RINDUKAN KEDATANGANNYA KEMBALI
Bulan mulia itu tlah berlalu. Kembali kutangisi kepergiannya. Tangisan karena mengingat waktu yang tlah tersia. Tangisan karena banyak amalan yang belum terpenuhi. Tangisan karena semangat Ramadhan yang ternyata belum mampu warnai dunia.
Dikeluargaku sendiri, Ramadhan hadir penuh makna hanya pada beberapa orang. My father berhasil menikmatinya dengan menangis sesenggukan pada i'tikaf sehari sebelum takbiran. Sementara my mom berhasil menikmatinya dengan sibuk membuat parcel berbagai ukuran buat relasi-relasinya. My two lovely sisters, hampir tak memaknainya sama sekali, malah kapok saat kuajak i'tikaf di At-Tiin. My youngest brother, masih dengan sifat sholehnya yang standar.Well, semuanya berproses, semoga Ia berikan waktu untuk keluargaku agar dapat memaknai Ramadhan dengan lebih baik.
Karena jika Ia mau, Ia mampu membuat salah satu dari anggota keluargaku sakit atau meninggal sekalipun, tapi ia tak melakukannya. Jika ia mau, ia bisa menguji kesabaran kami dengan memberikan kecelakaan, selama puluhan kali kami mudik bolak-balik Jakarta-Kebumen dengan mobil keluarga, tapi Ia tidak melakukannya. Jika ia mau, Ia mampu memutus tali rizki keluarga yang datang melalui kedua orangtuaku, dan aku sendiri, membuat kami jatuh miskin, tapi Ia tidak melakukannya.
Meskipun aku selalu rindukan kedatangan bulan mulia itu. Betapa aku harus bersyukur,ternyata limpahan rahmatNya tak pernah berhenti mengucur pada 11 bulan lainnya. Thank You Allah, for the blessing on my family.
(Ternyata tak perlu menanti Ramadhan untuk berubah menjadi lebih baik...)
No comments:
Post a Comment