit sumbangsih bagi dakwah Islam. Nah kalau kawan ada waktu, coba temukan situs itu, dengan kata kunci p-k-s di search goggle atau melirik pada link dipojok kiri. Jika kita satu tujuan, pasti kautemukan situs itu, dan pasti membuatmu kembali semangat berdakwah dijalanNya, atau sekedar menginspirasi untuk memulai berbuat sesuatu.
(Petunjuk: situs kegiatan sebuah parpol Islam di Indonesia, daerah Jakarta Timur)
Kutemukan sebuah situs yang dapat membuat ghirrah kita semakin hidup. Membukanya dapat memotivasi diri untuk berkiprah lebih baik lagi, membacanya baris demi baris mengajarkan untuk rendah hati, karena apapun yang kita lakukan dalam berdakwah, ternyata belum ada apa apanya dibanding para mujahid dakwah lainnya.
Situs itu juga yang memicuku untuk belajar meliput dan menulis sebuah berita. Betapa senangnya saat kepercayaan itu datang dan mereka bersedia memasang sedikit cerita yang kusampaikan. Sebuah upaya untuk memberikan sedikit sumbangsih bagi dakwah Islam. Nah kalau kawan ada waktu, coba temukan situs itu, dengan kata kunci p-k-s di search goggle atau melirik pada link dipojok kiri. Jika kita satu tujuan, pasti kautemukan situs itu, dan pasti membuatmu kembali semangat berdakwah dijalanNya, atau sekedar menginspirasi untuk memulai berbuat sesuatu.
(Petunjuk: situs kegiatan sebuah parpol Islam di Indonesia, daerah Jakarta Timur)
Thursday, December 25, 2003
PENJAHAT ITU DULU TEMANKU
Bank Mega kemarin nyaris kebobolan sebesar 9 Miliar. Pelakunya sebuah sindikat yang terorganisir, namun tidak terlalu cerdas. Kemarin, sewaktu kuhapus file-file usang di Newsflash, tergoda untuk melihat paket Kupas Tuntas yang menayangkan beritanya. Kata teman-teman dikantor, salah satu pelakunya teman kami dahulu saat penerimaan Batch I karyawan Trans TV, namanya Jamilah.
Kuingat Jamilah seorang gadis berparas cantik agak kearab-araban, yang suka ngerjain teman-temannya, termasuk aku. Waktu makan malam selepas training di Bumi Wiyata, sebuah band yang saat itu senang melantunkan lagu-lagu dangdut mengajak rekan-rekan Trans TV untuk ikut sumbang suara. Melihat aku sudah selesai makan, trus mau pergi kekamar, Ila dengan gaya jailnya teriak-teriak.."Lies..mbak, katanya mau nyumbang lagu..." . Kontan aku yang baru saja berdiri jadi kaget, apalagi saat sang mbak bahenol memanggil-manggil namaku..."Ayo mbak Lies, silahkan...jangan malu-malu". Yang ada aku langsung ngacir diiringi gelak tawa beberapa teman.
Kuingat Jamilah seorang gadis yang kelihatannya baik-baik saja, selepas training ia masih sempatkan telepon. Sekedar untuk mengatakan kalau uang untuk membayar tas yang dia beli dari aku sudah ditransfer, sambil tersedu sedan ia juga bilang, baru kehilangan uang 1 juta rupiah, dan menyebutkan beberapa rekan lain yang ia curigai. Aku cuma bisa bilang,"sabar ya Il..."
Kuingat Jamilah saat bikin heboh dibedeng, kantor sementara kami waktu gedung Trans TV belum jadi. Katanya ia dipecat dari Trans karena terbukti mencuri uang dari atm teman kami, jumlahnya 2,8 juta. Kamera keamanan Bank BCA menangkap basah saat ia menguras habis atm dari sahabatnya sendiri. Bahkan ia sempat mengajak teman-temannya untuk ngumpulin uang membantu sahabatnya itu.
Kuingat Jamilah saat bikin kasus dikantor teman kuliahku Conny. Saat kuliah Conny secara tidak sengaja melihat time plannerku, ia tanya apakah kenal dengan seorang gadis yang fotonya tersimpan disitu, ia menunjuk sosok Jamilah yang sedang tersenyum diantara teman-teman Batch I nya. Karena saat ini dikantornya ada masalah, semenjak Jamilah bekerja disana, laptop bosnya hilang dan beberapa rekening sejumlah 20 jutaan habis terkuras. Terakhir Jamilah kembali dipecat dari kantornya itu, namun kasusnya diselesaikan secara kekeluargaan.
Sekarang Jamilah sudah mengalami kemajuan, hanya saja ia biarkan syetan sebagai penunjuk arahnya. Kalau dulu ia single fighter, kini ia punya komplotan sendiri. Bersama beberapa rekan dan orang dalam Bank Mega, ia berupaya membobol bank itu dengan giro bilyet palsu. Sayang Bank Mega jauh lebih cerdas dari yang ia kira. Terjebaklah ia dalam drama penangkapan yang disusun Bank Mega dan aparat kepolisian. Kini jeruji besi menjadi tempat pembaringannya sehari-hari. Maaf teman, seharusnya kita bisa meniti jalan yang lebih baik, seandainya saja aku tahu masalahmu....
(Semoga Allah memberikan siraman hidayah agar Jamilah kelak bisa seindah namanya)
Bank Mega kemarin nyaris kebobolan sebesar 9 Miliar. Pelakunya sebuah sindikat yang terorganisir, namun tidak terlalu cerdas. Kemarin, sewaktu kuhapus file-file usang di Newsflash, tergoda untuk melihat paket Kupas Tuntas yang menayangkan beritanya. Kata teman-teman dikantor, salah satu pelakunya teman kami dahulu saat penerimaan Batch I karyawan Trans TV, namanya Jamilah.
Kuingat Jamilah seorang gadis berparas cantik agak kearab-araban, yang suka ngerjain teman-temannya, termasuk aku. Waktu makan malam selepas training di Bumi Wiyata, sebuah band yang saat itu senang melantunkan lagu-lagu dangdut mengajak rekan-rekan Trans TV untuk ikut sumbang suara. Melihat aku sudah selesai makan, trus mau pergi kekamar, Ila dengan gaya jailnya teriak-teriak.."Lies..mbak, katanya mau nyumbang lagu..." . Kontan aku yang baru saja berdiri jadi kaget, apalagi saat sang mbak bahenol memanggil-manggil namaku..."Ayo mbak Lies, silahkan...jangan malu-malu". Yang ada aku langsung ngacir diiringi gelak tawa beberapa teman.
Kuingat Jamilah seorang gadis yang kelihatannya baik-baik saja, selepas training ia masih sempatkan telepon. Sekedar untuk mengatakan kalau uang untuk membayar tas yang dia beli dari aku sudah ditransfer, sambil tersedu sedan ia juga bilang, baru kehilangan uang 1 juta rupiah, dan menyebutkan beberapa rekan lain yang ia curigai. Aku cuma bisa bilang,"sabar ya Il..."
Kuingat Jamilah saat bikin heboh dibedeng, kantor sementara kami waktu gedung Trans TV belum jadi. Katanya ia dipecat dari Trans karena terbukti mencuri uang dari atm teman kami, jumlahnya 2,8 juta. Kamera keamanan Bank BCA menangkap basah saat ia menguras habis atm dari sahabatnya sendiri. Bahkan ia sempat mengajak teman-temannya untuk ngumpulin uang membantu sahabatnya itu.
Kuingat Jamilah saat bikin kasus dikantor teman kuliahku Conny. Saat kuliah Conny secara tidak sengaja melihat time plannerku, ia tanya apakah kenal dengan seorang gadis yang fotonya tersimpan disitu, ia menunjuk sosok Jamilah yang sedang tersenyum diantara teman-teman Batch I nya. Karena saat ini dikantornya ada masalah, semenjak Jamilah bekerja disana, laptop bosnya hilang dan beberapa rekening sejumlah 20 jutaan habis terkuras. Terakhir Jamilah kembali dipecat dari kantornya itu, namun kasusnya diselesaikan secara kekeluargaan.
Sekarang Jamilah sudah mengalami kemajuan, hanya saja ia biarkan syetan sebagai penunjuk arahnya. Kalau dulu ia single fighter, kini ia punya komplotan sendiri. Bersama beberapa rekan dan orang dalam Bank Mega, ia berupaya membobol bank itu dengan giro bilyet palsu. Sayang Bank Mega jauh lebih cerdas dari yang ia kira. Terjebaklah ia dalam drama penangkapan yang disusun Bank Mega dan aparat kepolisian. Kini jeruji besi menjadi tempat pembaringannya sehari-hari. Maaf teman, seharusnya kita bisa meniti jalan yang lebih baik, seandainya saja aku tahu masalahmu....
(Semoga Allah memberikan siraman hidayah agar Jamilah kelak bisa seindah namanya)
SUARA SI SINCHAN
Sudah pukul 2.00 dini hari, Ibenk belum juga selesai nge-dub untuk Sportivo, padahal Newsfalshnya mau dipakai untuk Buka Mata. Aku kasih dia waktu sampai jam 3, soalnya meskipun sudah selesai edit, paket tentang Pelukis Lilin itu menurutku belum 100% rapih. Ngeliat Bang Men yang lagi serius dubbing, jadi ingat kemarin. Belakangan ini aku sering ngedubbing beberapa paket Interograsi dan Reportase Pagi, dengan suara yang kata seorang sister, suaranya Sinchan. Memang kualitas suaraku tidak seperti suara Mas2 dan Mbak2 Presenter, yang berat dan bulat itu. Suaraku unik, seperti anak kecil, ngak terlalu fals sih, tapi ya itu tadi, seperti anak kecil. Sampai-sampai ada yang julukin suaranya Sinchan.
Kalau masalah pacing dan intonasi menurutku sih lumayan, soalnya dulu aku juga pernah kuliah Olah Suara dan Penyajian sama Pak Pope Pius, itu loh yang sering ngisi suara untuk Editorial Media Indonesianya Metro TV. Cuma suara pemberian Allah itu yang ngak bisa diubah, seperti anak kecil, kata My Mom itu keturunan, soalnya suara dia juga seperti itu, kalau sudah ketemu mic, jadi seperti suara anak kecil. Kata beberapa teman kemarin, suaraku ngak masalah kalau dipake buat dubbing, ok aja, buktinya kemarin masih sering diminta ngisi buat beberapa paket.
Tapi pagi ini kok ngak ada lagi yang minta di-dub ya? Kali mereka sadar kalau suaraku agak aneh dan ngak cocok buat paket hard news. Ya ngak masalah, mau suara Sinchan kek, mau suara Nobita kek, masih bagus punya suara. Coba kalau Allah bikin aku ngak punya suara, bisu, newt apa ngak sedih? Lagipula Allah lebih tahu maksud pemberianNya itu, toh terkadang kekurangan seseorang bisa menjadi kelebihannya.
(suara-suara teruslah bersuara, tapi suarakan kebenaran dan fakta-fakta saja)
Sudah pukul 2.00 dini hari, Ibenk belum juga selesai nge-dub untuk Sportivo, padahal Newsfalshnya mau dipakai untuk Buka Mata. Aku kasih dia waktu sampai jam 3, soalnya meskipun sudah selesai edit, paket tentang Pelukis Lilin itu menurutku belum 100% rapih. Ngeliat Bang Men yang lagi serius dubbing, jadi ingat kemarin. Belakangan ini aku sering ngedubbing beberapa paket Interograsi dan Reportase Pagi, dengan suara yang kata seorang sister, suaranya Sinchan. Memang kualitas suaraku tidak seperti suara Mas2 dan Mbak2 Presenter, yang berat dan bulat itu. Suaraku unik, seperti anak kecil, ngak terlalu fals sih, tapi ya itu tadi, seperti anak kecil. Sampai-sampai ada yang julukin suaranya Sinchan.
Kalau masalah pacing dan intonasi menurutku sih lumayan, soalnya dulu aku juga pernah kuliah Olah Suara dan Penyajian sama Pak Pope Pius, itu loh yang sering ngisi suara untuk Editorial Media Indonesianya Metro TV. Cuma suara pemberian Allah itu yang ngak bisa diubah, seperti anak kecil, kata My Mom itu keturunan, soalnya suara dia juga seperti itu, kalau sudah ketemu mic, jadi seperti suara anak kecil. Kata beberapa teman kemarin, suaraku ngak masalah kalau dipake buat dubbing, ok aja, buktinya kemarin masih sering diminta ngisi buat beberapa paket.
Tapi pagi ini kok ngak ada lagi yang minta di-dub ya? Kali mereka sadar kalau suaraku agak aneh dan ngak cocok buat paket hard news. Ya ngak masalah, mau suara Sinchan kek, mau suara Nobita kek, masih bagus punya suara. Coba kalau Allah bikin aku ngak punya suara, bisu, newt apa ngak sedih? Lagipula Allah lebih tahu maksud pemberianNya itu, toh terkadang kekurangan seseorang bisa menjadi kelebihannya.
(suara-suara teruslah bersuara, tapi suarakan kebenaran dan fakta-fakta saja)
Tuesday, December 23, 2003
HADIAH TERINDAH DARI ALLAH UNTUK KAMI
Maaf, jika selama ini kami mengecewakan
Tak bisa menjadi anak yang berbakti
Dan seringkali harus membuatmu mengelus dada
Tapi percayalah, kami tak bermaksud menyakitimu.
Maaf, jika kami tak segera melaksanakan perintahmu
Tak bisa menjadi setangguhmu dahulu
Dan seringkali harus membuatmu kembali bekerja keras
Tapi percayalah, kami tak bermaksud melukaimu
Terima kasih, atas sgala jerih payahmu, atas sgala cintamu,
atas sgala kesabaran menemani kami sehari-hari
melepas kami bekerja meskipun dalam rinai hujan
memberikan kepercayaan sedemikian penuh
dalam memilih masa depan kami sendiri
Memenuhi setiap kebutuhan, meskipun harus dibayar dengan bekerja siang malam
We love you Mom, forever and always
You are the best gift that Allah ever giveD
(Happy Mother's Day from your beloved children: iin, aan, endah, dimas)
Maaf, jika selama ini kami mengecewakan
Tak bisa menjadi anak yang berbakti
Dan seringkali harus membuatmu mengelus dada
Tapi percayalah, kami tak bermaksud menyakitimu.
Maaf, jika kami tak segera melaksanakan perintahmu
Tak bisa menjadi setangguhmu dahulu
Dan seringkali harus membuatmu kembali bekerja keras
Tapi percayalah, kami tak bermaksud melukaimu
Terima kasih, atas sgala jerih payahmu, atas sgala cintamu,
atas sgala kesabaran menemani kami sehari-hari
melepas kami bekerja meskipun dalam rinai hujan
memberikan kepercayaan sedemikian penuh
dalam memilih masa depan kami sendiri
Memenuhi setiap kebutuhan, meskipun harus dibayar dengan bekerja siang malam
We love you Mom, forever and always
You are the best gift that Allah ever giveD
(Happy Mother's Day from your beloved children: iin, aan, endah, dimas)
Friday, December 19, 2003
INNER VS OUTER BEAUTY
Kalau kita ditanya apa kriteria yang harus dimiliki calon pendamping hidup kita nantinya. Biasanya salah satu kriteria yang masuk adalah appearance, the way she/he looks . Dan otomatis juga jawaban yang keluar dari mulut seorang lak-laki adalah "dia harus cantik, penampilannya ok, badannya langsing." Tidak munafik seorang wanitapun kebanyakan akan mengatakan hal yang serupa "harus ganteng, dada bidang dan tinggi". Semuanya serba penilaian fisik.
My fatherpun, mati-matian menasehati putri-putrinya supaya menjaga bobot tubuhnya, dia bilang "kalau gembrot nanti ngak ada laki-laki yang mau lho". Ada juga artis remaja dalam sebuah sitkom keluarga "Growing Pains" dahulu, yang harus dirawat karena, hanya mengkonsumsi apel saja setiap hari, demi menguruskan tubuhnya. Atau para model yang iklannya sering muncul di MTV baru-baru ini, rela kelaparan demi profesinya. Dunia itu memang ada, dimana penilaian fisik menjadi segala-galanya, bahkan dalam mencari jodoh sekalipun.
Tapi ada sebuah dunia yang sama sekali bertolak belakang. Sebuah dunia yang beberapa tahun belakangan ini kucoba selami. Dunia para ikhwan dan akhwat. Dimana banyak kulihat keajaiban terjadi disana, keajaiban yang berasal dari ketakwaan dan kerendahan hati.
Adakah di zaman ini, seorang pemuda, yang ikhlas menikahi janda berpenampilan sangat biasa, dengan dua anak, dan memiliki masalah keuangan keluarga, padahal ia sendiri masih sangat muda, 24 tahun, berpenampilan menarik dan cukup mapan? Adakah di zaman ini, seorang wanita berpendidikan sarjana, cantik, sholehah, mau menikahi seorang office boy berpenampilan biasa, dengan fisiknya yang hitam pendek? Adakah di zaman ini seorang pria berpenampilan menarik dengan wajah tampannya, bersedia menikahi seorang wanita biasa-biasa saja yang bobot tubuhnya yang berlebih?
Dalam duniaku yang baru itu, jawabannya ada, banyak. Dahulu aku sempat bertanya-tanya, how? bagaimana bisa? darimana datangnya kualitas iman seperti itu? Namun semakin memahami dunia tersebut semakin kutahu, disini inner beauty lebih berperan dibandingkan outer beauty. Pancaran keindahan inner beauty menenggelamkan outer beauty. Aku percaya pada kekuatannya, karena seringkali aku juga simpatik pada mereka yang bacaan Qur'annya begitu menyanyat hati, daripada sekedar wajah tampan yang tidak pernah tersentuh air wudhu.
Tapi mungkin akan lebih baik jika keduanya berjalan sinergi, sehingga keindahan akhlak terpancar juga melalui keindahan wajah nan rupawan. Dan jika ingin memilikinya, seseorang dengan kualitas terbaik inner baik outer beautynya, mulai sekarang kita harus menciptakan dan memancarkan inner beauty begitu pula outer beauty dalam diri kita.
(oleh-oleh for my beloved sister yang sedang menjalani prosesnya)
Kalau kita ditanya apa kriteria yang harus dimiliki calon pendamping hidup kita nantinya. Biasanya salah satu kriteria yang masuk adalah appearance, the way she/he looks . Dan otomatis juga jawaban yang keluar dari mulut seorang lak-laki adalah "dia harus cantik, penampilannya ok, badannya langsing." Tidak munafik seorang wanitapun kebanyakan akan mengatakan hal yang serupa "harus ganteng, dada bidang dan tinggi". Semuanya serba penilaian fisik.
My fatherpun, mati-matian menasehati putri-putrinya supaya menjaga bobot tubuhnya, dia bilang "kalau gembrot nanti ngak ada laki-laki yang mau lho". Ada juga artis remaja dalam sebuah sitkom keluarga "Growing Pains" dahulu, yang harus dirawat karena, hanya mengkonsumsi apel saja setiap hari, demi menguruskan tubuhnya. Atau para model yang iklannya sering muncul di MTV baru-baru ini, rela kelaparan demi profesinya. Dunia itu memang ada, dimana penilaian fisik menjadi segala-galanya, bahkan dalam mencari jodoh sekalipun.
Tapi ada sebuah dunia yang sama sekali bertolak belakang. Sebuah dunia yang beberapa tahun belakangan ini kucoba selami. Dunia para ikhwan dan akhwat. Dimana banyak kulihat keajaiban terjadi disana, keajaiban yang berasal dari ketakwaan dan kerendahan hati.
Adakah di zaman ini, seorang pemuda, yang ikhlas menikahi janda berpenampilan sangat biasa, dengan dua anak, dan memiliki masalah keuangan keluarga, padahal ia sendiri masih sangat muda, 24 tahun, berpenampilan menarik dan cukup mapan? Adakah di zaman ini, seorang wanita berpendidikan sarjana, cantik, sholehah, mau menikahi seorang office boy berpenampilan biasa, dengan fisiknya yang hitam pendek? Adakah di zaman ini seorang pria berpenampilan menarik dengan wajah tampannya, bersedia menikahi seorang wanita biasa-biasa saja yang bobot tubuhnya yang berlebih?
Dalam duniaku yang baru itu, jawabannya ada, banyak. Dahulu aku sempat bertanya-tanya, how? bagaimana bisa? darimana datangnya kualitas iman seperti itu? Namun semakin memahami dunia tersebut semakin kutahu, disini inner beauty lebih berperan dibandingkan outer beauty. Pancaran keindahan inner beauty menenggelamkan outer beauty. Aku percaya pada kekuatannya, karena seringkali aku juga simpatik pada mereka yang bacaan Qur'annya begitu menyanyat hati, daripada sekedar wajah tampan yang tidak pernah tersentuh air wudhu.
Tapi mungkin akan lebih baik jika keduanya berjalan sinergi, sehingga keindahan akhlak terpancar juga melalui keindahan wajah nan rupawan. Dan jika ingin memilikinya, seseorang dengan kualitas terbaik inner baik outer beautynya, mulai sekarang kita harus menciptakan dan memancarkan inner beauty begitu pula outer beauty dalam diri kita.
(oleh-oleh for my beloved sister yang sedang menjalani prosesnya)
Tuesday, December 16, 2003
PUNGGAWA KECIL NEGERI BERTUHAN RATING
15 Desember 2003. Negeri itu merayakan kelahirannya yang ke-2. Gebyar setiap pelosok menyambutnya, seluruh penghibur nomor satu diundang keistana. Panggung dengan tata cahaya memikat dibangun didepannya. Hari ini, panglima mendapat titah sang raja untuk menyelenggarakan perhelatan meriah, undang siraja besar, gubernur yang selalu merasa benar itu, jangan lupa juga raja-raja lain disekitar kita, kita buat mereka senang, kita buat mereka bahagia.
Acara berjalan meriah dan apik, jelas saja, pelaksananya adalah pungggawa-punggawa muda yang energik dan penuh kreatifitas. Bahkan dendang I'Tiraf sang sufi sempat terdengar diakhir acara, meski ditutup kembali dengan gebyar dendang penghibur lain yang menenggelamkannya. Pancaran semangat para punggawa saat count down membuka acara, sempat menggoda hati untuk ikut terlibat didalamnya. Kalau tidak ingat... sebagian besar acara itu pasti hanya akan membuat hati ini tidak tenang.
Bagaimana bisa terlibat, jika Ia melarangku menyuburkan tarian-tarian jahil itu? Bagaimana bisa membantu jika itu hanya membuatku terperosok dalam pesona dunia yang begitu indah namun jauh dari akidah. Aku tak mau, saat bertugas ditengah kemegahan itu, Ia memanggilku. Meski saat itu bukan waktuku, bagaimana mengimbangkan dengan perbuatan baikku yang cuma seujung kuku?
Jadi, disinilah aku hanya menjadi punggawa istana yang tidak mendapat tugas besar itu, mengamatinya dari layar kaca. Meskipun tetap harus bersiap-siap dengan seragam istana, karena tugas lain dari negeri itu sudah menunggu. Seorang punggawa kecil, dengan tugas kecilnya, yang berusaha menghindari murka besarNya.
(Goresan seorang punggawa kecil pada negeri bertuhan rating)
15 Desember 2003. Negeri itu merayakan kelahirannya yang ke-2. Gebyar setiap pelosok menyambutnya, seluruh penghibur nomor satu diundang keistana. Panggung dengan tata cahaya memikat dibangun didepannya. Hari ini, panglima mendapat titah sang raja untuk menyelenggarakan perhelatan meriah, undang siraja besar, gubernur yang selalu merasa benar itu, jangan lupa juga raja-raja lain disekitar kita, kita buat mereka senang, kita buat mereka bahagia.
Acara berjalan meriah dan apik, jelas saja, pelaksananya adalah pungggawa-punggawa muda yang energik dan penuh kreatifitas. Bahkan dendang I'Tiraf sang sufi sempat terdengar diakhir acara, meski ditutup kembali dengan gebyar dendang penghibur lain yang menenggelamkannya. Pancaran semangat para punggawa saat count down membuka acara, sempat menggoda hati untuk ikut terlibat didalamnya. Kalau tidak ingat... sebagian besar acara itu pasti hanya akan membuat hati ini tidak tenang.
Bagaimana bisa terlibat, jika Ia melarangku menyuburkan tarian-tarian jahil itu? Bagaimana bisa membantu jika itu hanya membuatku terperosok dalam pesona dunia yang begitu indah namun jauh dari akidah. Aku tak mau, saat bertugas ditengah kemegahan itu, Ia memanggilku. Meski saat itu bukan waktuku, bagaimana mengimbangkan dengan perbuatan baikku yang cuma seujung kuku?
Jadi, disinilah aku hanya menjadi punggawa istana yang tidak mendapat tugas besar itu, mengamatinya dari layar kaca. Meskipun tetap harus bersiap-siap dengan seragam istana, karena tugas lain dari negeri itu sudah menunggu. Seorang punggawa kecil, dengan tugas kecilnya, yang berusaha menghindari murka besarNya.
(Goresan seorang punggawa kecil pada negeri bertuhan rating)
Sunday, December 14, 2003
KELAHIRAN SEBUAH HURUF
Ada banyak alasan mengapa aku putuskan untuk kembali kebangku kuliah. Salah satunya adalah mengumpulkan sebuah huruf. Sebuah huruf yang amat sederhana bentuknya tapi lahir dari sebuah perjuangan. Satu huruf yang merupakan buah dari ketekunan. Sebuah huruf yang mampu hadirkan kebahagian. Huruf itu biasanya muncul selepas pelaksanaan sebuah ujian. Ujian mental spiritual dan ujian kecerdasan.
Ujian mental dan spiritual karena pada saat itu pesertanya harus menjunjung tinggi nilai kejujuran. Mengatasi setiap masalah dengan pemikiran sendiri, tidak boleh gotong-royong atau menyalin cepat dari catatan kecil yang tersimpan apik dalam tempat pinsil atau saku kemeja. Harus dapat melawan bisikan setan yang dengan suara lembutnya membujuk kita untuk mencotek saja, atau kasak kusuk dengan tetangga sebelah.
Ujian kecerdasan karena pesertanya harus dapat menjunjung nilai ketekunan. Hanya yang mau memahami saja yang bisa menang. Hanya yang rela meluangkan waktu untuk bergumul dengan buku saja yang bisa memanfaatkan waktu, hingga tak perlu menyelesaikan terburu-buru. Kalimat demi kalimat tertoreh demikian lugas, tidak ada yang dibuat-buat, semuanya mengalir apa adanya.
Hingga saat ujian itu usai, huruf itupun terlahir kedunia. Ada yang terlahir dengan bentuk yang sederhana namun memancarkan sinar kemilauan, ada yang terlihat indah dari jauh, namun saat didekati terlihat pucat. Karena setiap huruf lahir melalui proses yang berbeda-beda. Alhamdulillah... 2 hurufku lahir dengan wajahnya yang rupawan, kehadirannya membahagiakan karena hasil dari sebuah perjuangan, perjuangan untuk memperoleh dan mengamalkan ilmuNya.
(A gift from Allah at my First day on campus after Idul Fitri break)
Ada banyak alasan mengapa aku putuskan untuk kembali kebangku kuliah. Salah satunya adalah mengumpulkan sebuah huruf. Sebuah huruf yang amat sederhana bentuknya tapi lahir dari sebuah perjuangan. Satu huruf yang merupakan buah dari ketekunan. Sebuah huruf yang mampu hadirkan kebahagian. Huruf itu biasanya muncul selepas pelaksanaan sebuah ujian. Ujian mental spiritual dan ujian kecerdasan.
Ujian mental dan spiritual karena pada saat itu pesertanya harus menjunjung tinggi nilai kejujuran. Mengatasi setiap masalah dengan pemikiran sendiri, tidak boleh gotong-royong atau menyalin cepat dari catatan kecil yang tersimpan apik dalam tempat pinsil atau saku kemeja. Harus dapat melawan bisikan setan yang dengan suara lembutnya membujuk kita untuk mencotek saja, atau kasak kusuk dengan tetangga sebelah.
Ujian kecerdasan karena pesertanya harus dapat menjunjung nilai ketekunan. Hanya yang mau memahami saja yang bisa menang. Hanya yang rela meluangkan waktu untuk bergumul dengan buku saja yang bisa memanfaatkan waktu, hingga tak perlu menyelesaikan terburu-buru. Kalimat demi kalimat tertoreh demikian lugas, tidak ada yang dibuat-buat, semuanya mengalir apa adanya.
Hingga saat ujian itu usai, huruf itupun terlahir kedunia. Ada yang terlahir dengan bentuk yang sederhana namun memancarkan sinar kemilauan, ada yang terlihat indah dari jauh, namun saat didekati terlihat pucat. Karena setiap huruf lahir melalui proses yang berbeda-beda. Alhamdulillah... 2 hurufku lahir dengan wajahnya yang rupawan, kehadirannya membahagiakan karena hasil dari sebuah perjuangan, perjuangan untuk memperoleh dan mengamalkan ilmuNya.
(A gift from Allah at my First day on campus after Idul Fitri break)
Thursday, December 11, 2003
WAJAH TARBIYAH DI TV KITA
Waktu menunjukkan pukul 5 pagi lewat 15 menit. Selepas Shubuh bagi ini, kusempatkan melihat tayangan berbagai program yang dipancarkan puluhan TV diruang preview. Saat-saat seperti ini biasanya mereka memberikan tayangan yang seragam dan sehat, acara kerohanian agama Islam. Sebagian TV menayangkan talk show, seorang presenter dengan seseorang atau beberapa orang nara sumber.
Format acaranya sama, tetapi ada beberapa persamaan lagi yang terlihat. Presenternya semua adalah orang-orang yang terjalin dalam ikatan tarbiyah, ada Tedy Snada di Trans TV yang membahas tentang Keesaan Allah, ada Bang Igo Ilham di Indosiar yang membahas ketakwaan dan Afwan "Izis" Riyadi di SCTV yang berbincang-bincang soal Infaq.
Sudah banyak senior-senior yang mendahului mereka sebelumnya, dengan menjadi nara sumber. Kini generasi mudanya mulai mendapat kepercayaan menjadi tv hostnya. Alangkah sejuknya jikalau TV kita 24 jam diisi oleh orang-orang seperti mereka. Insya Allah dengan ikhtiar dan tawakal yang tak kenal putus asa, proses itu akan terus membuahkan hasil, mewarnai media terkuat yang mampu mengubah perilaku umat.
(Jangan pernah patah semangat untuk teman-teman di TVIV)
Waktu menunjukkan pukul 5 pagi lewat 15 menit. Selepas Shubuh bagi ini, kusempatkan melihat tayangan berbagai program yang dipancarkan puluhan TV diruang preview. Saat-saat seperti ini biasanya mereka memberikan tayangan yang seragam dan sehat, acara kerohanian agama Islam. Sebagian TV menayangkan talk show, seorang presenter dengan seseorang atau beberapa orang nara sumber.
Format acaranya sama, tetapi ada beberapa persamaan lagi yang terlihat. Presenternya semua adalah orang-orang yang terjalin dalam ikatan tarbiyah, ada Tedy Snada di Trans TV yang membahas tentang Keesaan Allah, ada Bang Igo Ilham di Indosiar yang membahas ketakwaan dan Afwan "Izis" Riyadi di SCTV yang berbincang-bincang soal Infaq.
Sudah banyak senior-senior yang mendahului mereka sebelumnya, dengan menjadi nara sumber. Kini generasi mudanya mulai mendapat kepercayaan menjadi tv hostnya. Alangkah sejuknya jikalau TV kita 24 jam diisi oleh orang-orang seperti mereka. Insya Allah dengan ikhtiar dan tawakal yang tak kenal putus asa, proses itu akan terus membuahkan hasil, mewarnai media terkuat yang mampu mengubah perilaku umat.
(Jangan pernah patah semangat untuk teman-teman di TVIV)
Wednesday, December 10, 2003
JANGAN REMEHKAN KEKUATAN DO'A
Coba lihat anak-anak TKIT itu...
menengadahkan tangannya penuh kekhusyuan...
meminta agar saudara-saudaranya di Palestina
diselamatkan dari kesombongan Israel
Coba lihat anak-anak polos itu...
tatapan tertunduk wajahnya penuh keseriusan...
meminta agar ayah bundanya...
sekedar diberikan umur panjang, agar bisa bersama habiskan waktu
lebih lama didunia...
Coba lihat anak-anak lucu itu...
komat-kamit mulutnya penuh permohonan...
Karena mereka percaya kepada kekuatanNya
yang mampu kabulkan setiap do'a
(Teringat pada Aza, gadis kecil imut berjilbab yang lancar lafalkan do'a-do'a)
Coba lihat anak-anak TKIT itu...
menengadahkan tangannya penuh kekhusyuan...
meminta agar saudara-saudaranya di Palestina
diselamatkan dari kesombongan Israel
Coba lihat anak-anak polos itu...
tatapan tertunduk wajahnya penuh keseriusan...
meminta agar ayah bundanya...
sekedar diberikan umur panjang, agar bisa bersama habiskan waktu
lebih lama didunia...
Coba lihat anak-anak lucu itu...
komat-kamit mulutnya penuh permohonan...
Karena mereka percaya kepada kekuatanNya
yang mampu kabulkan setiap do'a
(Teringat pada Aza, gadis kecil imut berjilbab yang lancar lafalkan do'a-do'a)
JODOH DARI SYURGA
Sudah lewat seminggu kuterima sms dari seorang guru. Kupanggil ia Abi Sholeh. Dulu ia guru bagi keluargaku, sekarang ia guru bagi ayahku. Tali silaturahmi antara keluarga kami sudah terjalin begitu indah. Kehadirannya merupakan rahmat yang diberikan Allah kepada kami.
Minggu lalu ia mengirim sms, tentang keinginannya untuk membantuku mencarikan pasangan hidup, yang akan ia seleksi dari biodata murid-muridnya. Karena begitulah sistem Illahi dalam mempertemukan pasangan, ia berikan perpanjangan tangan dari seorang hambaNya, agar sebuah proses suci bernama walimah itu tidak tercemari.
Kuterima tawarannya dengan senang hati, hanya dengan satu prasyarat, aku ingin menata hati lebih baik terlebih dahulu. Ingin menjadi pribadi yang lebih matang, ingin menjadi muslimah yang dapat diandalkan anak-anak dan suaminya kelak. Jadi kuminta ia berikanku waktu untuk memperbaiki diri, sebelum masuk ke jenjang suci itu.
Karena kuingin Ia kelak memberikanku seorang jodoh dari syurga. Yang dapat menjadi patner dalam jalani segala cobaanNYa didunia, menjadi penyejuk dikala kesulitan dan menjadi penasehat dikala lalai. Dan karena jodoh dari syurga itu hanya akan Ia berikan, pada hamba-hamba pilihan yang berhati bersih, sebersih jodoh yang didatangkannya dari syurga.
(Maka Allah akan berikan wanita baik-baik pada laki-laki yang baik-baik pula...dan ia berikan wanita yang buruk pada laki-laki yang buruk pula)
Sudah lewat seminggu kuterima sms dari seorang guru. Kupanggil ia Abi Sholeh. Dulu ia guru bagi keluargaku, sekarang ia guru bagi ayahku. Tali silaturahmi antara keluarga kami sudah terjalin begitu indah. Kehadirannya merupakan rahmat yang diberikan Allah kepada kami.
Minggu lalu ia mengirim sms, tentang keinginannya untuk membantuku mencarikan pasangan hidup, yang akan ia seleksi dari biodata murid-muridnya. Karena begitulah sistem Illahi dalam mempertemukan pasangan, ia berikan perpanjangan tangan dari seorang hambaNya, agar sebuah proses suci bernama walimah itu tidak tercemari.
Kuterima tawarannya dengan senang hati, hanya dengan satu prasyarat, aku ingin menata hati lebih baik terlebih dahulu. Ingin menjadi pribadi yang lebih matang, ingin menjadi muslimah yang dapat diandalkan anak-anak dan suaminya kelak. Jadi kuminta ia berikanku waktu untuk memperbaiki diri, sebelum masuk ke jenjang suci itu.
Karena kuingin Ia kelak memberikanku seorang jodoh dari syurga. Yang dapat menjadi patner dalam jalani segala cobaanNYa didunia, menjadi penyejuk dikala kesulitan dan menjadi penasehat dikala lalai. Dan karena jodoh dari syurga itu hanya akan Ia berikan, pada hamba-hamba pilihan yang berhati bersih, sebersih jodoh yang didatangkannya dari syurga.
(Maka Allah akan berikan wanita baik-baik pada laki-laki yang baik-baik pula...dan ia berikan wanita yang buruk pada laki-laki yang buruk pula)
Tuesday, December 09, 2003
AMALAN RINGAN YANG DAPAT MENYENTUH HATI
Kemarin bertukar bacaan dengan seorang akhwat teman lama, Ratna Dewi. Sama-sama jadi pengurus OSIS waktu SMP, dan kini jalinan dakwah melalui DPRa PKS Pekayon telah mempertemukan kami kembali. Darinya kupinjam sebuah buku kecil sederhana berjudul "Sentuhan Hati Penyeru Dakwah" yang ditulis oleh Abbas As-Sisi, dan benar-benar menyentuh hati. Ternyata amalan ringanpun dapat menyentuh hati seseorang untuk berubah menjadi lebih baik, yang dibutuhkan hanya keikhlasan dan kesabaran.
Beberapa Kiat menciptakan Sentuhan Hati:
Menghafal Nama
Langkah pertama yang akan mengikat hati. Semua orang senang bila dipanggil dengan namanya atau nama yang paling ia sukai. Ia adalah tali penghimpun janji kecintaan yang dapat mengikat kembali hati-hati manusia manakala mereka berpisah.
Imam Hasan Al-Banna menyalami para pandu dengan menyebut nama mereka satu persatu. Ketika ditanya tentang hal itu, Al-Banna menjelaskan: "Dahulu, ketika saya menandatangani kaatu kepanduan setiap Al-Akh, saya hafal nama dan foto mereka."
Senyum itu shadaqah
Rasulullah SAW mengingatkan kita akan hal ini, Beliau bersabda:
"Kalian tidak dapat membahagiakan manusia dengan harta, akan tetapi mereka akan gembira dengan wajah kalian yang cerah dan akhlak yang baik."
Baris paling agung yang ada pada catatan lembar-lembar kejayaan dan keabadian Islam adalah anjuran untuk merangkul saudara anda dengan senyum yang ikhlas. Tataplah ia, jalin pertemanan yang baik, dengan perkataan lemah lembut. Sesungguhnya pengaruh sebuah kalimat yang baik itu sukar terhapus.
Berpenampilan Baik
Kebersihan serta kerapihan pakaian seorang da'i adalah ungkapan jiwanya bagi semua orang yang melihat dan menjadi objek dakwahnya. Dakwah adalah aktifitas penyampaian risalah dan prinsip, yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki kharisma dalam akhlak, perilaku dan penampilannya. Hasan Al-Banna pernah mengatakan:
" Misi utama saya bukan untuk mengarang buku. Karena sebuah buku boleh jadi hanya diletakkan diperpustakaan dan sedikit saja orang yang membacanya. Tapi pribadi seorang Al-Akh Muslim, dia adalah ibarat buku terbuka, yang kemana saja ia berjalan, maka itu adalah dakwah..."
Memandang Saudaramu
Pandangan termasuk diantara kekuatan tersembunyi dan kekuatan jiwa yang ada pada manusia. Mata aqidah tidak akan bertemu dengan kemarahan atau pelanggaran. Karena ia selalu jujur, stabil dan tidak goyah. Pandangan kasih dan cinta dapat merekatkan hati, dan memperkuat barisan seperti bangunan yang kokoh.
Sebarkan Salam
Mengucapkan salam, baik kepada orang yang anda kenal maupun tidak akan memancarkan rasa tentram, menebarkan rasa kasih sayang dan mengangatkan hubungan. BIla ditinjau dari bunyi lafadznya, salam merupakan panggilan mesra, yaitu berarti damai, rahmat dan barakah. Rasulullah bersabda:
"Kalian tidak masuk syurga, hingga kalian beriman. Dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian saya tunjukkan suatu amal yang bila dikerjakan, maka kalian akan saling mencintai? sebarkanlah salam diantara kalian."
(Semoga bermanfaat bagi para mujahid dakwah)
Kemarin bertukar bacaan dengan seorang akhwat teman lama, Ratna Dewi. Sama-sama jadi pengurus OSIS waktu SMP, dan kini jalinan dakwah melalui DPRa PKS Pekayon telah mempertemukan kami kembali. Darinya kupinjam sebuah buku kecil sederhana berjudul "Sentuhan Hati Penyeru Dakwah" yang ditulis oleh Abbas As-Sisi, dan benar-benar menyentuh hati. Ternyata amalan ringanpun dapat menyentuh hati seseorang untuk berubah menjadi lebih baik, yang dibutuhkan hanya keikhlasan dan kesabaran.
Beberapa Kiat menciptakan Sentuhan Hati:
Menghafal Nama
Langkah pertama yang akan mengikat hati. Semua orang senang bila dipanggil dengan namanya atau nama yang paling ia sukai. Ia adalah tali penghimpun janji kecintaan yang dapat mengikat kembali hati-hati manusia manakala mereka berpisah.
Imam Hasan Al-Banna menyalami para pandu dengan menyebut nama mereka satu persatu. Ketika ditanya tentang hal itu, Al-Banna menjelaskan: "Dahulu, ketika saya menandatangani kaatu kepanduan setiap Al-Akh, saya hafal nama dan foto mereka."
Senyum itu shadaqah
Rasulullah SAW mengingatkan kita akan hal ini, Beliau bersabda:
"Kalian tidak dapat membahagiakan manusia dengan harta, akan tetapi mereka akan gembira dengan wajah kalian yang cerah dan akhlak yang baik."
Baris paling agung yang ada pada catatan lembar-lembar kejayaan dan keabadian Islam adalah anjuran untuk merangkul saudara anda dengan senyum yang ikhlas. Tataplah ia, jalin pertemanan yang baik, dengan perkataan lemah lembut. Sesungguhnya pengaruh sebuah kalimat yang baik itu sukar terhapus.
Berpenampilan Baik
Kebersihan serta kerapihan pakaian seorang da'i adalah ungkapan jiwanya bagi semua orang yang melihat dan menjadi objek dakwahnya. Dakwah adalah aktifitas penyampaian risalah dan prinsip, yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki kharisma dalam akhlak, perilaku dan penampilannya. Hasan Al-Banna pernah mengatakan:
" Misi utama saya bukan untuk mengarang buku. Karena sebuah buku boleh jadi hanya diletakkan diperpustakaan dan sedikit saja orang yang membacanya. Tapi pribadi seorang Al-Akh Muslim, dia adalah ibarat buku terbuka, yang kemana saja ia berjalan, maka itu adalah dakwah..."
Memandang Saudaramu
Pandangan termasuk diantara kekuatan tersembunyi dan kekuatan jiwa yang ada pada manusia. Mata aqidah tidak akan bertemu dengan kemarahan atau pelanggaran. Karena ia selalu jujur, stabil dan tidak goyah. Pandangan kasih dan cinta dapat merekatkan hati, dan memperkuat barisan seperti bangunan yang kokoh.
Sebarkan Salam
Mengucapkan salam, baik kepada orang yang anda kenal maupun tidak akan memancarkan rasa tentram, menebarkan rasa kasih sayang dan mengangatkan hubungan. BIla ditinjau dari bunyi lafadznya, salam merupakan panggilan mesra, yaitu berarti damai, rahmat dan barakah. Rasulullah bersabda:
"Kalian tidak masuk syurga, hingga kalian beriman. Dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian saya tunjukkan suatu amal yang bila dikerjakan, maka kalian akan saling mencintai? sebarkanlah salam diantara kalian."
(Semoga bermanfaat bagi para mujahid dakwah)
Sunday, December 07, 2003
PISANG RAJASEREH DAN PISANG ULI
Pisang rajasereh dan pisang uli
Dua-duanya sama-sama pisang
tapi ternyata ada bedanya
Pisang rajasereh bisa dipakai untuk pencuci mulut
pada hantaran besek dus makan atau catering
tapi pisang uli tidak bisa
Pisang rajasereh bisa jadi pengganti pisang barangan
yang my mom biasa suruh beli di Margonda
antara 2.500 - 3.500 perak per sisirnya
bentuknya ngak mulus, tapi rasanya tetap manis
Pisang uli bukan untuk catering
hanya biasa dinikmati sendiri atau dijadiin pisang goreng
seperti pisang mas buat disajiin dimeja makan
atau parcel buah dihari raya
Meskipun tidak sama
akhirnya pisang uli terpaksa menggantikan pisang rajasereh
buat dus makan bawaan ibu-ibu pengajian kemarin
waktu slamatan kontrakan baru
karena setelah sicari-cari
pisang rajasereh dan pisang barangan sudah tak ada lagi
(Waktu debat sama my mom, kenapa pisang uli ngak bisa dipakai buat besek kemarin)
Pisang rajasereh dan pisang uli
Dua-duanya sama-sama pisang
tapi ternyata ada bedanya
Pisang rajasereh bisa dipakai untuk pencuci mulut
pada hantaran besek dus makan atau catering
tapi pisang uli tidak bisa
Pisang rajasereh bisa jadi pengganti pisang barangan
yang my mom biasa suruh beli di Margonda
antara 2.500 - 3.500 perak per sisirnya
bentuknya ngak mulus, tapi rasanya tetap manis
Pisang uli bukan untuk catering
hanya biasa dinikmati sendiri atau dijadiin pisang goreng
seperti pisang mas buat disajiin dimeja makan
atau parcel buah dihari raya
Meskipun tidak sama
akhirnya pisang uli terpaksa menggantikan pisang rajasereh
buat dus makan bawaan ibu-ibu pengajian kemarin
waktu slamatan kontrakan baru
karena setelah sicari-cari
pisang rajasereh dan pisang barangan sudah tak ada lagi
(Waktu debat sama my mom, kenapa pisang uli ngak bisa dipakai buat besek kemarin)
Thursday, December 04, 2003
TONGGAK KEBANGKITAN BOXING MARTIAL ART
Malam itu saat mata mulai terpejam, terdengar riuh rendah suara penonton dari layar kaca. Suaranya berbeda, lebih ramai, lebih seru. Terpancing kudatangi juga, ternyata Duel Maut yang ditayangkan RCTI membuat gebrakan baru, kali ini menampilkan peboxing wanita, Neng Hamidah versus Stela Maria.
Aktor laga Marcellino yang menjadi host di ring, terlihat antusias memperkenalkan peboxing wanita itu diiringi suara penonton yang terdengar semangat memberikan aplaus. Lamting dan Jesse yang jadi pemandu malam itu mengomentari berkali-kali, kalau pertandingan kali ini merupakan sebuah tonggak kebangkitan boxing martial art di Asia. Dimana wanita pertama kali bertanding meskipun masih dalam tahap eksebisi.
Hebat! Luar biasa! Dasyat!...kata-kata yang dilontarkan Lamting setiap kali hook kiri Stela Maria berhasil menghajar muka Neng Hamidah atau saat tendangan tinggi Neng Hamidah berhasil menghantam perut Stela. Bahkan pada ronde kedua Stela terpaksa beringsut kepinggir ring untuk membenarkan pelindung dadanya yang sempat terlepas.
Semua penonton berteriak, memberikan tepuk tangan, setiap kali peboxing satunya berhasil menghajar peboxing yang lain. Bahkan menurut Lamting mereka semua tidak ada yang duduk dikursi masing-masing, penonton semua berdiri memberikan support kepada keduanya hingga babak terakhir.
Akhirnya pertandingan itu usai dan Neng Hamidah tertawa bangga dengan medali yang dikalungkan dilehernya.
(Tonggak Kebangkitan atau Kemunduran?)
Malam itu saat mata mulai terpejam, terdengar riuh rendah suara penonton dari layar kaca. Suaranya berbeda, lebih ramai, lebih seru. Terpancing kudatangi juga, ternyata Duel Maut yang ditayangkan RCTI membuat gebrakan baru, kali ini menampilkan peboxing wanita, Neng Hamidah versus Stela Maria.
Aktor laga Marcellino yang menjadi host di ring, terlihat antusias memperkenalkan peboxing wanita itu diiringi suara penonton yang terdengar semangat memberikan aplaus. Lamting dan Jesse yang jadi pemandu malam itu mengomentari berkali-kali, kalau pertandingan kali ini merupakan sebuah tonggak kebangkitan boxing martial art di Asia. Dimana wanita pertama kali bertanding meskipun masih dalam tahap eksebisi.
Hebat! Luar biasa! Dasyat!...kata-kata yang dilontarkan Lamting setiap kali hook kiri Stela Maria berhasil menghajar muka Neng Hamidah atau saat tendangan tinggi Neng Hamidah berhasil menghantam perut Stela. Bahkan pada ronde kedua Stela terpaksa beringsut kepinggir ring untuk membenarkan pelindung dadanya yang sempat terlepas.
Semua penonton berteriak, memberikan tepuk tangan, setiap kali peboxing satunya berhasil menghajar peboxing yang lain. Bahkan menurut Lamting mereka semua tidak ada yang duduk dikursi masing-masing, penonton semua berdiri memberikan support kepada keduanya hingga babak terakhir.
Akhirnya pertandingan itu usai dan Neng Hamidah tertawa bangga dengan medali yang dikalungkan dilehernya.
(Tonggak Kebangkitan atau Kemunduran?)
PENGABDIAN SEORANG ISTRI
"Waktu dia bilang positif, saya sudah menebaknya, tapi itu kan sudah berlalu, tapi pas tahu saya juga positif, saya tidak bisa menerimanya, tapi mau bagaimana, ya saya pasrah saja..ini mungkin pengabdian dari seorang istri"
Mbak Yanti seorang wanita dengan HIV Positif terlihat tegar saat diwawancarai, tapi matanya tidak bisa berbohong, menyiratkan beban yang amat dalam. Ia seorang ibu rumah tangga yang sangat setia kepada suaminya, sementara suaminya sebaliknya. Melaluinya ia tertular HIV Positif, dan melalui dirinya ia menularkan HIV pada anaknya yang masih berumur 3 tahun.
Pagi itu ia tidak bisa live hadir di studio, anaknya sakit panas. Jelas saja, anak kecil lebih rentan terkena penyakit, apalagi jika ada virus HIVnya, maka akan semakin parah saja. Padahal aku sudah nantikan kehadirannya, untuk sekedar berjabat tangan, atau memeluknya, betapa ia begitu pasrah menghadapi kenyataan berat yang harus ditanggungnya. Kenyataan yang harus ia terima akibat kebiasaan buruk suaminya yang sering berganti-ganti pasangan jauh sebelum menikahinya.
Semakin terbuka, siapapun bisa mengidap HIV. Dahulu waktu sempat mendatangi Yayasan Pelita Ilmu untuk wawancara tugas kuliah, aku belum mempercayai kalau orang dengan perilaku yang baik, bisa tertular HIV, tapi kenyataan sekarang berkata lain. Seorang ibu rumah tangga seperti Mbak Yati, yang setia terhadap suami, harus menerima tekanan pengucilan dari lingkungannya, dipecat dari pekerjaan yang ia lakoni selama 10 tahun, hanya karena mengidap HIV.
Semoga kita mau membuka mata hati, untuk memperlakukan pengidap HIV tanpa diskriminasi, karena tidak selamanya HIV yang mereka dapatkan berasal dari kebiasaan buruk mereka. Kalaupun itu berasal dari kebiasaan buruk mereka, jika Allahpun maha mengampuni hambanya yang mau bertaubat, mengapa kita tidak?
(Kagum pada ketabahan Mbak Yanti saat mengedit paketnya untuk Buka Mata kemarin...tetap tabah Mbak Yanti)
"Waktu dia bilang positif, saya sudah menebaknya, tapi itu kan sudah berlalu, tapi pas tahu saya juga positif, saya tidak bisa menerimanya, tapi mau bagaimana, ya saya pasrah saja..ini mungkin pengabdian dari seorang istri"
Mbak Yanti seorang wanita dengan HIV Positif terlihat tegar saat diwawancarai, tapi matanya tidak bisa berbohong, menyiratkan beban yang amat dalam. Ia seorang ibu rumah tangga yang sangat setia kepada suaminya, sementara suaminya sebaliknya. Melaluinya ia tertular HIV Positif, dan melalui dirinya ia menularkan HIV pada anaknya yang masih berumur 3 tahun.
Pagi itu ia tidak bisa live hadir di studio, anaknya sakit panas. Jelas saja, anak kecil lebih rentan terkena penyakit, apalagi jika ada virus HIVnya, maka akan semakin parah saja. Padahal aku sudah nantikan kehadirannya, untuk sekedar berjabat tangan, atau memeluknya, betapa ia begitu pasrah menghadapi kenyataan berat yang harus ditanggungnya. Kenyataan yang harus ia terima akibat kebiasaan buruk suaminya yang sering berganti-ganti pasangan jauh sebelum menikahinya.
Semakin terbuka, siapapun bisa mengidap HIV. Dahulu waktu sempat mendatangi Yayasan Pelita Ilmu untuk wawancara tugas kuliah, aku belum mempercayai kalau orang dengan perilaku yang baik, bisa tertular HIV, tapi kenyataan sekarang berkata lain. Seorang ibu rumah tangga seperti Mbak Yati, yang setia terhadap suami, harus menerima tekanan pengucilan dari lingkungannya, dipecat dari pekerjaan yang ia lakoni selama 10 tahun, hanya karena mengidap HIV.
Semoga kita mau membuka mata hati, untuk memperlakukan pengidap HIV tanpa diskriminasi, karena tidak selamanya HIV yang mereka dapatkan berasal dari kebiasaan buruk mereka. Kalaupun itu berasal dari kebiasaan buruk mereka, jika Allahpun maha mengampuni hambanya yang mau bertaubat, mengapa kita tidak?
(Kagum pada ketabahan Mbak Yanti saat mengedit paketnya untuk Buka Mata kemarin...tetap tabah Mbak Yanti)
Tuesday, December 02, 2003
PARADE MUDIK PART II
Cara orang pulang kekampungnya masing-masing berbeda. Unik, penuh perjuangan, penuh kesan. Lihat saja apa yang dilakukan keluarga besar Mbah Moko. Mbahku yang bontot dari klan Eyang Putriku. Jumlah anak yang banyak (5 orang) dan dana yang minim, tidak menyurutkan semangat untuk pulang kampung. Jadilah mereka berkonvoi, pulang dengan 3 buah sepeda motor, beriring-iringan menuju ke Kebumen.
Mbah Moko berboncengan dengan istrinya bersama si bontot Vicky yang baru kelas 4 SD. Saat aku tanya pada mbahku...
"kok bisa sih Vicky pulang naik motor, apa ngak cape...?"
"ya..begitu, Allah maha adil, tahu dananya terbatas, jadi diberi kekuatan..."
Lalu ada juga Omku yang terbang dari Medan bersama 2 sepupuku yang imut-imut. Setelah mengambil mobil dari kantornya di Jakarta, langsung melanjutkan perjalanan kerumah mertuanya di Tegal, dan berakhir di Kebumen. Demi menuntaskan semangat silaturahmi terhadap orangtua dan sanak saudara yang jarang sekali ditemui.
Ada juga yang sudah melakukan persiapan seminggu sebelum Lebaran. Bela-belain antri tiket seharian didepan loket sampai ngak puasa dan lupa shalat. Atau nyodok kanan-kiri bagi mereka yang malas antri.
(Seandainya... semangat pulang kampung seperti semangat menjalankan ibadah dibulan Ramadhan)
Cara orang pulang kekampungnya masing-masing berbeda. Unik, penuh perjuangan, penuh kesan. Lihat saja apa yang dilakukan keluarga besar Mbah Moko. Mbahku yang bontot dari klan Eyang Putriku. Jumlah anak yang banyak (5 orang) dan dana yang minim, tidak menyurutkan semangat untuk pulang kampung. Jadilah mereka berkonvoi, pulang dengan 3 buah sepeda motor, beriring-iringan menuju ke Kebumen.
Mbah Moko berboncengan dengan istrinya bersama si bontot Vicky yang baru kelas 4 SD. Saat aku tanya pada mbahku...
"kok bisa sih Vicky pulang naik motor, apa ngak cape...?"
"ya..begitu, Allah maha adil, tahu dananya terbatas, jadi diberi kekuatan..."
Lalu ada juga Omku yang terbang dari Medan bersama 2 sepupuku yang imut-imut. Setelah mengambil mobil dari kantornya di Jakarta, langsung melanjutkan perjalanan kerumah mertuanya di Tegal, dan berakhir di Kebumen. Demi menuntaskan semangat silaturahmi terhadap orangtua dan sanak saudara yang jarang sekali ditemui.
Ada juga yang sudah melakukan persiapan seminggu sebelum Lebaran. Bela-belain antri tiket seharian didepan loket sampai ngak puasa dan lupa shalat. Atau nyodok kanan-kiri bagi mereka yang malas antri.
(Seandainya... semangat pulang kampung seperti semangat menjalankan ibadah dibulan Ramadhan)
PARADE MUDIK
Berbeda dengan tahun lalu, kali ini kantor memberikan izin cuti buat mudik Lebaran. Sudah menjadi rutinitas in my familia, mudik selalu pakai mobil keluarga, dari zamannya pakai mobil Carry , panas, tanpa ac, dan bunyinya yang cketer..cketer...Kemudian ganti pakai Expass yang bemper belakangnya tahun lalu sempat disondol Bus. Dan sekarang sebuah Kijang Metalik full ac, full music, menjadi kendaraan keluarga favorit tahun ini.
Kami mudik selalu hanya berenam, kedua orangtuaku dan ketiga adik-adikku. Kalau soal urusan pulang kampung, my father paling egois. Ia paling ngak mau diganggu dengan bawaan lain, meskipun adik sepupuku sendiri. Alasannya, ia mau anak-anaknya santai, ngak diganggu suara rewel anak kecil, apalagi yang susah diatur. Padahal dia sendiri yang ngak mau pusing diganggu suara-suara ribut saat nyetir mobil.
Kalau masalah nyopir, my father paling jago. Soalnya dia dulu mantan supir taxi yang pernah ikut rally di Way Kambas..(hi.hi ketahuan), terus berlanjut jadi supir kantor asing, sampai akhirnya punya armada penyewaan mobil sendiri. Sebagai navigatornya, sudah pasti my mom, yang jago packing, mulai dari dari ketupat lebaran sampai kratingdaeng ngak pernah ketinggalan tertata rapi didalam bagasi. Walhasil, sepanjang perjalanan kita semua ngak pernah kelaparan, masih bisa menikmati lezatnya sayur ketupat lebaran.
My 2 lovely sisters sudah pasti menempati kursi bagian tengah, komplit dengan selimut panjang hangatnya, jaket mereka masing-masing plus bantal kesayangan. Berangkat dengan semangat pulang kampung, sembil menikmati pemandangan, meskipun yang ada mereka hanya terlelap sepanjang jalan.
My youngest brother dan aku sendiri menempati kursi paling belakang,tempat paling strategis kalau kami mau adu tinju atau gulat-gulatan. Atau mau ngusilin saudari-saudari kami yang duduk didepan.
Jam 12 malam kami berangkat, tak lupa my father memimpin do'a keberangkatan...
ucapan terima kasih karena kami masih diizinkan menikmati mudik bersama tahun ini...
ucapan terima kasih karena Ia masih mengizinkan kebersamaan kami di Idul Fitri ini...
(Thank You Allah for Your loving on my family...)
Berbeda dengan tahun lalu, kali ini kantor memberikan izin cuti buat mudik Lebaran. Sudah menjadi rutinitas in my familia, mudik selalu pakai mobil keluarga, dari zamannya pakai mobil Carry , panas, tanpa ac, dan bunyinya yang cketer..cketer...Kemudian ganti pakai Expass yang bemper belakangnya tahun lalu sempat disondol Bus. Dan sekarang sebuah Kijang Metalik full ac, full music, menjadi kendaraan keluarga favorit tahun ini.
Kami mudik selalu hanya berenam, kedua orangtuaku dan ketiga adik-adikku. Kalau soal urusan pulang kampung, my father paling egois. Ia paling ngak mau diganggu dengan bawaan lain, meskipun adik sepupuku sendiri. Alasannya, ia mau anak-anaknya santai, ngak diganggu suara rewel anak kecil, apalagi yang susah diatur. Padahal dia sendiri yang ngak mau pusing diganggu suara-suara ribut saat nyetir mobil.
Kalau masalah nyopir, my father paling jago. Soalnya dia dulu mantan supir taxi yang pernah ikut rally di Way Kambas..(hi.hi ketahuan), terus berlanjut jadi supir kantor asing, sampai akhirnya punya armada penyewaan mobil sendiri. Sebagai navigatornya, sudah pasti my mom, yang jago packing, mulai dari dari ketupat lebaran sampai kratingdaeng ngak pernah ketinggalan tertata rapi didalam bagasi. Walhasil, sepanjang perjalanan kita semua ngak pernah kelaparan, masih bisa menikmati lezatnya sayur ketupat lebaran.
My 2 lovely sisters sudah pasti menempati kursi bagian tengah, komplit dengan selimut panjang hangatnya, jaket mereka masing-masing plus bantal kesayangan. Berangkat dengan semangat pulang kampung, sembil menikmati pemandangan, meskipun yang ada mereka hanya terlelap sepanjang jalan.
My youngest brother dan aku sendiri menempati kursi paling belakang,tempat paling strategis kalau kami mau adu tinju atau gulat-gulatan. Atau mau ngusilin saudari-saudari kami yang duduk didepan.
Jam 12 malam kami berangkat, tak lupa my father memimpin do'a keberangkatan...
ucapan terima kasih karena kami masih diizinkan menikmati mudik bersama tahun ini...
ucapan terima kasih karena Ia masih mengizinkan kebersamaan kami di Idul Fitri ini...
(Thank You Allah for Your loving on my family...)
Monday, December 01, 2003
RINDUKAN KEDATANGANNYA KEMBALI
Bulan mulia itu tlah berlalu. Kembali kutangisi kepergiannya. Tangisan karena mengingat waktu yang tlah tersia. Tangisan karena banyak amalan yang belum terpenuhi. Tangisan karena semangat Ramadhan yang ternyata belum mampu warnai dunia.
Dikeluargaku sendiri, Ramadhan hadir penuh makna hanya pada beberapa orang. My father berhasil menikmatinya dengan menangis sesenggukan pada i'tikaf sehari sebelum takbiran. Sementara my mom berhasil menikmatinya dengan sibuk membuat parcel berbagai ukuran buat relasi-relasinya. My two lovely sisters, hampir tak memaknainya sama sekali, malah kapok saat kuajak i'tikaf di At-Tiin. My youngest brother, masih dengan sifat sholehnya yang standar.Well, semuanya berproses, semoga Ia berikan waktu untuk keluargaku agar dapat memaknai Ramadhan dengan lebih baik.
Karena jika Ia mau, Ia mampu membuat salah satu dari anggota keluargaku sakit atau meninggal sekalipun, tapi ia tak melakukannya. Jika ia mau, ia bisa menguji kesabaran kami dengan memberikan kecelakaan, selama puluhan kali kami mudik bolak-balik Jakarta-Kebumen dengan mobil keluarga, tapi Ia tidak melakukannya. Jika ia mau, Ia mampu memutus tali rizki keluarga yang datang melalui kedua orangtuaku, dan aku sendiri, membuat kami jatuh miskin, tapi Ia tidak melakukannya.
Meskipun aku selalu rindukan kedatangan bulan mulia itu. Betapa aku harus bersyukur,ternyata limpahan rahmatNya tak pernah berhenti mengucur pada 11 bulan lainnya. Thank You Allah, for the blessing on my family.
(Ternyata tak perlu menanti Ramadhan untuk berubah menjadi lebih baik...)
Bulan mulia itu tlah berlalu. Kembali kutangisi kepergiannya. Tangisan karena mengingat waktu yang tlah tersia. Tangisan karena banyak amalan yang belum terpenuhi. Tangisan karena semangat Ramadhan yang ternyata belum mampu warnai dunia.
Dikeluargaku sendiri, Ramadhan hadir penuh makna hanya pada beberapa orang. My father berhasil menikmatinya dengan menangis sesenggukan pada i'tikaf sehari sebelum takbiran. Sementara my mom berhasil menikmatinya dengan sibuk membuat parcel berbagai ukuran buat relasi-relasinya. My two lovely sisters, hampir tak memaknainya sama sekali, malah kapok saat kuajak i'tikaf di At-Tiin. My youngest brother, masih dengan sifat sholehnya yang standar.Well, semuanya berproses, semoga Ia berikan waktu untuk keluargaku agar dapat memaknai Ramadhan dengan lebih baik.
Karena jika Ia mau, Ia mampu membuat salah satu dari anggota keluargaku sakit atau meninggal sekalipun, tapi ia tak melakukannya. Jika ia mau, ia bisa menguji kesabaran kami dengan memberikan kecelakaan, selama puluhan kali kami mudik bolak-balik Jakarta-Kebumen dengan mobil keluarga, tapi Ia tidak melakukannya. Jika ia mau, Ia mampu memutus tali rizki keluarga yang datang melalui kedua orangtuaku, dan aku sendiri, membuat kami jatuh miskin, tapi Ia tidak melakukannya.
Meskipun aku selalu rindukan kedatangan bulan mulia itu. Betapa aku harus bersyukur,ternyata limpahan rahmatNya tak pernah berhenti mengucur pada 11 bulan lainnya. Thank You Allah, for the blessing on my family.
(Ternyata tak perlu menanti Ramadhan untuk berubah menjadi lebih baik...)
Sunday, November 30, 2003
AKHIRNYA IA PERGI...
Selembar kertas yang ditempel disamping lift siang itu, menulis informasi yang mengagetkan. Tulisannya kecil-kecil, akupun tidak menyangka kalau selembar kertas itu berisi berita duka cita. Bapak Edi Rosai, seorang patner kerja kami akhirnya dipanggil menghadapNya. Allah telah melepaskan segala deritanya, ia berikan kehidupan yang abadi disisiNya...
Kini Ramadhan telah berlalu, 3 orang telah mendapat kehormatan untuk menemuiNya..
Eyangku Mbah Roh, Rudi dan Pak Edi Rosai...
Semoga kelak kita dipanjangkan usia untuk kembali berjumpa Ramadhan...
atau paling tidak Ramadhanlah, tempat kita kelak menghembuskan nafas terakhir...
( Semoga semangat Ramadhan mampu mewarnai 11 bulan dalam kehidupan kita)
Selembar kertas yang ditempel disamping lift siang itu, menulis informasi yang mengagetkan. Tulisannya kecil-kecil, akupun tidak menyangka kalau selembar kertas itu berisi berita duka cita. Bapak Edi Rosai, seorang patner kerja kami akhirnya dipanggil menghadapNya. Allah telah melepaskan segala deritanya, ia berikan kehidupan yang abadi disisiNya...
Kini Ramadhan telah berlalu, 3 orang telah mendapat kehormatan untuk menemuiNya..
Eyangku Mbah Roh, Rudi dan Pak Edi Rosai...
Semoga kelak kita dipanjangkan usia untuk kembali berjumpa Ramadhan...
atau paling tidak Ramadhanlah, tempat kita kelak menghembuskan nafas terakhir...
( Semoga semangat Ramadhan mampu mewarnai 11 bulan dalam kehidupan kita)
Tuesday, November 18, 2003
ALLAH SEDANG MENINGGIKAN DERAJATNYA...
Sabtu lalu, seusai evaluasi Qur'ani Kids, aku, Ami, Mona serta Mas Azhar pergi mengunjungi salah satu rekan kerja kami. Seorang audioman senior yang saat ini sedang terbaring lemah di rumah sakit, Pak Haji Edi Rosai. Kandungan gula dalam darahnya sangat tinggi, hingga ia harus dirawat secara intensif.
Ada perubahan dari fisiknya. Beliau terlihat lebih gemuk, bukan karena kesehatannya membaik, tapi justru memburuk. Obat alternatif yang ia coba konsumsi beberapa waktu lalu merusak saluran pembuangannya. hingga beliaupun kesulitan ketika sekedar harus buang air kecil. Pun tak ada respon, saat kuusap halus permukaan tangannya.
Ia adalah sosok yang bertanggung jawab dan tegas didalam Majlis Ta'lim, seringkali kami mengibaratkannya sebagai kaum tua dengan pemikiran yang konvensional, sementara kami, kaum muda yang demokrat. Masih kuingat saat kami berdebat tentang calon ketua Majlis Ta'lim, ia mendahulukan kriteria yang pemahaman agamanya luas, sementara kami lebih memilih orang dengan jabatan strategis, namun memiliki keinginan untuk mempelajari Islam.
Masih kuingat juga saat ia memprotes Dirut kami, yang memintanya untuk tidak memakai kopiah bulat saat kerja di kantor. Namun ia menolaknya mentah-mentah. Kinipun dengan keterbatasan tenaganya, ia masih sempat menanyakan aktifitas dakwah kami dikantor, "bagaimana tarawehnya?" "bagaimana jum'atannya?" dengan suara yang lemah terbata-bata. Seperti Rasulullah yang mengkhawatirkan umatnya hingga detik-detik terakhir kepergiannya.."ummati..ummati".
Hanya saja aku sangat berharap, detik itu bukanlah detik-detik terakhirnya. Detik itu adalah detik saat Allah meninggikan derajatnya, dan Ia harus kembali bugar seperti dahulu, dan ia harus kembali tegas seperti dahulu. Untuk menjaga kami, anak-anaknya... agar tetap berada dalam garis ketentuanNya.
(Semoga lekas sembuh Pak Edi...rindukan saat bertukar pikiran denganmu)
Sabtu lalu, seusai evaluasi Qur'ani Kids, aku, Ami, Mona serta Mas Azhar pergi mengunjungi salah satu rekan kerja kami. Seorang audioman senior yang saat ini sedang terbaring lemah di rumah sakit, Pak Haji Edi Rosai. Kandungan gula dalam darahnya sangat tinggi, hingga ia harus dirawat secara intensif.
Ada perubahan dari fisiknya. Beliau terlihat lebih gemuk, bukan karena kesehatannya membaik, tapi justru memburuk. Obat alternatif yang ia coba konsumsi beberapa waktu lalu merusak saluran pembuangannya. hingga beliaupun kesulitan ketika sekedar harus buang air kecil. Pun tak ada respon, saat kuusap halus permukaan tangannya.
Ia adalah sosok yang bertanggung jawab dan tegas didalam Majlis Ta'lim, seringkali kami mengibaratkannya sebagai kaum tua dengan pemikiran yang konvensional, sementara kami, kaum muda yang demokrat. Masih kuingat saat kami berdebat tentang calon ketua Majlis Ta'lim, ia mendahulukan kriteria yang pemahaman agamanya luas, sementara kami lebih memilih orang dengan jabatan strategis, namun memiliki keinginan untuk mempelajari Islam.
Masih kuingat juga saat ia memprotes Dirut kami, yang memintanya untuk tidak memakai kopiah bulat saat kerja di kantor. Namun ia menolaknya mentah-mentah. Kinipun dengan keterbatasan tenaganya, ia masih sempat menanyakan aktifitas dakwah kami dikantor, "bagaimana tarawehnya?" "bagaimana jum'atannya?" dengan suara yang lemah terbata-bata. Seperti Rasulullah yang mengkhawatirkan umatnya hingga detik-detik terakhir kepergiannya.."ummati..ummati".
Hanya saja aku sangat berharap, detik itu bukanlah detik-detik terakhirnya. Detik itu adalah detik saat Allah meninggikan derajatnya, dan Ia harus kembali bugar seperti dahulu, dan ia harus kembali tegas seperti dahulu. Untuk menjaga kami, anak-anaknya... agar tetap berada dalam garis ketentuanNya.
(Semoga lekas sembuh Pak Edi...rindukan saat bertukar pikiran denganmu)
Sunday, November 16, 2003
BERSAMA PARA MUJAHID
Sudah 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Tetapi para mujahid dilingkunganku ghirahnya tak pernah pudar. Malam minggu kemarin saja mereka lakukan i'tikaf sambil mendirikan tenda dan menjaganya hingga shubuh menjelang. Demi sebuah bazar penuh berkah yang menjual berbagai barang kebutuhan pokok kepada rakyat kecil.
Pagi itu saat kudatang dengan kamera VHS ditangan, mereka tetap sibuk membuat garis-garis dari plastik rafia agar warga bisa antri dengan teratur. Seorang ikhwan, Akh Jatki yang sudah jadi sahabatku sejak kecil, juga hadir disana. Kami kebagian tugas sebagai seksi Publikasi dan Dokumentasi. Ia mengaku kalau sejak kemarin malam menginap dan hingga pagi ini belum mandi. Subhanallah...padahal pagi ini mereka semua harus tetap berpuasa.
Warga yang datang membeli semua kebutuhan pokok yang dijual. Semua barang dagangan habis dalam setengah jam. Beberapa ibu-ibu rumah tangga yang aku wawancarai merasa puas dan senang, karena harga-harganya dibawah harga pasar. Sangat membantu buat mereka yang ingin menyambut Lebaran dengan sedikit kegembiraan.
Disambut hujan yang turun seusai kegiatan, para ikhwan tetap bersemangat merapikan kembali sound system. Pakaian mereka basah kuyup dan kaos putih mereka terlihat dekil karena debu-debu lapangan yang menempel. Tetapi rasa keikhlasan tetap terpancar dari wajah-wajah mereka, bahkan ada beberapa ikhwan yang segera bersiap-siap untuk mengikuti acara ditempat lain.
Banyak orang yang alergi terhadap yang namanya partai. Kata mereka partai itu kotor, dan ujung-ujungnya hanya mencari kekuasaan demi kepuasan pribadi. Tapi semua hal itu sama sekali tidak aku lihat pada teman-teman dipartaiku ini. Bahkan mereka rela mengeluarkan dana dari kantong mereka sendiri untuk suksesnya sebuah kegiatan, selama kegiatan tersebut bermanfaat bagi masyarakat. Mereka rela korbankan waktu, tenaga, pikiran dan materi hanya demi sebuah tujuan sederhana....keinginan agar negara ini kelak dipimpin orang-orang yang memiliki ilmu dan....iman.
(Buat teman-teman DPRa Partai Keadilan Sejahtera Kelurahan Pekayon...terus berjuang)
Sudah 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Tetapi para mujahid dilingkunganku ghirahnya tak pernah pudar. Malam minggu kemarin saja mereka lakukan i'tikaf sambil mendirikan tenda dan menjaganya hingga shubuh menjelang. Demi sebuah bazar penuh berkah yang menjual berbagai barang kebutuhan pokok kepada rakyat kecil.
Pagi itu saat kudatang dengan kamera VHS ditangan, mereka tetap sibuk membuat garis-garis dari plastik rafia agar warga bisa antri dengan teratur. Seorang ikhwan, Akh Jatki yang sudah jadi sahabatku sejak kecil, juga hadir disana. Kami kebagian tugas sebagai seksi Publikasi dan Dokumentasi. Ia mengaku kalau sejak kemarin malam menginap dan hingga pagi ini belum mandi. Subhanallah...padahal pagi ini mereka semua harus tetap berpuasa.
Warga yang datang membeli semua kebutuhan pokok yang dijual. Semua barang dagangan habis dalam setengah jam. Beberapa ibu-ibu rumah tangga yang aku wawancarai merasa puas dan senang, karena harga-harganya dibawah harga pasar. Sangat membantu buat mereka yang ingin menyambut Lebaran dengan sedikit kegembiraan.
Disambut hujan yang turun seusai kegiatan, para ikhwan tetap bersemangat merapikan kembali sound system. Pakaian mereka basah kuyup dan kaos putih mereka terlihat dekil karena debu-debu lapangan yang menempel. Tetapi rasa keikhlasan tetap terpancar dari wajah-wajah mereka, bahkan ada beberapa ikhwan yang segera bersiap-siap untuk mengikuti acara ditempat lain.
Banyak orang yang alergi terhadap yang namanya partai. Kata mereka partai itu kotor, dan ujung-ujungnya hanya mencari kekuasaan demi kepuasan pribadi. Tapi semua hal itu sama sekali tidak aku lihat pada teman-teman dipartaiku ini. Bahkan mereka rela mengeluarkan dana dari kantong mereka sendiri untuk suksesnya sebuah kegiatan, selama kegiatan tersebut bermanfaat bagi masyarakat. Mereka rela korbankan waktu, tenaga, pikiran dan materi hanya demi sebuah tujuan sederhana....keinginan agar negara ini kelak dipimpin orang-orang yang memiliki ilmu dan....iman.
(Buat teman-teman DPRa Partai Keadilan Sejahtera Kelurahan Pekayon...terus berjuang)
Wednesday, November 12, 2003
DERITA TABITHA...
Anak manis berusia 5 tahun itu bernama Tabitha. Sekujur tubuhnya terkena luka bakar berat. Wajahnyapun sebagian melepuh, dan sinar kerinduan terpancar dari matanya.
Rindu akan kehadiran kedua orantuanya yang berada di Amerika Serikat.
Rindu akan tangan lembut Oma saat menyuapinya makan.
Rindu akan celoteh riang saudari-saudarinya.
Rindu akan kehadiran kakak-kakaknya yang tewas terpanggang sabtu dini hari lalu.
(Saat ngedit Jelang Siang:6 anggota Keluarga Jaksa yang meninggal terbakar, tetap tabah Tabitha!)
Anak manis berusia 5 tahun itu bernama Tabitha. Sekujur tubuhnya terkena luka bakar berat. Wajahnyapun sebagian melepuh, dan sinar kerinduan terpancar dari matanya.
Rindu akan kehadiran kedua orantuanya yang berada di Amerika Serikat.
Rindu akan tangan lembut Oma saat menyuapinya makan.
Rindu akan celoteh riang saudari-saudarinya.
Rindu akan kehadiran kakak-kakaknya yang tewas terpanggang sabtu dini hari lalu.
(Saat ngedit Jelang Siang:6 anggota Keluarga Jaksa yang meninggal terbakar, tetap tabah Tabitha!)
IBU SEPERTI APA KITA, KELAK KAN MENJADI...?
Minggu lalu Ratu Bidadariku memberikan tausyiah tentang manajemen waktu muslimah. Sebagai intermezzo, beliau menjelaskan tentang 3 tipe ibu rumah tangga. Ia meminta bidadari-bidadarinya untuk memahami dan menghayati tipe manakah kelak yang akan dipilih...
Tipe Pertama : Tipe Angin Padang Pasir, seorang ibu rumah tangga yang tidak pandai menjaga mulutnya. Permasalahan keluarga sampai bisa didengar tetangga, bahkan seringkali menciptakan keributan-keributan didalam rumah.
Tipe Kedua : Tipe Mahluk Halus, kehadiran dan kepergiannya tidak dapat dirasakan, terlalu sibuk dengan aktifitas diluar, sehingga tidak dapat meluangkan waktu untuk keluarganya. Semenjak pagi sudah keluar dari rumah, kembali kerumah saat larut malam.
Tipe Ketiga : Tipe Ratu Balqis, yang pandai menjaga penampilan, dan juga rumahnya. Pandai mengelola rumah tangga dan seorang wanita yang sabar dan mudah menerima kebenaran.
(Tipe yang mana kelak kita, para muslimah, dimasa depan..?)
Minggu lalu Ratu Bidadariku memberikan tausyiah tentang manajemen waktu muslimah. Sebagai intermezzo, beliau menjelaskan tentang 3 tipe ibu rumah tangga. Ia meminta bidadari-bidadarinya untuk memahami dan menghayati tipe manakah kelak yang akan dipilih...
Tipe Pertama : Tipe Angin Padang Pasir, seorang ibu rumah tangga yang tidak pandai menjaga mulutnya. Permasalahan keluarga sampai bisa didengar tetangga, bahkan seringkali menciptakan keributan-keributan didalam rumah.
Tipe Kedua : Tipe Mahluk Halus, kehadiran dan kepergiannya tidak dapat dirasakan, terlalu sibuk dengan aktifitas diluar, sehingga tidak dapat meluangkan waktu untuk keluarganya. Semenjak pagi sudah keluar dari rumah, kembali kerumah saat larut malam.
Tipe Ketiga : Tipe Ratu Balqis, yang pandai menjaga penampilan, dan juga rumahnya. Pandai mengelola rumah tangga dan seorang wanita yang sabar dan mudah menerima kebenaran.
(Tipe yang mana kelak kita, para muslimah, dimasa depan..?)
Saturday, November 08, 2003
KETEMU SEKUTU BARU...
Setelah bantu my mom masak siang itu, aku berlenggang menuju rumah Okta, yang biasa dipanggil Anggon, entah dari mana asal nama panggilan itu. Ia lagi bikin skripsi di UNJ, dan diangkat anak oleh pakde dan budenya. Karena sayangnya, ia diberi pula fasilitas untuk mengedit, jadilah ia punya satu buah studio mungil bersama seperangkat alat edit. Langit-langitnya menarik, ditempelinya puluhan karton coklat bekas tempat telor, bagian yang menonjol-nonjol dibiarkan kebawah.
"Darimana bungkus telornya..gon"
"Dari saudara, minta..."
"Biar kedap suara?"
"Ngak, biar artistik aja..."
Dan berhasil, memang studio kecilnya jadi lebih artistik. Sore itu aku mau preview hasil editannya, dokumentasi Pawai Ramadhan partaiku. Soalnya audionya ngak syinc , dan gambarnya ada yang scratch, tapi ternyata setelah dipreview dimonitor dan dilayar televisi, audionya tidak ada masalah, dan gambar yang scratch cukup dipotong dan disambung lagi.
Dahulu perangkat editing seperti yang dipunyainya masih barang langka, tapi sekarang sudah mudah mencarinya. Hampir setiap sisi kota ada studio paska produksi. Program editing yang digunakannya I Lead. Menurutnya simple dan sederhana, kalau untuk sekedar bikin video dokumentasi dan film-film festival. Memang beda sama yang ada dikantor, tapi pada dasarnya seluruh basic editing adalah sama. Jadi tercetus ide untuk bikin film bareng, apalagi akses ngeditnya sudah gampang. Memang benar kata Pak Fredy, kalau sekedar niat tanpa usaha, ya bikin film ngak bakal jadi-jadi, harus ada usaha nyata...ngak cuma slogan semata.
Kalau melihat fasilitas yang dipunyai Anggon, kayanya jadi pengen cepat-cepat menyelesaikan skenario terus bikin film sederhana. Apalagi sekarang sudah punya sekutu baru, bikin film?...kita lihat saja nanti.
(Setelah 2 jam menghabiskan waktu preview dokumentasi sekaligus belajar ngedit I Lead bersama Anggon)
Setelah bantu my mom masak siang itu, aku berlenggang menuju rumah Okta, yang biasa dipanggil Anggon, entah dari mana asal nama panggilan itu. Ia lagi bikin skripsi di UNJ, dan diangkat anak oleh pakde dan budenya. Karena sayangnya, ia diberi pula fasilitas untuk mengedit, jadilah ia punya satu buah studio mungil bersama seperangkat alat edit. Langit-langitnya menarik, ditempelinya puluhan karton coklat bekas tempat telor, bagian yang menonjol-nonjol dibiarkan kebawah.
"Darimana bungkus telornya..gon"
"Dari saudara, minta..."
"Biar kedap suara?"
"Ngak, biar artistik aja..."
Dan berhasil, memang studio kecilnya jadi lebih artistik. Sore itu aku mau preview hasil editannya, dokumentasi Pawai Ramadhan partaiku. Soalnya audionya ngak syinc , dan gambarnya ada yang scratch, tapi ternyata setelah dipreview dimonitor dan dilayar televisi, audionya tidak ada masalah, dan gambar yang scratch cukup dipotong dan disambung lagi.
Dahulu perangkat editing seperti yang dipunyainya masih barang langka, tapi sekarang sudah mudah mencarinya. Hampir setiap sisi kota ada studio paska produksi. Program editing yang digunakannya I Lead. Menurutnya simple dan sederhana, kalau untuk sekedar bikin video dokumentasi dan film-film festival. Memang beda sama yang ada dikantor, tapi pada dasarnya seluruh basic editing adalah sama. Jadi tercetus ide untuk bikin film bareng, apalagi akses ngeditnya sudah gampang. Memang benar kata Pak Fredy, kalau sekedar niat tanpa usaha, ya bikin film ngak bakal jadi-jadi, harus ada usaha nyata...ngak cuma slogan semata.
Kalau melihat fasilitas yang dipunyai Anggon, kayanya jadi pengen cepat-cepat menyelesaikan skenario terus bikin film sederhana. Apalagi sekarang sudah punya sekutu baru, bikin film?...kita lihat saja nanti.
(Setelah 2 jam menghabiskan waktu preview dokumentasi sekaligus belajar ngedit I Lead bersama Anggon)
BELAJAR MASAK...
Friday is my day off!. Agak siangan aku lihat my mom bawa belanjaan banyak banget, ah...sekali-kali terjun kedapur bantuin beliau masak. Jarang-jarang bisa masak bareng my mom, saatnya membuktikan bahwa perempuan sesibuk apapun, kalau diberikan kesempatanpun sesungguhnya ia bisa memasak. Jum'at itu rupanya ada acara buka puasa bersama di kantor my mom, dan beliau kebagian masak sop.
Pertama-tama potongin bakso, sepele. Terus numbuk bumbu, lada plus bawang putih, yang sebelumnya dikupas dari kulitnya, ah gampang...Tapi pas giliran potong bawang merah untuk bikin bawang goreng, air mata bercucuran tiada henti, bukan terharu karena my mom sudah berikan putri sulungnya kepercayaan bantu masak didapur, tapi karena hawa panas yang keluar dari bawang merah itu. Ngak tahan...tapi aku tidak boleh menyerah, dan akhirnya berhasil, bawang merah itu kini sudah berenang bebas dalam minyak goreng panas diatas wajan hitam.
Sementara si bawang berenang, disampingnya wortel, bakso, irisan jagung muda, tomat dan para bumbu sudah mandi bersama dalam jacuzzi yang menggelak-gelegak. Aku tinggalkan sejenak, karena harus ganti baju siap-siap pergi kerumah teman yang tadi pagi sudah janjian. My mom ambil alih, tak berapa lama, sop itu sudah terhidang dimeja makan, menggoda untuk dinikmati.
"Ha...sudah mateng ma..?" .
"Ya udah..."
"Cepet amat..."
"Ya cepet, emangnya gimana..."
Aku cuma tersenyum, Jumat itu aku senang, karena sedikit-sedikit sudah bisa masak. Meskipun masih belajar. Sambil melenggang menuju rumah teman, aku bergumam...ah..masak itu mudah....
(Thanks mom, sudah memberikan kepercayaan untuk menemanimu masak didapur)
Friday is my day off!. Agak siangan aku lihat my mom bawa belanjaan banyak banget, ah...sekali-kali terjun kedapur bantuin beliau masak. Jarang-jarang bisa masak bareng my mom, saatnya membuktikan bahwa perempuan sesibuk apapun, kalau diberikan kesempatanpun sesungguhnya ia bisa memasak. Jum'at itu rupanya ada acara buka puasa bersama di kantor my mom, dan beliau kebagian masak sop.
Pertama-tama potongin bakso, sepele. Terus numbuk bumbu, lada plus bawang putih, yang sebelumnya dikupas dari kulitnya, ah gampang...Tapi pas giliran potong bawang merah untuk bikin bawang goreng, air mata bercucuran tiada henti, bukan terharu karena my mom sudah berikan putri sulungnya kepercayaan bantu masak didapur, tapi karena hawa panas yang keluar dari bawang merah itu. Ngak tahan...tapi aku tidak boleh menyerah, dan akhirnya berhasil, bawang merah itu kini sudah berenang bebas dalam minyak goreng panas diatas wajan hitam.
Sementara si bawang berenang, disampingnya wortel, bakso, irisan jagung muda, tomat dan para bumbu sudah mandi bersama dalam jacuzzi yang menggelak-gelegak. Aku tinggalkan sejenak, karena harus ganti baju siap-siap pergi kerumah teman yang tadi pagi sudah janjian. My mom ambil alih, tak berapa lama, sop itu sudah terhidang dimeja makan, menggoda untuk dinikmati.
"Ha...sudah mateng ma..?" .
"Ya udah..."
"Cepet amat..."
"Ya cepet, emangnya gimana..."
Aku cuma tersenyum, Jumat itu aku senang, karena sedikit-sedikit sudah bisa masak. Meskipun masih belajar. Sambil melenggang menuju rumah teman, aku bergumam...ah..masak itu mudah....
(Thanks mom, sudah memberikan kepercayaan untuk menemanimu masak didapur)
DUKA BAHOROK...DUKA KITA...
Banjir bagi penduduk sekitar sungai Bohorok sudah biasa. Hingga malam itu saat banjir kembali datang, mereka tanggapi biasa-biasa saja. Mereka tidak sadar, jika ternyata banjir kali ini membawa ratusan kayu gelondongan hasil illegal logging. Kayu-kayu berukuran raksasa datang bersama air bah dan menghantam pemukiman dan beberapa guest house yang mereka lewati. Ratusan nyawa melayang, ratusan orang kehilangan tempat tinggal, beberapa anak-anak kecil yang diselamatkan oleh tangan Allah harus rela kehilangan saudara-saudara dan orangtua mereka.
Banyak spekulasi muncul, mengenai penyebab bencana kali ini. Kawasan wisata gunung Lauser, yang dahulu menjadi salah satu kekayaan dunia terindah harus terkikis bersama air bah dan membawa serta ratusan penduduk yang malam itu baru saja pulang taraweh. Hilang lagi satu kekayaan negeri ini.
Ada yang bilang kawasan wisata itu kerap menjadi ajang mesum, sehingga Allah harus membinasakannya. Seperti halnya puncak, yang memiliki banyak guest house, begitu pula Leuser. 2 Buah bangunan guest house besar, salah satunya Rindu Alam terangkat oleh gelondongan kayu-kayu berukuran raksasa, seperti saat kita ingin mencabut umbi dan menggunakan sebatang kayu kuat untuk mendorongnya keatas.
Ada juga yang bilang penebangan yang membabi buta tidak menyisakan sama sekali lahan bagi Lauser untuk menahan derasnya curahan hujan. Batangan-batangan kayu hasil illegal logging ditimbun dan air bah membawanya menghantam perumahan penduduk.
Apapun spekulasi itu, bencana ini hanya menjadi bukti lagi-lagi akibat ketamakan dan kesombongan manusia. Manusia mennyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikanNYa. Kadangkala kita sendiri memberikan sumbangsih secara tidak langsung. Di Jakarta sendiri, kita sudah menjadikannya sebagai tempah sampah raksasa. Betapa mudahnya membuang kulit jeruk dijalanan, atau membiarkan terbang plastik pembungkus makanan tanpa memungutnya dan meletakkannya ditempat sampah. Padahal plastik butuh jutaan tahun untuk hancur.
Bayangkan, jika saja ribuan orang berlaku ceroboh seperti kita, meskipun hanya selembar kulit jeruk, maka beberapa tahun dari sekarang, tak akan ada yang tersisa dari negeri ini, kecuali... gunungan sampah.
(Kesedihan saat mengedit Kupas Tuntas: Leuser AfterMath, kamis malam)
Banjir bagi penduduk sekitar sungai Bohorok sudah biasa. Hingga malam itu saat banjir kembali datang, mereka tanggapi biasa-biasa saja. Mereka tidak sadar, jika ternyata banjir kali ini membawa ratusan kayu gelondongan hasil illegal logging. Kayu-kayu berukuran raksasa datang bersama air bah dan menghantam pemukiman dan beberapa guest house yang mereka lewati. Ratusan nyawa melayang, ratusan orang kehilangan tempat tinggal, beberapa anak-anak kecil yang diselamatkan oleh tangan Allah harus rela kehilangan saudara-saudara dan orangtua mereka.
Banyak spekulasi muncul, mengenai penyebab bencana kali ini. Kawasan wisata gunung Lauser, yang dahulu menjadi salah satu kekayaan dunia terindah harus terkikis bersama air bah dan membawa serta ratusan penduduk yang malam itu baru saja pulang taraweh. Hilang lagi satu kekayaan negeri ini.
Ada yang bilang kawasan wisata itu kerap menjadi ajang mesum, sehingga Allah harus membinasakannya. Seperti halnya puncak, yang memiliki banyak guest house, begitu pula Leuser. 2 Buah bangunan guest house besar, salah satunya Rindu Alam terangkat oleh gelondongan kayu-kayu berukuran raksasa, seperti saat kita ingin mencabut umbi dan menggunakan sebatang kayu kuat untuk mendorongnya keatas.
Ada juga yang bilang penebangan yang membabi buta tidak menyisakan sama sekali lahan bagi Lauser untuk menahan derasnya curahan hujan. Batangan-batangan kayu hasil illegal logging ditimbun dan air bah membawanya menghantam perumahan penduduk.
Apapun spekulasi itu, bencana ini hanya menjadi bukti lagi-lagi akibat ketamakan dan kesombongan manusia. Manusia mennyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikanNYa. Kadangkala kita sendiri memberikan sumbangsih secara tidak langsung. Di Jakarta sendiri, kita sudah menjadikannya sebagai tempah sampah raksasa. Betapa mudahnya membuang kulit jeruk dijalanan, atau membiarkan terbang plastik pembungkus makanan tanpa memungutnya dan meletakkannya ditempat sampah. Padahal plastik butuh jutaan tahun untuk hancur.
Bayangkan, jika saja ribuan orang berlaku ceroboh seperti kita, meskipun hanya selembar kulit jeruk, maka beberapa tahun dari sekarang, tak akan ada yang tersisa dari negeri ini, kecuali... gunungan sampah.
(Kesedihan saat mengedit Kupas Tuntas: Leuser AfterMath, kamis malam)
Wednesday, November 05, 2003
ANCAMAN BAGI GENERASI HARAPAN
Malam ini kulanjutkan tugas mengedit program asusila, Noda. Kapasitas server si Newsflash kelihatan tinggal 17 jam, jadi kuhapuskan dahulu file-file lama yang sudah tayang. Sejenak terpaku pada editannya Iis tentang Seks Anak, bukan pada kualitas editannya yang sudah pasti ok. Tapi pada isinya yang membuatku terhenyak.
Sepasang mata berukuran close up terlihat sedang terpaku pada layar besar didepannya. Ia sedang menonton blue film milik orangtuanya, saat Mira sang reporter bertanya, "kenapa suka nonton? Dia jawab, "enak aja banyak adegan-adegan...emm..seksnya..". Jawabannya begitu polos, tanpa perasaan bersalah. Akses melihat adegan berbumbu seks juga banyak ia dapatkan dari cerita kartun Jepang, seperti Golden Boy. Padahal kartun-kartun Jepang, banyak disukai anak-anak.
Salah satu Ghowzul Fikri kelihatannya mulai masuk melalui media kartun ini, bagi mereka yang punya anak, harus ekstra hati-hati dalam memilihkan bacaan. Sudah mulai terlihat usaha-usaha untuk merusak moral anak-anak kita melalui media ini, terutama komik. Padahal sudah banyak bacaan Islami bermutu lainnya seperti Haji Obet 1, 2 dan 3 karangan Boim Lebon dan kawan-kawan, atau Rembulan di Mata Ibu karangan Asma Nadia, cuma sayangnya penjualan buku-buku ini jarang ditemui ditoko-toko buku besar seperti Gramedia.
Sudah cukup banyak kerusakan yang ditampilkan melalui layar kaca kita, jangan tambah lagi dengan membebaskan anak-anak kita, adik-adik kita, saudara-saudara kita memilih bacaan mereka sendiri. Jaga kemurnian mereka, karena mereka penjaga masa depan...
(Teruntuk mereka yang sudah berkeluarga, jaga anak kita dari bahaya pornografi)
Malam ini kulanjutkan tugas mengedit program asusila, Noda. Kapasitas server si Newsflash kelihatan tinggal 17 jam, jadi kuhapuskan dahulu file-file lama yang sudah tayang. Sejenak terpaku pada editannya Iis tentang Seks Anak, bukan pada kualitas editannya yang sudah pasti ok. Tapi pada isinya yang membuatku terhenyak.
Sepasang mata berukuran close up terlihat sedang terpaku pada layar besar didepannya. Ia sedang menonton blue film milik orangtuanya, saat Mira sang reporter bertanya, "kenapa suka nonton? Dia jawab, "enak aja banyak adegan-adegan...emm..seksnya..". Jawabannya begitu polos, tanpa perasaan bersalah. Akses melihat adegan berbumbu seks juga banyak ia dapatkan dari cerita kartun Jepang, seperti Golden Boy. Padahal kartun-kartun Jepang, banyak disukai anak-anak.
Salah satu Ghowzul Fikri kelihatannya mulai masuk melalui media kartun ini, bagi mereka yang punya anak, harus ekstra hati-hati dalam memilihkan bacaan. Sudah mulai terlihat usaha-usaha untuk merusak moral anak-anak kita melalui media ini, terutama komik. Padahal sudah banyak bacaan Islami bermutu lainnya seperti Haji Obet 1, 2 dan 3 karangan Boim Lebon dan kawan-kawan, atau Rembulan di Mata Ibu karangan Asma Nadia, cuma sayangnya penjualan buku-buku ini jarang ditemui ditoko-toko buku besar seperti Gramedia.
Sudah cukup banyak kerusakan yang ditampilkan melalui layar kaca kita, jangan tambah lagi dengan membebaskan anak-anak kita, adik-adik kita, saudara-saudara kita memilih bacaan mereka sendiri. Jaga kemurnian mereka, karena mereka penjaga masa depan...
(Teruntuk mereka yang sudah berkeluarga, jaga anak kita dari bahaya pornografi)
POSTCARD SEORANG SOBAT
Pagi ini kuterima sebuah postcard dari seorang sobat. Dengan gambar Masjid yang terlihat indah dan agung. Nama masjid itu Sultan Omar Ali Saifuddien, berlokasi di Bandar Seribegawan, Brunei Darussalam. Menerimanya jadi ingat sobat-sobatku dibelahan bumi Allah lainnya. Renata di Brasil, Afra dan Elif di Turki, juga Anees di Pakistan.
Mereka dulu juga rajin mengirimiku postcard, namun sekarang tidak lagi, persahabatan kami kini terputus. Semoga postcard kali ini dan hubungan persahabatan yang terjalin didalamnya tidak mengalaminya juga. Semoga Allah mejadikan persahabatan ini indah dan agung, seindah Masjid Sultan Omar Ali yang terdapat didalamnya.
(Thanks ya Her...)
Pagi ini kuterima sebuah postcard dari seorang sobat. Dengan gambar Masjid yang terlihat indah dan agung. Nama masjid itu Sultan Omar Ali Saifuddien, berlokasi di Bandar Seribegawan, Brunei Darussalam. Menerimanya jadi ingat sobat-sobatku dibelahan bumi Allah lainnya. Renata di Brasil, Afra dan Elif di Turki, juga Anees di Pakistan.
Mereka dulu juga rajin mengirimiku postcard, namun sekarang tidak lagi, persahabatan kami kini terputus. Semoga postcard kali ini dan hubungan persahabatan yang terjalin didalamnya tidak mengalaminya juga. Semoga Allah mejadikan persahabatan ini indah dan agung, seindah Masjid Sultan Omar Ali yang terdapat didalamnya.
(Thanks ya Her...)
Tuesday, November 04, 2003
KEPERGIAN SEORANG ADIK...
Satu lagi berita duka cita kuterima siang kemarin. Saat pulang dari kantor, rumahku kosong, si Kijang Metalikpun tidak ada ditempatnya. Bule Darti, tetangga depan rumah bilang keluargaku semua ke Tangerang, ada saudara yang meninggal, katanya, sepupuku yang paling besar. Rudi....
Rudi, adik sepupu yang setahun dibawahku adalah sosok pendiam. Ia meninggal pukul 11 malam, kata my mom angin duduk telah merenggut nyawanya. Malam itu setelah menumpang berbuka dari rumah orangtuanya, Rudi langsung pulang kerumahnya. Rumah yang ia beli sendiri dari hasil jerih payahnya. Rumah yang ia relakan untuk ditempati nenekku, neneknya juga.
Rudi, seorang pemuda yang pemalu. Setiap kali bertemu dengan kami sepupu2nya, ia memilih untuk berada diluar. Rudi, seorang pemuda yang mandiri, ia beli rumah dan motornya sendiri, untuk ia tempati kelak bersama istri dan anak-anaknya, meskipun ternyata Allah menginginkannya lebih cepat.
Rudi, seorang pemuda yang belum sempat kukenal lebih jauh, kecuali dari wajah murah senyumnya, yang selalu ia tebarkan kepada kami saudari-saudarinya. Selamat jalan Rudi, kami menyayangimu, tapi Allah ternyata lebih mencintaiMu....
(Buat adikku Rudi, semoga Allah terangi jalanmu selalu... )
Satu lagi berita duka cita kuterima siang kemarin. Saat pulang dari kantor, rumahku kosong, si Kijang Metalikpun tidak ada ditempatnya. Bule Darti, tetangga depan rumah bilang keluargaku semua ke Tangerang, ada saudara yang meninggal, katanya, sepupuku yang paling besar. Rudi....
Rudi, adik sepupu yang setahun dibawahku adalah sosok pendiam. Ia meninggal pukul 11 malam, kata my mom angin duduk telah merenggut nyawanya. Malam itu setelah menumpang berbuka dari rumah orangtuanya, Rudi langsung pulang kerumahnya. Rumah yang ia beli sendiri dari hasil jerih payahnya. Rumah yang ia relakan untuk ditempati nenekku, neneknya juga.
Rudi, seorang pemuda yang pemalu. Setiap kali bertemu dengan kami sepupu2nya, ia memilih untuk berada diluar. Rudi, seorang pemuda yang mandiri, ia beli rumah dan motornya sendiri, untuk ia tempati kelak bersama istri dan anak-anaknya, meskipun ternyata Allah menginginkannya lebih cepat.
Rudi, seorang pemuda yang belum sempat kukenal lebih jauh, kecuali dari wajah murah senyumnya, yang selalu ia tebarkan kepada kami saudari-saudarinya. Selamat jalan Rudi, kami menyayangimu, tapi Allah ternyata lebih mencintaiMu....
(Buat adikku Rudi, semoga Allah terangi jalanmu selalu... )
Sunday, November 02, 2003
SEJAUH MANA AMALANKU HARI INI...
Sudah seminggu Ramadhan berjalan. Syaumku belum terkalahkan, tarawehkupun tetap jalan, meskipun hanya satu hari yang paling berkesan, yaitu saat taraweh di Al-Hikmah pada Ramadhan kedua. Lantunan ayat-ayat sang Imam membuatku bergetar, meskipun yang kumengerti hanya kata-kata seperti hisab, huthomah dan qoriah. Jadi teringat gunungan dosa yang sudah keperbuat selama ini.
Tilawahku masih melanjutkan yang kemarin, masuk juz 26. Kata Ratu Bidadari, minimal Ramadhan harus selesai 1 juz, siap Ratu! akan aku usahakan. Infaq, masih rada pelit, apalagi kalau harus memberikan pada anak-anak muda dimikrolet, yang hanya meminta-minta sambil memaksa, katanya untuk berbuka.
Muamalahku, masih kurang bagus, masih pelit senyum dengan sesama, masih ragu menyapa dan memberikan salam. Aku juga masih sering mengecewakan banyak orang. Lailku, masih harus diperbaiki, hanya tiga kali dalam seminggu, dan semuanya belum dijalankan dengan kesungguhan, sekedar ritualitas pesanan Ratu Bidadari, target yang harus dipenuhi. Ilmuku, belum bertambah, belum satu bukupun yang sempat dibaca, meskipun tak pernah ketinggalan melihat dunia melalui Sabili dan Ummi.
Hari ini, pertama dibulan Ramadhan, kuhabiskan malam dikantor. Mudah-mudahan Allah tetap berikan kekuatan untuk jalani Ramadhan esok hari. Mudah-mudahan Allah masih panjangkan usia, untuk jalani Ramadhan dengan lebih bermakna...
(Sekedar untuk mutabaah dan muhasabah)
Sudah seminggu Ramadhan berjalan. Syaumku belum terkalahkan, tarawehkupun tetap jalan, meskipun hanya satu hari yang paling berkesan, yaitu saat taraweh di Al-Hikmah pada Ramadhan kedua. Lantunan ayat-ayat sang Imam membuatku bergetar, meskipun yang kumengerti hanya kata-kata seperti hisab, huthomah dan qoriah. Jadi teringat gunungan dosa yang sudah keperbuat selama ini.
Tilawahku masih melanjutkan yang kemarin, masuk juz 26. Kata Ratu Bidadari, minimal Ramadhan harus selesai 1 juz, siap Ratu! akan aku usahakan. Infaq, masih rada pelit, apalagi kalau harus memberikan pada anak-anak muda dimikrolet, yang hanya meminta-minta sambil memaksa, katanya untuk berbuka.
Muamalahku, masih kurang bagus, masih pelit senyum dengan sesama, masih ragu menyapa dan memberikan salam. Aku juga masih sering mengecewakan banyak orang. Lailku, masih harus diperbaiki, hanya tiga kali dalam seminggu, dan semuanya belum dijalankan dengan kesungguhan, sekedar ritualitas pesanan Ratu Bidadari, target yang harus dipenuhi. Ilmuku, belum bertambah, belum satu bukupun yang sempat dibaca, meskipun tak pernah ketinggalan melihat dunia melalui Sabili dan Ummi.
Hari ini, pertama dibulan Ramadhan, kuhabiskan malam dikantor. Mudah-mudahan Allah tetap berikan kekuatan untuk jalani Ramadhan esok hari. Mudah-mudahan Allah masih panjangkan usia, untuk jalani Ramadhan dengan lebih bermakna...
(Sekedar untuk mutabaah dan muhasabah)
SEMANGAT YANG TAK PERNAH PADAM
Hari ini satu amanah terselesaikan. Dua hari jadwalku Sabtu dan Minggu, ditutup lantunan doa lembut Syifa, peserta terakhir Qur'ani Kids. Kegiatan yang terus berulang setiap tahun, tetapi dengan tempat dan lokasi yang berbeda.
2 tahun yang lalu, aku juga mengurusi perlombaan semacam ini, dengan jumlah peserta yang lebih banyak. Hampir seluruh RT yang ada dilingkungan RWku mengirimkan duta-dutanya, mahluk-mahluk kecil yang polos, mengikuti setiap perlombaan dengan penuh semangat.
Setahun yang lalu, kegiatan yang sama terulang, tetapi dengan jumlah peserta yang lebih sedikit. Koordinasi kami saat itu yang bergabung dalam Krida Dharma Taruna kurang bagus, mulai ada perpecahan. Jadi ingat zaman kuliah dulu, ada mahasiswa kiri, ada mahasiswa kanan, eh, ternyata kejadian juga. Mereka yang alergi kegiatan-kegiatan kerohanian, mulai menyingkir, dan lebih suka menghabiskan waktu kumpul-kumpul tengah malam sambil bakar ayam.
Sekarang semangat 2 tahun yang lalu, terulang ditempat ini, sebuah negeri yang kata seorang Abang, bertuhan rating. Kembali kutemui wajah-wajah polos penuh antusias, namun terlihat serius saat harus menghadapi para juri, yang terdiri dari 4 bidadari berwajah arif seorang ibu.
Semoga do'a-do'a yang mereka lafalkan terpatri didalam hati dan menjadi petunjuk dalam jalani hari-hari. Semoga ayat-ayat yang mereka lantunkan,tetap melekat dalam ingatan, dan menjadi arah dalam jalani kehidupan. Sesungguhnya manusia berganti, waktu berputar, namun semangat itu tak pernah padam.
(Buat semua pihak yang turut membantu...terima kasih)
Hari ini satu amanah terselesaikan. Dua hari jadwalku Sabtu dan Minggu, ditutup lantunan doa lembut Syifa, peserta terakhir Qur'ani Kids. Kegiatan yang terus berulang setiap tahun, tetapi dengan tempat dan lokasi yang berbeda.
2 tahun yang lalu, aku juga mengurusi perlombaan semacam ini, dengan jumlah peserta yang lebih banyak. Hampir seluruh RT yang ada dilingkungan RWku mengirimkan duta-dutanya, mahluk-mahluk kecil yang polos, mengikuti setiap perlombaan dengan penuh semangat.
Setahun yang lalu, kegiatan yang sama terulang, tetapi dengan jumlah peserta yang lebih sedikit. Koordinasi kami saat itu yang bergabung dalam Krida Dharma Taruna kurang bagus, mulai ada perpecahan. Jadi ingat zaman kuliah dulu, ada mahasiswa kiri, ada mahasiswa kanan, eh, ternyata kejadian juga. Mereka yang alergi kegiatan-kegiatan kerohanian, mulai menyingkir, dan lebih suka menghabiskan waktu kumpul-kumpul tengah malam sambil bakar ayam.
Sekarang semangat 2 tahun yang lalu, terulang ditempat ini, sebuah negeri yang kata seorang Abang, bertuhan rating. Kembali kutemui wajah-wajah polos penuh antusias, namun terlihat serius saat harus menghadapi para juri, yang terdiri dari 4 bidadari berwajah arif seorang ibu.
Semoga do'a-do'a yang mereka lafalkan terpatri didalam hati dan menjadi petunjuk dalam jalani hari-hari. Semoga ayat-ayat yang mereka lantunkan,tetap melekat dalam ingatan, dan menjadi arah dalam jalani kehidupan. Sesungguhnya manusia berganti, waktu berputar, namun semangat itu tak pernah padam.
(Buat semua pihak yang turut membantu...terima kasih)
Friday, October 31, 2003
NEGERI BERTUHAN RATING
spanduk sederhana itu terbentang diatas gerbang negeri bertuhan rating, semoga bentangannya menepi dipintu langit, dipungut malaikat sebagai amalan...
SMS itu kuterima 2 hari yang lalu, saat usai shalat taraweh dikantor. Dari seorang abang, yang mengomentari kegiatan lomba Qur'ani Kids yang kami adakan.
2 tahun yang lalu, aku masih sering melihatnya, ikut dalam kegiatan ngabuburit sederhana setiap menjelang berbuka. Namun kini sang abang jarang terlihat, aku hanya bisa memantau dari hasil liputannya dalam paket Jelajah. 3 Minggu lalu ia berada diPapua, mengikuti keseharian suku Dhani, lalu 2 minggu yang lalu ia sudah bersama anak-anak dari suku anak dalam dipedalaman Kalimantan, dan baru beberapa hari ini ia pulang dari Sumbawa. Nyaris aku merasa kehilangan sang abang, hingga SMS itu datang.
Sang abang ternyata tetap memantau, sedikit upaya yang kami lakukan untuk mewarnai sebuah negeri... bertuhan Rating...
Semoga sang abang tetap doakan, sedikit upaya yang kami lakukan, kelak berhasil mewarnai sebuah negeri untuk kembali kepada Tuhan sebenar....
(Untuk all my Majlis Ta'lim Friends...semoga semangat tak pernah padam...)
spanduk sederhana itu terbentang diatas gerbang negeri bertuhan rating, semoga bentangannya menepi dipintu langit, dipungut malaikat sebagai amalan...
SMS itu kuterima 2 hari yang lalu, saat usai shalat taraweh dikantor. Dari seorang abang, yang mengomentari kegiatan lomba Qur'ani Kids yang kami adakan.
2 tahun yang lalu, aku masih sering melihatnya, ikut dalam kegiatan ngabuburit sederhana setiap menjelang berbuka. Namun kini sang abang jarang terlihat, aku hanya bisa memantau dari hasil liputannya dalam paket Jelajah. 3 Minggu lalu ia berada diPapua, mengikuti keseharian suku Dhani, lalu 2 minggu yang lalu ia sudah bersama anak-anak dari suku anak dalam dipedalaman Kalimantan, dan baru beberapa hari ini ia pulang dari Sumbawa. Nyaris aku merasa kehilangan sang abang, hingga SMS itu datang.
Sang abang ternyata tetap memantau, sedikit upaya yang kami lakukan untuk mewarnai sebuah negeri... bertuhan Rating...
Semoga sang abang tetap doakan, sedikit upaya yang kami lakukan, kelak berhasil mewarnai sebuah negeri untuk kembali kepada Tuhan sebenar....
(Untuk all my Majlis Ta'lim Friends...semoga semangat tak pernah padam...)
Tuesday, October 28, 2003
TARAWEH DIGUYUR HUJAN...
Minggu lalu, satu target acara tak mampu terlewati. Aku gagal berkumpul dengan bidadari-bidadariku menjelang Ramadhan, saat telat pulang dari kantor sore itu, aku berpapasan dua orang bidadariku yang mengantarkan Ratu bidadari pulang, kami langsung mengucapkan salam dan berpelukan. "Maafin mbak ya in...selamat menjalankan puasa, tugas-tugas selama ramadhan ini sudah dicatat Aan dirumah, dilihat ya...". Ratu Bidadari dengan kandungannya yang makin membesar, kali ini menyempatkan diri untuk hadir menemui adik-adiknya. Kuusap perut besar itu, "iya mbak..."
Setelah mandi, diiringi gerimis bergegas menuju musholla kecil disamping rumah, sendirian, my 2 lovely sisters sudah berangkat mendahului. Mereka akan mencarikan tempat untuk menggelar sajadahku dimusholla, yang biasanya pada hari-hari pertama Ramadhan penuh dengan jamaah. Dahulu aku taraweh di Masjid Nurul Hidayah, dekat jalan raya, tapi semenjak seorang dermawan membangun sebuah musholla dekat rumah, banyak warga yang memilih untuk shalat disana, meskipun musholla itu sangat imut, sehingga jamaah wanitanya harus shalat dirumah sebelah yang baru dibangun.
Selepas shalat Isya, hujan mulai deras, rumah yang belum sempurna dibangun itu, bocor dibeberapa sisi. Ibu-ibu mulai ramai, menggeser sajadahnya, merapat kekanan, menghindari air hujan. Aku sendiri yang kebagian dipojok depan, kebagian air hujan yang tampias turun seperti titik-titik embun, membahasi sajadah dan mukena. Aku nikmati saja "Alhamdulillah...mungkin ini berkah Ramadhan..."
Lalu Ketua Musholla Pak Nasikin memberikan ceramah, hujan semakin deras. Terjadi keributan, rupanya sendal para jamaah diluar, hanyut terbawa air hujan, maka sibuklah bapak-bapak memungguti sandal dan meletakkannya ditempat yang lebih aman. Suara ceramah Pak Nasikin, termakan celoteh lucu para ibu-ibu dan bapak-bapak yang sibuk mengejar sendal yang hanyut.
Dimulailah shalat tarawih, kembali Pak Nasikin yang memimpin. Tarawih kali ini spesial, kilat. Belum sempat mentadaburi ayat ketiga Al-Fatehah, tahu-tahu sudah rukuk, baru rukuk, tahu-tahu sudah sujud. Baru kemarin Ustadz Syaiful Islam cerita betapa banyak imam yang kurang dapat menghayati bacaannya, dan kini aku mengalaminya.
Taraweh pertamaku, disambut derasnya curahan hujan...sandal-sandal yang hanyut dan imam yang super kilat. Semoga taraweh yang akan datang, akan lebih baik.
Minggu lalu, satu target acara tak mampu terlewati. Aku gagal berkumpul dengan bidadari-bidadariku menjelang Ramadhan, saat telat pulang dari kantor sore itu, aku berpapasan dua orang bidadariku yang mengantarkan Ratu bidadari pulang, kami langsung mengucapkan salam dan berpelukan. "Maafin mbak ya in...selamat menjalankan puasa, tugas-tugas selama ramadhan ini sudah dicatat Aan dirumah, dilihat ya...". Ratu Bidadari dengan kandungannya yang makin membesar, kali ini menyempatkan diri untuk hadir menemui adik-adiknya. Kuusap perut besar itu, "iya mbak..."
Setelah mandi, diiringi gerimis bergegas menuju musholla kecil disamping rumah, sendirian, my 2 lovely sisters sudah berangkat mendahului. Mereka akan mencarikan tempat untuk menggelar sajadahku dimusholla, yang biasanya pada hari-hari pertama Ramadhan penuh dengan jamaah. Dahulu aku taraweh di Masjid Nurul Hidayah, dekat jalan raya, tapi semenjak seorang dermawan membangun sebuah musholla dekat rumah, banyak warga yang memilih untuk shalat disana, meskipun musholla itu sangat imut, sehingga jamaah wanitanya harus shalat dirumah sebelah yang baru dibangun.
Selepas shalat Isya, hujan mulai deras, rumah yang belum sempurna dibangun itu, bocor dibeberapa sisi. Ibu-ibu mulai ramai, menggeser sajadahnya, merapat kekanan, menghindari air hujan. Aku sendiri yang kebagian dipojok depan, kebagian air hujan yang tampias turun seperti titik-titik embun, membahasi sajadah dan mukena. Aku nikmati saja "Alhamdulillah...mungkin ini berkah Ramadhan..."
Lalu Ketua Musholla Pak Nasikin memberikan ceramah, hujan semakin deras. Terjadi keributan, rupanya sendal para jamaah diluar, hanyut terbawa air hujan, maka sibuklah bapak-bapak memungguti sandal dan meletakkannya ditempat yang lebih aman. Suara ceramah Pak Nasikin, termakan celoteh lucu para ibu-ibu dan bapak-bapak yang sibuk mengejar sendal yang hanyut.
Dimulailah shalat tarawih, kembali Pak Nasikin yang memimpin. Tarawih kali ini spesial, kilat. Belum sempat mentadaburi ayat ketiga Al-Fatehah, tahu-tahu sudah rukuk, baru rukuk, tahu-tahu sudah sujud. Baru kemarin Ustadz Syaiful Islam cerita betapa banyak imam yang kurang dapat menghayati bacaannya, dan kini aku mengalaminya.
Taraweh pertamaku, disambut derasnya curahan hujan...sandal-sandal yang hanyut dan imam yang super kilat. Semoga taraweh yang akan datang, akan lebih baik.
KERA YANG TRUS MENJALIN MIMPI...
Kemarin Kaum Yahudi Israel menetapkan pemukiman di Tepi Barat yang mereka bangun 'berstatus permanen'. Menurut radio Israel, komisi pembiayaan parlemen mengeluarkan dana sekitar US$29 juta untuk membangun apartemen tersebut.
Perilaku Israel seperti hanya menunjukkan siapa sebenarnya Israel kepada dunia. Langkah-langkah yang mereka ambil itu, kan, jelas-jelas melanggar ketentuan peta jalan damai yang sudah disusun pihak internasional yang didalamnya ada PBB, Uni Eropa, AS dan Rusia.
Jadi teringat salah satu film jiffest yang aku tonton bareng Mona kemarin 'This Is Not Living', saat 2 orang wanita tua pemilik puluhan hektar ladang zaitun, dilempari batu dan diusir oleh penduduk Israel, dari tanah mereka sendiri. Padahal mereka sudah hidup puluhan tahun, dan berencana mewariskan ladang zaitun itu untuk cucu-cucu mereka.
Memang tepat sekali lantunan nasyid yang dibawakan Izzatul Islam....
Telah menguntai angan kaum Yahudi...
Bagai kera yang terus menjalin mimpi...
(Semoga saudara-saudara di Palestina...diberikan kekuatan)
Kemarin Kaum Yahudi Israel menetapkan pemukiman di Tepi Barat yang mereka bangun 'berstatus permanen'. Menurut radio Israel, komisi pembiayaan parlemen mengeluarkan dana sekitar US$29 juta untuk membangun apartemen tersebut.
Perilaku Israel seperti hanya menunjukkan siapa sebenarnya Israel kepada dunia. Langkah-langkah yang mereka ambil itu, kan, jelas-jelas melanggar ketentuan peta jalan damai yang sudah disusun pihak internasional yang didalamnya ada PBB, Uni Eropa, AS dan Rusia.
Jadi teringat salah satu film jiffest yang aku tonton bareng Mona kemarin 'This Is Not Living', saat 2 orang wanita tua pemilik puluhan hektar ladang zaitun, dilempari batu dan diusir oleh penduduk Israel, dari tanah mereka sendiri. Padahal mereka sudah hidup puluhan tahun, dan berencana mewariskan ladang zaitun itu untuk cucu-cucu mereka.
Memang tepat sekali lantunan nasyid yang dibawakan Izzatul Islam....
Telah menguntai angan kaum Yahudi...
Bagai kera yang terus menjalin mimpi...
(Semoga saudara-saudara di Palestina...diberikan kekuatan)
Monday, October 27, 2003
SELAMAT TINGGAL MBAH ROH...
Kemarin satu hari menjelang Ramadhan, seseorang pergi menghadap-Nya. Pakde Roh, begitu my mom menyebutnya. Beliau kena serangan jantung. Pakde Roh, kakak dari Mbah Putriku yang tinggal di Surabaya, sudah banyak berjasa. Ia yang bantu membiayai sekolah my mom saat SMEA dulu, masa ketika keluarga Mbahku hidup dalam penderitaan. Beliau juga yang kasih banyak bantuan saat Mbah Kakungku meninggal.
Tadi pagi my mom and my father langsung menuju Bandara Soekarno-Hatta, berangkat ke Surabaya. Pergi menemui jasadnya yang terakhir kali. Untuk mengucapkan terima kasih...karenamu, my mom kini sudah jadi seorang wanita mandiri, karenamu...cucu-cucumu kini mampu melanjutkan mimpi-mimpi...
Selamat jalan Mbah Roh...semoga Allah menempatkanmu ditempat yang aku impikan...
Sebuah Raudhah yang didalamnya mengalir Tasneem dan Salsabil...
(Untuk Mbah yang sudah banyak berjasa)
Kemarin satu hari menjelang Ramadhan, seseorang pergi menghadap-Nya. Pakde Roh, begitu my mom menyebutnya. Beliau kena serangan jantung. Pakde Roh, kakak dari Mbah Putriku yang tinggal di Surabaya, sudah banyak berjasa. Ia yang bantu membiayai sekolah my mom saat SMEA dulu, masa ketika keluarga Mbahku hidup dalam penderitaan. Beliau juga yang kasih banyak bantuan saat Mbah Kakungku meninggal.
Tadi pagi my mom and my father langsung menuju Bandara Soekarno-Hatta, berangkat ke Surabaya. Pergi menemui jasadnya yang terakhir kali. Untuk mengucapkan terima kasih...karenamu, my mom kini sudah jadi seorang wanita mandiri, karenamu...cucu-cucumu kini mampu melanjutkan mimpi-mimpi...
Selamat jalan Mbah Roh...semoga Allah menempatkanmu ditempat yang aku impikan...
Sebuah Raudhah yang didalamnya mengalir Tasneem dan Salsabil...
(Untuk Mbah yang sudah banyak berjasa)
Sunday, October 26, 2003
ANDAI SETIAP BULAN ADALAH RAMADHAN...
Seorang selebritis kontroversional yang biasa tampil seksi
dan tak lepas dari goyang mautnya...
Tampil anggun dalam balutan kerudung putih...
Ia berniat istirahat dari segala aktifitasnya...
Demi menghormati datangnya sebuah bulan...
bernama Ramadhan...
Sebuah tempat hiburan malam...
tempat banyak manusia menghabiskan waktu...
dan larut dalam bisingnya house music...
Rela tutup dalam beberapa jam...
Demi menghormati datangnya sebuah bulan
bernama Ramadhan...
Sebuah kotak ajaib yang biasa menampilkan tayangan berani...
kini hadir dengan cerita-cerita menyejukkan...
kisah seorang ulama atau manusia yang mengalami pencerahan...
Demi menghormati datangnya sebuah bulan
bernama Ramadhan...
Seandainya...
setiap bulan adalah Ramadhan...
(Marhaban ya Ramadhan...semoga kehadiranmu menyejukkan bulan-bulan yang lain)
Seorang selebritis kontroversional yang biasa tampil seksi
dan tak lepas dari goyang mautnya...
Tampil anggun dalam balutan kerudung putih...
Ia berniat istirahat dari segala aktifitasnya...
Demi menghormati datangnya sebuah bulan...
bernama Ramadhan...
Sebuah tempat hiburan malam...
tempat banyak manusia menghabiskan waktu...
dan larut dalam bisingnya house music...
Rela tutup dalam beberapa jam...
Demi menghormati datangnya sebuah bulan
bernama Ramadhan...
Sebuah kotak ajaib yang biasa menampilkan tayangan berani...
kini hadir dengan cerita-cerita menyejukkan...
kisah seorang ulama atau manusia yang mengalami pencerahan...
Demi menghormati datangnya sebuah bulan
bernama Ramadhan...
Seandainya...
setiap bulan adalah Ramadhan...
(Marhaban ya Ramadhan...semoga kehadiranmu menyejukkan bulan-bulan yang lain)
Thursday, October 23, 2003
KORBAN IKLAN
Sejak dulu sepertinya Allah ciptakan wanita dengan kecenderungan suka berbelanja, dirumah my 2 lovely sisters and my mom juga suka belanja. Tapi ada yang aneh, ada seseorang yang paling boros belanja hal-hal yang ngak perlu... my father.
Coba lihat apa yang baru dibelinya seminggu lalu, sebuah treadmill, katanya biar putri-putrinya ngak ada yang gemuk, biar langsing, biar singset. Treadmill hitam legam itu punya banyak fungsi lho, bisa untuk ngecilin perut, bentuk lengan yang ok, rampingin pinggul pake alat yang bergetar-getar itu, begitu promo my father, persis seorang salesman.
Kemarin dulu dia beli sebuah kasur empuk biru yang bisa dipompa, katanya enak buat santai, buat tidur-tiduran, padahal kasur dikamarnya juga sudah spring bed yang kalah empuknya. Dia beli treadmill itu setelah lihat promo gratisnya di sebuah supermarket, dan kasur empuk biru itu setelah lihat iklannya ditv.
Padahal tanpa treadmillpun tubuh my 2 lovely sisters sudah ok, berkat senam jantung sehat dan cha cha yang rutin mereka ikuti dari vcd, tanpa kasur empuk itupun kami sekeluarga bisa tetap tidur pulas. Sekarang treadmill itu terdiam merana dipojok ruangan dan hanya dipakai kurang lebih sejam saja dalam sehari, itu masih mending, kasur empuk itu lebih tragis, ia jadi penghuni di atas lemari bersama debu-debu.
Padahal atap rumah ada yang bocor karena atapnya lapuk dimakan cuaca...
Padahal air dirumah sering seret karena pompa airnya udah tua...
Padahal lantai marmer dirumah sudah kusam karena termakan usia...
(For my beloved father...yang udah jadi korban iklan)
Sejak dulu sepertinya Allah ciptakan wanita dengan kecenderungan suka berbelanja, dirumah my 2 lovely sisters and my mom juga suka belanja. Tapi ada yang aneh, ada seseorang yang paling boros belanja hal-hal yang ngak perlu... my father.
Coba lihat apa yang baru dibelinya seminggu lalu, sebuah treadmill, katanya biar putri-putrinya ngak ada yang gemuk, biar langsing, biar singset. Treadmill hitam legam itu punya banyak fungsi lho, bisa untuk ngecilin perut, bentuk lengan yang ok, rampingin pinggul pake alat yang bergetar-getar itu, begitu promo my father, persis seorang salesman.
Kemarin dulu dia beli sebuah kasur empuk biru yang bisa dipompa, katanya enak buat santai, buat tidur-tiduran, padahal kasur dikamarnya juga sudah spring bed yang kalah empuknya. Dia beli treadmill itu setelah lihat promo gratisnya di sebuah supermarket, dan kasur empuk biru itu setelah lihat iklannya ditv.
Padahal tanpa treadmillpun tubuh my 2 lovely sisters sudah ok, berkat senam jantung sehat dan cha cha yang rutin mereka ikuti dari vcd, tanpa kasur empuk itupun kami sekeluarga bisa tetap tidur pulas. Sekarang treadmill itu terdiam merana dipojok ruangan dan hanya dipakai kurang lebih sejam saja dalam sehari, itu masih mending, kasur empuk itu lebih tragis, ia jadi penghuni di atas lemari bersama debu-debu.
Padahal atap rumah ada yang bocor karena atapnya lapuk dimakan cuaca...
Padahal air dirumah sering seret karena pompa airnya udah tua...
Padahal lantai marmer dirumah sudah kusam karena termakan usia...
(For my beloved father...yang udah jadi korban iklan)
Wednesday, October 22, 2003
MERINDUKAN MAHATHIR...
Duduk bersama 4 orang wartawan senior Indonesia, seorang pemimpin Asia yang kharismatik Mahathir Muhammad. Acara Topik Mahathir menjawab yang tayang siang tadi di TV7, dipandu Dana Iswara mantan jurnalis RCTI. Beda dengan acara talkshow yang biasa aku tonton, talkshow kali ini agak berbeda, lebih santai, mirip bincang-bincang kafenya om Wimar tempoe doeloe.
Wartawan-wartawan senior yang bertanya dalam bahasa Indonesia dijawab dengan lugas dalam bahasa Melayu, sehingga kadang kita harus berfikir dahulu untuk memahami jawabannya. Sosok Mahathir digolongkan sebagai pemimpin kedua terkuat di Asia, yang pidato-pidatonya kadang membuat gerah pemimpin2 Barat, macam Bush Junior, Blair dan Howard. Dibanding pemimpin Asia lainnya cuma dia satu-satunya yang berani mengutuk keras tindakan Amerika saat menginvasi Irak. Dia pula yang berhasil menggembalikan negaranya dalam kondisi yang lebih baik setelah diterjang krisis moneter. Dan ia juga bukan orang yang gila pada kekuasaan, meskipun banyak langkah-langkah yang diambilnya kontroversional.
Terlepas berbagai penilaian tentang beliau, pada kenyataanya kita bisa lihat bagaimana Malaysia selama kepemimpinannya. Dan aku hanya akan mengingat pesan sederhananya yang mengatakan "you must try...even if you think you'll fail...".
(Selamat Tinggal Pak Mahathir...)
Duduk bersama 4 orang wartawan senior Indonesia, seorang pemimpin Asia yang kharismatik Mahathir Muhammad. Acara Topik Mahathir menjawab yang tayang siang tadi di TV7, dipandu Dana Iswara mantan jurnalis RCTI. Beda dengan acara talkshow yang biasa aku tonton, talkshow kali ini agak berbeda, lebih santai, mirip bincang-bincang kafenya om Wimar tempoe doeloe.
Wartawan-wartawan senior yang bertanya dalam bahasa Indonesia dijawab dengan lugas dalam bahasa Melayu, sehingga kadang kita harus berfikir dahulu untuk memahami jawabannya. Sosok Mahathir digolongkan sebagai pemimpin kedua terkuat di Asia, yang pidato-pidatonya kadang membuat gerah pemimpin2 Barat, macam Bush Junior, Blair dan Howard. Dibanding pemimpin Asia lainnya cuma dia satu-satunya yang berani mengutuk keras tindakan Amerika saat menginvasi Irak. Dia pula yang berhasil menggembalikan negaranya dalam kondisi yang lebih baik setelah diterjang krisis moneter. Dan ia juga bukan orang yang gila pada kekuasaan, meskipun banyak langkah-langkah yang diambilnya kontroversional.
Terlepas berbagai penilaian tentang beliau, pada kenyataanya kita bisa lihat bagaimana Malaysia selama kepemimpinannya. Dan aku hanya akan mengingat pesan sederhananya yang mengatakan "you must try...even if you think you'll fail...".
(Selamat Tinggal Pak Mahathir...)
Tuesday, October 21, 2003
AKHIRNYA MAWAR ITUPUN MEREKAH...
Sebatang mawar kuncup terdiam...
Ditepi tebing yang curam...
Duri-duri tajam melindungi tubuhnya...
dari tangan jahil anak-anak hutan yang senang berlari-lari...
mengumpulkan berbagai bunga indah untuk hiasan mahkota dikepala...
Semusim tlah berlalu...
Sebatang mawar kuncup tetap terdiam...
Meski banyak pendaki yang menanti mekarnya...
sekedar untuk memetik lalu membawanya pulang...
dan memberikan kepada kekasih idaman...
Sebatang mawar mulai merekah...
Hatinya terbuai pada seseorang...
yang kerap membersihkan daun-daun tuanya yang layu...
yang kerap menjaganya dari gulma-gulma yang mengganggu...
Sebatang mawar merah merekah...
Merahnya melebihi segala keindahan yang ada...
Harumnya melebihi wangi kesturi sang penari...
Sang anak gunung telah mencabut akarnya...
membersihkannya dan membawanya pulang...
untuk ditanam pada sebuah tempat... dihatinya...
(Untuk seorang sister yang sedang berbahagia...lady of the rose...)
Sebatang mawar kuncup terdiam...
Ditepi tebing yang curam...
Duri-duri tajam melindungi tubuhnya...
dari tangan jahil anak-anak hutan yang senang berlari-lari...
mengumpulkan berbagai bunga indah untuk hiasan mahkota dikepala...
Semusim tlah berlalu...
Sebatang mawar kuncup tetap terdiam...
Meski banyak pendaki yang menanti mekarnya...
sekedar untuk memetik lalu membawanya pulang...
dan memberikan kepada kekasih idaman...
Sebatang mawar mulai merekah...
Hatinya terbuai pada seseorang...
yang kerap membersihkan daun-daun tuanya yang layu...
yang kerap menjaganya dari gulma-gulma yang mengganggu...
Sebatang mawar merah merekah...
Merahnya melebihi segala keindahan yang ada...
Harumnya melebihi wangi kesturi sang penari...
Sang anak gunung telah mencabut akarnya...
membersihkannya dan membawanya pulang...
untuk ditanam pada sebuah tempat... dihatinya...
(Untuk seorang sister yang sedang berbahagia...lady of the rose...)
Monday, October 20, 2003
SEMALAM DI RAUDHAH...
Bangunan itu berdiri megah, lampu yang menyorot dari bawah membuatnya tampak gagah. Wanita-wanita dengan aurat tertutup rapat, hilir mudik dipelatarannya. Begitu pula dengan pria-pria berpenampilan bersahaja, menundukkan kepala jika berpapasan dengan wanita. Malam itu aku serasa berada di Raudhah, sebuah tempat indah yang dibuat grup nasyid Raihan dalam Film Syukur 21 mereka beberapa tahun lalu.
Bersama seorang bidadari disisiku, kami langsung menuju tempat berwudhlu, membersihkan diri dari segala kotoran yang melekat sejak pagi tadi, lalu pergi menghadapNya. Didalam bangunan itu ratusan ikhwan dan akhwat menyibukkan diri, hijab ditengah-tengah ruangan besar, membuat peserta Mabit malam ini semakin terjaga. Memasuki bangunan, terdengar lantunan ayat suci dari berbagai sudut.
Seorang ustadz memberikan siraman tausyiahnya, sebuah pembekalan untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Peserta mabit mendengarkan dengan serius, lalu 4 pertanyaan dilontarkan 4 peserta diakhir tausyiah. Saatnya beristirahat, dengan alas lantai marmer bangunan yang dingin, aku dan bidadari disisikupun terlelap. Pukul 2.00 kami terjaga, mencari air untuk berwudhu, dan bersiap melaksanakan qiyamul lail. Di shaf terdepan kami berdiri, rakaat ke 3, bacaan imam mulai lirih, ayat2nya berkisah tentang neraka Jahanam, dan hukuman bagi mereka yang suka bermegah-megah.
Saat muhasabah, tak ada yang mampu membendung tangis. Semua mengingat dosa2nya, dosa2nya kepada Allah, kepada orangtua, kepada saudara2nya. Begitu pula aku dan bidadari disisiku. Malam itu kami larut menyesali perbuatan-perbuatan dosa yang kami lakukan. Tak terasa fajar menjelang, dan satu persatu dari kami beranjak pulang. Semalam di Raudhah Membawa semangat baru untuk menyambut Ramadhan, semalam di Raudhah membawa niat yang baru untuk menjalin kebaikan sesama insan. Semoga kelak Raudhah sesungguhnya, Ia kan berikan.... .
(Oleh-oleh Mabit Malam Minggu kemarin di At-Tiin TMMI bersama Mona, bidadari yang selalu menemaniku)
Bangunan itu berdiri megah, lampu yang menyorot dari bawah membuatnya tampak gagah. Wanita-wanita dengan aurat tertutup rapat, hilir mudik dipelatarannya. Begitu pula dengan pria-pria berpenampilan bersahaja, menundukkan kepala jika berpapasan dengan wanita. Malam itu aku serasa berada di Raudhah, sebuah tempat indah yang dibuat grup nasyid Raihan dalam Film Syukur 21 mereka beberapa tahun lalu.
Bersama seorang bidadari disisiku, kami langsung menuju tempat berwudhlu, membersihkan diri dari segala kotoran yang melekat sejak pagi tadi, lalu pergi menghadapNya. Didalam bangunan itu ratusan ikhwan dan akhwat menyibukkan diri, hijab ditengah-tengah ruangan besar, membuat peserta Mabit malam ini semakin terjaga. Memasuki bangunan, terdengar lantunan ayat suci dari berbagai sudut.
Seorang ustadz memberikan siraman tausyiahnya, sebuah pembekalan untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Peserta mabit mendengarkan dengan serius, lalu 4 pertanyaan dilontarkan 4 peserta diakhir tausyiah. Saatnya beristirahat, dengan alas lantai marmer bangunan yang dingin, aku dan bidadari disisikupun terlelap. Pukul 2.00 kami terjaga, mencari air untuk berwudhu, dan bersiap melaksanakan qiyamul lail. Di shaf terdepan kami berdiri, rakaat ke 3, bacaan imam mulai lirih, ayat2nya berkisah tentang neraka Jahanam, dan hukuman bagi mereka yang suka bermegah-megah.
Saat muhasabah, tak ada yang mampu membendung tangis. Semua mengingat dosa2nya, dosa2nya kepada Allah, kepada orangtua, kepada saudara2nya. Begitu pula aku dan bidadari disisiku. Malam itu kami larut menyesali perbuatan-perbuatan dosa yang kami lakukan. Tak terasa fajar menjelang, dan satu persatu dari kami beranjak pulang. Semalam di Raudhah Membawa semangat baru untuk menyambut Ramadhan, semalam di Raudhah membawa niat yang baru untuk menjalin kebaikan sesama insan. Semoga kelak Raudhah sesungguhnya, Ia kan berikan.... .
(Oleh-oleh Mabit Malam Minggu kemarin di At-Tiin TMMI bersama Mona, bidadari yang selalu menemaniku)
GIVE THEM LIFE
"Suasana begitu mencekam. Sekumpulan pasukan berkuda dengan senjata laras panjang terlihat pongah berjalan dikerumunan masyarakat, meyeruak barisan ibu-ibu berjilbab putih, dan orang-orang tua yang hendak ke Masjidil Aqsa. Menghalangi mereka untuk melakukan shalat jammaah, padahal hari itu hari suci yang harus dihormati, Hari Idul Fitri. Seorang bapak tua dengan berani memprotes seorang serdadu, ia minta rekannya dibebaskan, sang serdadu menolak, lalu terjadi keributan, seorang pemuda dipukul dari atas kuda, selanjutnya batu-batu intifadha mulai beterbangan. Ibu-ibu berjilbab putih menangis sambil mamandang kearah kamera sambil berkata...kami hanya ingin shalat Id...kami hanya ingin shalat Id....kami hanya ingin merayakan Idul Fitri..."
Adegan itu membuka sebuah film dokumenter jiffest berjudul This Is Not Living yang diputar di Galeri Oktagon, Jumat lalu. Kisah 8 wanita yang harus hidup dalam situasi konflik setiap hari, hingga akhirnya mereka merasa hidup mereka bukanlah kehidupan. Dimulai dari seorang wanita pemilik butik, yang harus menonton berita sebelum berangkat, karena dari berita itu, ia tahu jalan mana yang harus dihindari agar selamat dari pertikaian terbuka. Ia tetap rutin datang kebutik, membersihkan, merapikan pakaian, meskipun sudah lama tidak pernah ada satu pelangganpun yang datang.
Lalu tentang Dima, seorang ibu dengan banyak anak, yang harus tetap bekerja bersama suaminya yang cacat. Setiap malam harus berjaga, takut-takut jika ada misil yang nyelonong masuk kerumah, sementara mereka dalam keadaan terlelap. Juga cerita tentang seorang guru smu, yang setiap hari harus mendengar kesyahidan salah satu muridnya. Ada juga cerita tentang seorang wanita yang berprofesi sama denganku, seorang editor av bagian pemberitaan, setiap hari ia harus mengedit dan memotong gambar-gambar hasil liputan, menyimpan gambar-gambar yang mungkin dapat memicu konflik lebih parah, seperti gambar seorang anak yang tubuh dan isinya hancur berantakan dihajar misil Israel. "Manusia macam apa yang tega melakukannya..."begitu tanyanya...
Kemudian seorang wanita muda berusia 20-an menceritakan tentang adik laki-lakinya yang syahid. Padahal mereka berasal dari kelurga kaya raya, yang kehdupannya secara material tidak begitu terganggu dengan adanya konflik. Namun ada satu pernyataannya yang sangat menyentuh,"jika tanah kami dirampas, maka kami akan membelanya, baik kami orang kaya ataupun miskin. Karena dimata Allah semuanya sama...jika Israel terus menjajah negeri kami, maka keluarga kami siap memberikan syahid-syahid berikutnya..."
Lalu tentang seorang pekerja sosial Nasrani, menceritakan bahwa konflik di Palestina tidak hanya mengancam keluarga muslim, tetapi juga keluarga Nasrani. Ia mendatangi seorang ibu muda dari keluarga nasrani yang rumahnya baru kena serangan misil, dan juga grup drama lokal yang gedung teaternya berantakan diterjang peluru. Meskipun situasi sedang tidak menentu mereka tetap latihan, dan cerita yang disajikan menarik, tentang kebersamaan penduduk Palestina saat merayakan Ramadhan dan Hari Natal yang datang bersamaan.
Yang terakhir kisah tentang 2 orang nenek-nenek petani pohon zaitun, yang sedih karena tidak bisa memanen buah zaitun yang mereka tanam dilahan mereka sendiri, penduduk Israel mengusir mereka dengan lemparan batu dan mencabut pohon-pohon zaitun mereka. "Kami menanam zaitun untuk diwariskan kepada cucu-cucu kami, ini tanah kami, mengapa sekarang mereka bisa seenaknya mengusir kami, dan tentara Isreal diatas sana tidak berbuat apa-apa saat mereka melempari kami dengan batu, kami yakin kalau kami tetap disini, kami akan dibantai...."
Kisah wanita-wanita itu, kisah mereka yang terusir dari negeri sendiri, kisah mereka yang hidup ketakutan dirumah sendiri. Kisah-kisah yang terus mengilhamiku untuk setidaknya berbuat sedikit untuk mereka, memboikot produk-produk Yahudi yang memiliki subtitusinya...mengapa harus minum Coca-cola jika air putih lebih menyehatkan, mengapa harus makan Kentucy, California Fried Chicken, Dunkin Donats jika nasi dan lalap sambal terasa lebih membumi, mengapa harus memakai tas Export jika tas buatan di Barel UI tak kalah kuatnya, mengapa harus menyumbangkan peluru...jika kita bisa memberikan harapan...
(Setiap sen yang kita keluarkan untuk membeli produk-produk Yahudi (Israel, Amerika) adalah peluru yang digunakan untuk membunuh saudara-saudara kita di Palestina)
"Suasana begitu mencekam. Sekumpulan pasukan berkuda dengan senjata laras panjang terlihat pongah berjalan dikerumunan masyarakat, meyeruak barisan ibu-ibu berjilbab putih, dan orang-orang tua yang hendak ke Masjidil Aqsa. Menghalangi mereka untuk melakukan shalat jammaah, padahal hari itu hari suci yang harus dihormati, Hari Idul Fitri. Seorang bapak tua dengan berani memprotes seorang serdadu, ia minta rekannya dibebaskan, sang serdadu menolak, lalu terjadi keributan, seorang pemuda dipukul dari atas kuda, selanjutnya batu-batu intifadha mulai beterbangan. Ibu-ibu berjilbab putih menangis sambil mamandang kearah kamera sambil berkata...kami hanya ingin shalat Id...kami hanya ingin shalat Id....kami hanya ingin merayakan Idul Fitri..."
Adegan itu membuka sebuah film dokumenter jiffest berjudul This Is Not Living yang diputar di Galeri Oktagon, Jumat lalu. Kisah 8 wanita yang harus hidup dalam situasi konflik setiap hari, hingga akhirnya mereka merasa hidup mereka bukanlah kehidupan. Dimulai dari seorang wanita pemilik butik, yang harus menonton berita sebelum berangkat, karena dari berita itu, ia tahu jalan mana yang harus dihindari agar selamat dari pertikaian terbuka. Ia tetap rutin datang kebutik, membersihkan, merapikan pakaian, meskipun sudah lama tidak pernah ada satu pelangganpun yang datang.
Lalu tentang Dima, seorang ibu dengan banyak anak, yang harus tetap bekerja bersama suaminya yang cacat. Setiap malam harus berjaga, takut-takut jika ada misil yang nyelonong masuk kerumah, sementara mereka dalam keadaan terlelap. Juga cerita tentang seorang guru smu, yang setiap hari harus mendengar kesyahidan salah satu muridnya. Ada juga cerita tentang seorang wanita yang berprofesi sama denganku, seorang editor av bagian pemberitaan, setiap hari ia harus mengedit dan memotong gambar-gambar hasil liputan, menyimpan gambar-gambar yang mungkin dapat memicu konflik lebih parah, seperti gambar seorang anak yang tubuh dan isinya hancur berantakan dihajar misil Israel. "Manusia macam apa yang tega melakukannya..."begitu tanyanya...
Kemudian seorang wanita muda berusia 20-an menceritakan tentang adik laki-lakinya yang syahid. Padahal mereka berasal dari kelurga kaya raya, yang kehdupannya secara material tidak begitu terganggu dengan adanya konflik. Namun ada satu pernyataannya yang sangat menyentuh,"jika tanah kami dirampas, maka kami akan membelanya, baik kami orang kaya ataupun miskin. Karena dimata Allah semuanya sama...jika Israel terus menjajah negeri kami, maka keluarga kami siap memberikan syahid-syahid berikutnya..."
Lalu tentang seorang pekerja sosial Nasrani, menceritakan bahwa konflik di Palestina tidak hanya mengancam keluarga muslim, tetapi juga keluarga Nasrani. Ia mendatangi seorang ibu muda dari keluarga nasrani yang rumahnya baru kena serangan misil, dan juga grup drama lokal yang gedung teaternya berantakan diterjang peluru. Meskipun situasi sedang tidak menentu mereka tetap latihan, dan cerita yang disajikan menarik, tentang kebersamaan penduduk Palestina saat merayakan Ramadhan dan Hari Natal yang datang bersamaan.
Yang terakhir kisah tentang 2 orang nenek-nenek petani pohon zaitun, yang sedih karena tidak bisa memanen buah zaitun yang mereka tanam dilahan mereka sendiri, penduduk Israel mengusir mereka dengan lemparan batu dan mencabut pohon-pohon zaitun mereka. "Kami menanam zaitun untuk diwariskan kepada cucu-cucu kami, ini tanah kami, mengapa sekarang mereka bisa seenaknya mengusir kami, dan tentara Isreal diatas sana tidak berbuat apa-apa saat mereka melempari kami dengan batu, kami yakin kalau kami tetap disini, kami akan dibantai...."
Kisah wanita-wanita itu, kisah mereka yang terusir dari negeri sendiri, kisah mereka yang hidup ketakutan dirumah sendiri. Kisah-kisah yang terus mengilhamiku untuk setidaknya berbuat sedikit untuk mereka, memboikot produk-produk Yahudi yang memiliki subtitusinya...mengapa harus minum Coca-cola jika air putih lebih menyehatkan, mengapa harus makan Kentucy, California Fried Chicken, Dunkin Donats jika nasi dan lalap sambal terasa lebih membumi, mengapa harus memakai tas Export jika tas buatan di Barel UI tak kalah kuatnya, mengapa harus menyumbangkan peluru...jika kita bisa memberikan harapan...
(Setiap sen yang kita keluarkan untuk membeli produk-produk Yahudi (Israel, Amerika) adalah peluru yang digunakan untuk membunuh saudara-saudara kita di Palestina)
SEPENGGAL KENANGAN SEORANG TEMAN
Ia sodorkan sebuah buku tebal coklat berjudul Mereka Yang Telah Pergi, "ini bukumu...aku udah dapet". Temanku ini orang yang paling menepati janji, meskipun sudah berminggu-minggu, diantara kesibukannya ia tetap menyempatkan untuk menjelajahi toko buku. Buku itu adalah salah satu janjinya karena aku sudah menggantikan shift edit yang ia gunakan untuk bikin video klip diluar kantor. Bukan buku itu saja, tapi ada juga buku Menulis Skenario dalam 21 Harinya Viki King dan sebuah VCD karya sutradara Iran Majid Majidi, yang berjudul Color of Paradise.
Sebulan sebelumnya ia juga menawarkan sebuah buku yang membuatnya terkesan. "Isinya bagus...pandangan objektif dari seorang pengamat agama, yang bercerita tentang Muhammad, judulnya Muhammad Sang Nabi, tulisannya Karen Amstrong, mau?". Aku mengiyakan dan 2 minggu kemudian buku itu sudah disodorkannya padaku. Aku juga masih ingat diskusi kami tentang tipe-tipe editing visual dan film-film Irannya Majid Majidi, bagaimana Ia begitu terkesan dengan film The Aple, dan adegan yang romatis saat Baran menjatuhkan buah-buahan.
Saat ia bercerita tentang film, aku akan terpekur mendengarkan seluruh ceritanya. Jika saatnya aku bicara tentang kecintaanku pada Dia yang berada di Arsy, ia akan terpekur. Bagiku ceritanya adalah makanan otakku, baginya ceritaku adalah makanan bagi ruhnya. Begitulah kami habiskan hari-hari pada pertemuan yang jarang terjadi, karena temanku itu senang bekerja diluar, dalam alam kebebasan, membuat cerita yang bertutur cantik seperti Fajar Pagi dan I Want Younya Boomerang, Dendamnya Coklat atau dalam alunan skanya Tip-Ex.
Lalu saat kau putuskan untuk mengambil kebebasan itu selamanya, hatikupun ikut senang. Karena kau terlihat lebih baik dengan wajah kartunmu yang lucu, saat memimpin sebuah proses pengambilan gambar, daripada bengong dengan tatapan kosong saat harus ikut rapat divisi diruang 3A bareng Pak Tama. Aku lebih senang melihatmu malu-malu saat diwawancarai karena film independenmu menang di Konfiden, atau terlihat serius saat teman-teman membahas film-film pendek yang kau buat, seperti Oleh-oleh, atau Kita Harus Bikin Film.
Aku juga turut senang saat kau cerita bahwa kau sudah temukan belahan jiwamu, seorang dokter cantik yang akan merawatmu dalam suka maupun duka. Aku juga turut senang saat kau putuskan untuk mengikuti jejakku, menyelesaikan pendidikan demi kebanggaan sang Bunda. Bagiku kepergianmu dilembaga ini bukanlah akhir segala perjuangan, tetapi awal penjelajahanmu, terus berkarya kawan, kunantikan namamu melebihi jajaran sutradara-sutradara terkenal itu.....
(Kenangan untuk seorang teman dan sesama tukang jagal... yang baru saja resign 3 Oktober lalu)
Ia sodorkan sebuah buku tebal coklat berjudul Mereka Yang Telah Pergi, "ini bukumu...aku udah dapet". Temanku ini orang yang paling menepati janji, meskipun sudah berminggu-minggu, diantara kesibukannya ia tetap menyempatkan untuk menjelajahi toko buku. Buku itu adalah salah satu janjinya karena aku sudah menggantikan shift edit yang ia gunakan untuk bikin video klip diluar kantor. Bukan buku itu saja, tapi ada juga buku Menulis Skenario dalam 21 Harinya Viki King dan sebuah VCD karya sutradara Iran Majid Majidi, yang berjudul Color of Paradise.
Sebulan sebelumnya ia juga menawarkan sebuah buku yang membuatnya terkesan. "Isinya bagus...pandangan objektif dari seorang pengamat agama, yang bercerita tentang Muhammad, judulnya Muhammad Sang Nabi, tulisannya Karen Amstrong, mau?". Aku mengiyakan dan 2 minggu kemudian buku itu sudah disodorkannya padaku. Aku juga masih ingat diskusi kami tentang tipe-tipe editing visual dan film-film Irannya Majid Majidi, bagaimana Ia begitu terkesan dengan film The Aple, dan adegan yang romatis saat Baran menjatuhkan buah-buahan.
Saat ia bercerita tentang film, aku akan terpekur mendengarkan seluruh ceritanya. Jika saatnya aku bicara tentang kecintaanku pada Dia yang berada di Arsy, ia akan terpekur. Bagiku ceritanya adalah makanan otakku, baginya ceritaku adalah makanan bagi ruhnya. Begitulah kami habiskan hari-hari pada pertemuan yang jarang terjadi, karena temanku itu senang bekerja diluar, dalam alam kebebasan, membuat cerita yang bertutur cantik seperti Fajar Pagi dan I Want Younya Boomerang, Dendamnya Coklat atau dalam alunan skanya Tip-Ex.
Lalu saat kau putuskan untuk mengambil kebebasan itu selamanya, hatikupun ikut senang. Karena kau terlihat lebih baik dengan wajah kartunmu yang lucu, saat memimpin sebuah proses pengambilan gambar, daripada bengong dengan tatapan kosong saat harus ikut rapat divisi diruang 3A bareng Pak Tama. Aku lebih senang melihatmu malu-malu saat diwawancarai karena film independenmu menang di Konfiden, atau terlihat serius saat teman-teman membahas film-film pendek yang kau buat, seperti Oleh-oleh, atau Kita Harus Bikin Film.
Aku juga turut senang saat kau cerita bahwa kau sudah temukan belahan jiwamu, seorang dokter cantik yang akan merawatmu dalam suka maupun duka. Aku juga turut senang saat kau putuskan untuk mengikuti jejakku, menyelesaikan pendidikan demi kebanggaan sang Bunda. Bagiku kepergianmu dilembaga ini bukanlah akhir segala perjuangan, tetapi awal penjelajahanmu, terus berkarya kawan, kunantikan namamu melebihi jajaran sutradara-sutradara terkenal itu.....
(Kenangan untuk seorang teman dan sesama tukang jagal... yang baru saja resign 3 Oktober lalu)
Thursday, October 16, 2003
Monday, October 13, 2003
Friday, October 10, 2003
JERATAN BAGI PEZINA
"Pilihan seseorang untuk menjadi homo, lesbian, hidup bersama tanpa pernikahan adalah urusan pribadi masing-masing individu, pemerintah seharusnya melindungi hak pribadi ini, bukan malah menuruti suara dari pengadilan jalanan yang punya kecenderungan untuk merugikan hak orang lain atau memfitnah..."
Begitu pembelaan dari bibir manis seorang sastrawan muda yang suka berpenampilan seksi, Ayu Utami. Begitu seksinya, hingga sang reporter tidak berani memasang clip on pada blusnya yang terbuka lebar, ia harus meminta bantuan kamerapersonnya yang wanita.
Kata-kata itu merupakan komentar Ayu terhadap RUU KUHAP Anti Perzinahan yang melarang perbuatan samen leven, hidup tanpa pernikahan atau istilah kasarnya kumpul kebo. Bukan itu saja, nanti juga akan ada 26 pasal lainnya yang melarang perzinahan. Mulai dari hubungan sesama jenis, pelacuran, hingga perselingkuhan. Hukumannya...minimal satu tahun penjara dan maksimal 15 tahun penjara. Kelak nanti juga akan dilarang, berbagai penyuluhan tentang penggunaan kontrasepsi khususnya seperti kondom dan pil anti hamil. Bahkan iklan kondompun akan dilarang.
Kata Pak Yusril, "Masyarakat Indonesia memahami perzinahan sesuai hukum Islam, kami mengganti definisi perzinaan dari hukum Belanda ke hukum Islam."
Bagiku, berita ini laksana oase penyejuk dtengah maraknya kemerosotan moral. Seandainya RUU ini goal, kita tidak perlu khawatir lagi jika melihat aktifitas perzinahan disekitar kita. Tinggal lapor, biar polisi yang menciduknya. Tapi kita juga harus proaktif, karena RUU ini khususnya pasal tentang samen leven mengandung delik aduan, artinya aparat baru bergerak jika memang ada yang mengadu atau ada yang keberatan.
Soo..guys mari tengadahkan tangan, tundukkan kepala dan panjatkan do'a, semoga RUU ini segera menjadi UU. Semoga tak banyak lagi kawan yang menikah karena kecelakaan, semoga tak ada lagi gadis yang kehilangan keperawanan, semoga tak lagi banyak psk berkeliaran dijalanan...semoga...
(Thank Ifat untuk informasinya saat menemani ngedit Kupas Tuntas malam lalu: Kontroversi RUU Anti Perzinahan)
"Pilihan seseorang untuk menjadi homo, lesbian, hidup bersama tanpa pernikahan adalah urusan pribadi masing-masing individu, pemerintah seharusnya melindungi hak pribadi ini, bukan malah menuruti suara dari pengadilan jalanan yang punya kecenderungan untuk merugikan hak orang lain atau memfitnah..."
Begitu pembelaan dari bibir manis seorang sastrawan muda yang suka berpenampilan seksi, Ayu Utami. Begitu seksinya, hingga sang reporter tidak berani memasang clip on pada blusnya yang terbuka lebar, ia harus meminta bantuan kamerapersonnya yang wanita.
Kata-kata itu merupakan komentar Ayu terhadap RUU KUHAP Anti Perzinahan yang melarang perbuatan samen leven, hidup tanpa pernikahan atau istilah kasarnya kumpul kebo. Bukan itu saja, nanti juga akan ada 26 pasal lainnya yang melarang perzinahan. Mulai dari hubungan sesama jenis, pelacuran, hingga perselingkuhan. Hukumannya...minimal satu tahun penjara dan maksimal 15 tahun penjara. Kelak nanti juga akan dilarang, berbagai penyuluhan tentang penggunaan kontrasepsi khususnya seperti kondom dan pil anti hamil. Bahkan iklan kondompun akan dilarang.
Kata Pak Yusril, "Masyarakat Indonesia memahami perzinahan sesuai hukum Islam, kami mengganti definisi perzinaan dari hukum Belanda ke hukum Islam."
Bagiku, berita ini laksana oase penyejuk dtengah maraknya kemerosotan moral. Seandainya RUU ini goal, kita tidak perlu khawatir lagi jika melihat aktifitas perzinahan disekitar kita. Tinggal lapor, biar polisi yang menciduknya. Tapi kita juga harus proaktif, karena RUU ini khususnya pasal tentang samen leven mengandung delik aduan, artinya aparat baru bergerak jika memang ada yang mengadu atau ada yang keberatan.
Soo..guys mari tengadahkan tangan, tundukkan kepala dan panjatkan do'a, semoga RUU ini segera menjadi UU. Semoga tak banyak lagi kawan yang menikah karena kecelakaan, semoga tak ada lagi gadis yang kehilangan keperawanan, semoga tak lagi banyak psk berkeliaran dijalanan...semoga...
(Thank Ifat untuk informasinya saat menemani ngedit Kupas Tuntas malam lalu: Kontroversi RUU Anti Perzinahan)
Thursday, October 09, 2003
THANKS BRO IIS...
Aku si tukang jagal, beberapa waktu lalu agak gamang. Pergantian supervisor menempatkanku pada posisi tugas yang dilematis. Dahulu aku tidak pernah diminta untuk menjagal program-program yang isinya gosip selebritis ataupun wanita-wanita seksi menari dangdut sambil bergoyang...Kali ini dalam shift seminggu aku pasti dapat satu.
Menjadi tukang jagal pada program-program seperti ini, peranku jadi mandul. Karena 100 persen yang dijual adalah hiburan, demi memuaskan sipenguasa program yang bernama rating. Jadi semuanya harus tayang, mulai dari mc yang membuka acara sampai tepuk riuh penonton yang senang melihat biduanitanya bergoyang diakhir program. Tugasku hanya memberi template nama penyanyi dan judul lagu, atau kadang sebuah vt yang berisi perjalanan sukses sang bintang. Seandainya aku diberikan kuasa disini mungkin yang tinggal hanya judulnya saja, sisanya, akan habis kujagal.
Lalu setelah melalui pertimbangan matang, aku memutuskan untuk pindah, tetap sebagai tukang jagal, hanya saja berada pada situasi yang lebih aman. Dimana idealismeku bisa tetap kujaga, dimana fungsiku sebagai situkang jagal tidak menjadi mandul. Dimana program yang harus dijagal berdasarkan fakta, dan bukan sesuatu yang dibuat demi kepuasaan material semata. Lalu kuutarakanlah keinginanku itu pada sang supervisor baru, sesama tukang jagal, tetapi ia jauh lebih handal.
Lalu apa jawabannya? ternyata sang supervisor memintaku untuk sabar. Ia memahami idealismeku, dan ia bilang ia tidak mungkin melepas anak buahnya untuk bekerja setengah hati. Apalagi ia bilang programku yang digarap tanpa meninggalkan nilai-nilai idealisku, tampil cukup baik. Ia ingin aku tetap pada posisi sekarang, dan mengontrol program beberapa program yang dipercayakannya. "Sabar...gue ngerti idealisme loe, tapi berapa sih editor yang ngerti avid? kasih gue kesempatan untuk ngedidik editor2 baru, nanti jadwal akan kembali normal, dan loe bisa tetap mempertahankan idealisme loe..." Begitu katanya.
(Ah leganya, terima kasih Allah memberikan teman yang begitu pengertian, terima kasih Bro Iis)
Aku si tukang jagal, beberapa waktu lalu agak gamang. Pergantian supervisor menempatkanku pada posisi tugas yang dilematis. Dahulu aku tidak pernah diminta untuk menjagal program-program yang isinya gosip selebritis ataupun wanita-wanita seksi menari dangdut sambil bergoyang...Kali ini dalam shift seminggu aku pasti dapat satu.
Menjadi tukang jagal pada program-program seperti ini, peranku jadi mandul. Karena 100 persen yang dijual adalah hiburan, demi memuaskan sipenguasa program yang bernama rating. Jadi semuanya harus tayang, mulai dari mc yang membuka acara sampai tepuk riuh penonton yang senang melihat biduanitanya bergoyang diakhir program. Tugasku hanya memberi template nama penyanyi dan judul lagu, atau kadang sebuah vt yang berisi perjalanan sukses sang bintang. Seandainya aku diberikan kuasa disini mungkin yang tinggal hanya judulnya saja, sisanya, akan habis kujagal.
Lalu setelah melalui pertimbangan matang, aku memutuskan untuk pindah, tetap sebagai tukang jagal, hanya saja berada pada situasi yang lebih aman. Dimana idealismeku bisa tetap kujaga, dimana fungsiku sebagai situkang jagal tidak menjadi mandul. Dimana program yang harus dijagal berdasarkan fakta, dan bukan sesuatu yang dibuat demi kepuasaan material semata. Lalu kuutarakanlah keinginanku itu pada sang supervisor baru, sesama tukang jagal, tetapi ia jauh lebih handal.
Lalu apa jawabannya? ternyata sang supervisor memintaku untuk sabar. Ia memahami idealismeku, dan ia bilang ia tidak mungkin melepas anak buahnya untuk bekerja setengah hati. Apalagi ia bilang programku yang digarap tanpa meninggalkan nilai-nilai idealisku, tampil cukup baik. Ia ingin aku tetap pada posisi sekarang, dan mengontrol program beberapa program yang dipercayakannya. "Sabar...gue ngerti idealisme loe, tapi berapa sih editor yang ngerti avid? kasih gue kesempatan untuk ngedidik editor2 baru, nanti jadwal akan kembali normal, dan loe bisa tetap mempertahankan idealisme loe..." Begitu katanya.
(Ah leganya, terima kasih Allah memberikan teman yang begitu pengertian, terima kasih Bro Iis)
Wednesday, October 08, 2003
AIRKU KERUH
Air dirumahku keruh...
Warnanya coklat tapi tak berbau...
Tapi kata ibu airnya masih bisa dipakai...
Hanya endapan lumpur yang membuatnya terlihat kotor...
akibat hujan semalam yang airnya langsung tersedot pump...
Ah, masih lebih baik daripada tak ada air sama sekali...
Masih lebih baik daripada harus ngangkut air sejauh puluhan kilometer
seperti saudara-saudara di Cibarusah....
seperti teman-teman di pedalaman Papua...
seperti rakyat kecil yang kekeringan di bumi Allah lainnya...
(Alhamdulillah, masih lebih baik)
Air dirumahku keruh...
Warnanya coklat tapi tak berbau...
Tapi kata ibu airnya masih bisa dipakai...
Hanya endapan lumpur yang membuatnya terlihat kotor...
akibat hujan semalam yang airnya langsung tersedot pump...
Ah, masih lebih baik daripada tak ada air sama sekali...
Masih lebih baik daripada harus ngangkut air sejauh puluhan kilometer
seperti saudara-saudara di Cibarusah....
seperti teman-teman di pedalaman Papua...
seperti rakyat kecil yang kekeringan di bumi Allah lainnya...
(Alhamdulillah, masih lebih baik)
SELINGKUH
Sudah sebulan ini kutemui kenikmatan baru...
Mencurahkan isi hati, melalui sebuah tempat didunia maya...
Bermenit-menit, berjam-jam rela aku habiskan untuk membuka...
menulis...tersenyum sendiri....
Tanpa sadar diripun terdzolimi...
Bahkan panggilan kekasihkupun mulai terabaikan...
Selepas panggilannya...ku tak langsung menghadap...
kunikmati kebersamaan dengan kekasih baru...
dan kulepas kenikmatan berdua bersama kekasih yang lama...
Sedetik, semenit, hingga berjam-jam...
Namun kini hatiku mulai kering...
Ternyata ku masih membutuhkan belaianNya...
Ternyata ku masih membutuhkan pelukan hangatNya...
Mulai detik ini kutak mau selingkuh...
Kan kuutamakan dulu panggilanNya...
Kan kuisi jiwa ini dengan pancaran cintaNya...
Dan kenikmatan-kenikmatan yang lainpun akan lebih bermakna...
(Thank You Dearest God for still Loving Me)
Sudah sebulan ini kutemui kenikmatan baru...
Mencurahkan isi hati, melalui sebuah tempat didunia maya...
Bermenit-menit, berjam-jam rela aku habiskan untuk membuka...
menulis...tersenyum sendiri....
Tanpa sadar diripun terdzolimi...
Bahkan panggilan kekasihkupun mulai terabaikan...
Selepas panggilannya...ku tak langsung menghadap...
kunikmati kebersamaan dengan kekasih baru...
dan kulepas kenikmatan berdua bersama kekasih yang lama...
Sedetik, semenit, hingga berjam-jam...
Namun kini hatiku mulai kering...
Ternyata ku masih membutuhkan belaianNya...
Ternyata ku masih membutuhkan pelukan hangatNya...
Mulai detik ini kutak mau selingkuh...
Kan kuutamakan dulu panggilanNya...
Kan kuisi jiwa ini dengan pancaran cintaNya...
Dan kenikmatan-kenikmatan yang lainpun akan lebih bermakna...
(Thank You Dearest God for still Loving Me)
Monday, October 06, 2003
PEREMPUAN DI TITIK NOL
Hari Sabtu waktunya kuliah dari pagi sampai sore. Jam 9 pagi sudah sampai dikampus tercinta UMJ, dengan semangat menaiki anak tangga menuju lantai 3. Sampai dikelas, sepi, ternyata dosennya sakit. Akhirnya waktu kosong 2 jam aku pakai untuk melihat-lihat skripsi mahasiswa komunikasi di sekretariat terus langsung ke kekoperasi, lihat-lihat buku baru.
Akhirnya terbelilah 2 buah buku, Jurnalisme Investigatif dan Perempuan di Titik Nol. Buku terakhir aku beli karena sinopsisnya yang menarik dan judulnya yang terdengar familiar, tapi aku lupa dimana. Sampai akhirnya Sulha, teman yang kerja dibiro iklan menyegarkan ingatanku. "Itu kemaren dipentasin, yang main Ria Irawan".
Sepanjang jam kedua Mr. Arbi Sanit ikutan ngak masuk, tapi diganti oleh Bu Endang, asistennya. Aku duduk dibarisan kedua, dibalik teman yang berbadan besar, sambil diam-diam membaca buku karangan Nalal El -Saadawi itu.
Menurut biografi yang tertulis dicover belakang, Nalal adalah seorang dokter Mesir yang dipecat dari instansi pemerintah karena sepak terjangnya yang dianggap berbahaya. Seorang penulis yangmemperjuangkan dan mengisahkan hak-hak kaum wanita. karya-karyanya: Women and Sex, The Hidden Face of Eve dan Woman Psychological Conflict, juga buku yang aku baca Perempuan di Titik Nol, yang diangkat dari sebuah kisah nyata.
Hanya ada 2 orang tokoh utama pada buku itu, Firdaus dan laki-laki. Firdaus seorang wanita Mesir yang sejak kecil berteman dengan kemiskinan, dan akhirnya memutuskan untuk berprofesi sebagai pelacur. Membaca buku itu membuatku bergidik, karena pasti ada saja paragraf yang bercerita tentang pelecehan seksual dan pemerkosaan yang dialami Firdaus. Dan kebanyakan pelakunya adalah laki-laki, muslim. Bahkan yang merenggut kesuciannya pertama kali adalah pamannya sendiri, seorang Syekh, yang mengajarinya membaca a, ba, ta, tsa.
Kisah Firdaus, sehari-hari aku temui juga saat mengedit Jelang Siang. Kisah Melan yang melahirkan 2 anak hasil perbuatan Abdul Khoir, ayah kandungnya sendiri. Kisah Sisi yang selama bertahun-tahun dibawah ancaman clurit, harus mau melayani nafsu ayah tirinya. Atau yang baru kemarin terjadi diKalisari dekat rumahku, 9 laki-laki merenggut kesucian seorang gadis pelajar.
Di negara yang mayoritas muslim, seringkali kutemui kisah kebejatan seorang laki-laki yang bahkan kadang tak masuk akal. Padahal pelakunya kebanyakan dikenal baik bahkan seorang nguru ngaji. Mungkin ini yang Ustadz Ichsan bilang, ini akibat jika manusia tidak menjadikan agama sebagai way of live. Agama seringkali didengung-dengungkan, tapi dalam prakteknya omong kosong. Seperti seorang ustadz yang rajin berceramah, jangan berzina!. Tapi matanya tak berkedip memandang seorang biduan dangdut bergoyang. Seperti sekelompok warga kampung dekat rumah, yang mendahului acara dangdutannya dengan mengadakan pengajian terlebih dahulu.
Kalau masyarakat kita seperti ini, rasanya mungkin sekali jika kita akan segera temui sosok-sosok Firdaus. yang membenci laki-laki, menolak pengacara untuk membelanya, dan memilih tiang gantungan sebagai pelepas segala deritanya.
Hari Sabtu waktunya kuliah dari pagi sampai sore. Jam 9 pagi sudah sampai dikampus tercinta UMJ, dengan semangat menaiki anak tangga menuju lantai 3. Sampai dikelas, sepi, ternyata dosennya sakit. Akhirnya waktu kosong 2 jam aku pakai untuk melihat-lihat skripsi mahasiswa komunikasi di sekretariat terus langsung ke kekoperasi, lihat-lihat buku baru.
Akhirnya terbelilah 2 buah buku, Jurnalisme Investigatif dan Perempuan di Titik Nol. Buku terakhir aku beli karena sinopsisnya yang menarik dan judulnya yang terdengar familiar, tapi aku lupa dimana. Sampai akhirnya Sulha, teman yang kerja dibiro iklan menyegarkan ingatanku. "Itu kemaren dipentasin, yang main Ria Irawan".
Sepanjang jam kedua Mr. Arbi Sanit ikutan ngak masuk, tapi diganti oleh Bu Endang, asistennya. Aku duduk dibarisan kedua, dibalik teman yang berbadan besar, sambil diam-diam membaca buku karangan Nalal El -Saadawi itu.
Menurut biografi yang tertulis dicover belakang, Nalal adalah seorang dokter Mesir yang dipecat dari instansi pemerintah karena sepak terjangnya yang dianggap berbahaya. Seorang penulis yangmemperjuangkan dan mengisahkan hak-hak kaum wanita. karya-karyanya: Women and Sex, The Hidden Face of Eve dan Woman Psychological Conflict, juga buku yang aku baca Perempuan di Titik Nol, yang diangkat dari sebuah kisah nyata.
Hanya ada 2 orang tokoh utama pada buku itu, Firdaus dan laki-laki. Firdaus seorang wanita Mesir yang sejak kecil berteman dengan kemiskinan, dan akhirnya memutuskan untuk berprofesi sebagai pelacur. Membaca buku itu membuatku bergidik, karena pasti ada saja paragraf yang bercerita tentang pelecehan seksual dan pemerkosaan yang dialami Firdaus. Dan kebanyakan pelakunya adalah laki-laki, muslim. Bahkan yang merenggut kesuciannya pertama kali adalah pamannya sendiri, seorang Syekh, yang mengajarinya membaca a, ba, ta, tsa.
Kisah Firdaus, sehari-hari aku temui juga saat mengedit Jelang Siang. Kisah Melan yang melahirkan 2 anak hasil perbuatan Abdul Khoir, ayah kandungnya sendiri. Kisah Sisi yang selama bertahun-tahun dibawah ancaman clurit, harus mau melayani nafsu ayah tirinya. Atau yang baru kemarin terjadi diKalisari dekat rumahku, 9 laki-laki merenggut kesucian seorang gadis pelajar.
Di negara yang mayoritas muslim, seringkali kutemui kisah kebejatan seorang laki-laki yang bahkan kadang tak masuk akal. Padahal pelakunya kebanyakan dikenal baik bahkan seorang nguru ngaji. Mungkin ini yang Ustadz Ichsan bilang, ini akibat jika manusia tidak menjadikan agama sebagai way of live. Agama seringkali didengung-dengungkan, tapi dalam prakteknya omong kosong. Seperti seorang ustadz yang rajin berceramah, jangan berzina!. Tapi matanya tak berkedip memandang seorang biduan dangdut bergoyang. Seperti sekelompok warga kampung dekat rumah, yang mendahului acara dangdutannya dengan mengadakan pengajian terlebih dahulu.
Kalau masyarakat kita seperti ini, rasanya mungkin sekali jika kita akan segera temui sosok-sosok Firdaus. yang membenci laki-laki, menolak pengacara untuk membelanya, dan memilih tiang gantungan sebagai pelepas segala deritanya.
Subscribe to:
Posts (Atom)