PUNGGAWA KECIL NEGERI BERTUHAN RATING
15 Desember 2003. Negeri itu merayakan kelahirannya yang ke-2. Gebyar setiap pelosok menyambutnya, seluruh penghibur nomor satu diundang keistana. Panggung dengan tata cahaya memikat dibangun didepannya. Hari ini, panglima mendapat titah sang raja untuk menyelenggarakan perhelatan meriah, undang siraja besar, gubernur yang selalu merasa benar itu, jangan lupa juga raja-raja lain disekitar kita, kita buat mereka senang, kita buat mereka bahagia.
Acara berjalan meriah dan apik, jelas saja, pelaksananya adalah pungggawa-punggawa muda yang energik dan penuh kreatifitas. Bahkan dendang I'Tiraf sang sufi sempat terdengar diakhir acara, meski ditutup kembali dengan gebyar dendang penghibur lain yang menenggelamkannya. Pancaran semangat para punggawa saat count down membuka acara, sempat menggoda hati untuk ikut terlibat didalamnya. Kalau tidak ingat... sebagian besar acara itu pasti hanya akan membuat hati ini tidak tenang.
Bagaimana bisa terlibat, jika Ia melarangku menyuburkan tarian-tarian jahil itu? Bagaimana bisa membantu jika itu hanya membuatku terperosok dalam pesona dunia yang begitu indah namun jauh dari akidah. Aku tak mau, saat bertugas ditengah kemegahan itu, Ia memanggilku. Meski saat itu bukan waktuku, bagaimana mengimbangkan dengan perbuatan baikku yang cuma seujung kuku?
Jadi, disinilah aku hanya menjadi punggawa istana yang tidak mendapat tugas besar itu, mengamatinya dari layar kaca. Meskipun tetap harus bersiap-siap dengan seragam istana, karena tugas lain dari negeri itu sudah menunggu. Seorang punggawa kecil, dengan tugas kecilnya, yang berusaha menghindari murka besarNya.
(Goresan seorang punggawa kecil pada negeri bertuhan rating)
No comments:
Post a Comment