Monday, December 13, 2004

2 PENDEKAR



Kamis malam, agenda rutin ta'lim di negeri bertuan rating, pamflet sudah disebar, masing-masing musholla tiap lantai, hingga didepan lift, pun melalui e-mail, ditambah lagi sms menjelang dimulainya acara. 30 menit mundur dari jadwal semula, cuma segelintir sisters yang datang. Ruangan besar yang sudah ditutupi karpet merah putih itu, kelihatan semakin luas. Dipojoknya terdiam sendiri seperangkat tv dan vcd player. Ah, sepertinya tidak ada yang datang. Kemana ya...perginya para tunas muda, yang kehadirannya kadang ceriakan suasana. Apa mereka mulai lupa, atau tenggelam dalam aktifitas dunia? Padahal agenda rutin ini hanya menyita sekitar 2 jam dari 8 jam x 5 hari kerja yang ada. Padahal baru beberapa minggu saja kita lepas dari kekasih kita, Ramadhan.

Nah itu dia datang 3 brothers, para abang yang istiqomah. Dibelakangnya mengikuti seorang pendekar berkoko putih bersih, itu Ustadz Asdar yang tak kenal menyerah. Eh.. ada satu lagi dibelakangnya, berkoko hijau lumut, Ustadz Dadang yang murah senyum. 2 pendekar yang selalu memberikan siraman hati, tak surut meski jamaahnya surut hingga segelintir saja. Lalu berceritalah salah satu pendekar, tentang sebuah seyembara yang digelar disebuah negeri. Seorang raja mengadakan perlombaan melukis, dengan tema 'ketenangan'. Maka berlombalah rakyat menggambar gunung, sawah menghijau, dan pantai. Tak ada yang istimewa hingga ia tertarik pada sebuah gambar. Disana gelombang laut menggunung dengan petir dan hujan badai, namun ditengah-tengahnya berdiri tegak gunung karang, yang didalamnya ada sarang burung pipit. Burung pipit yang dengan tenang berada didalam karang, tanpa merasa terganggu dengan keadaan sekitar. Itulah kita, kata Ustadz Dadang yang harus terus istiqomah dan tidak tergoda dan larut dalam godaan dunia, yang kelihatannya indah tapi menjerumuskan.

Keberhasilan kita, kata Ustadz Asdar menambahi, bukan pada jumlah yang banyak tetapi pada keistiqomahan kita menjalani setiap proses dengan penuh kesabaran. Ah...2 pendekar tanpa tanda jasa, yang segera menuju kemedan dakwah lainnya, begitu semua pertanyaan dijawab, begitu setiap gelintir rohani yang hadir tersirami.

((Jazakumullah Khairan Katsirran Ustadz Asdar dan Ustadz Dadang)