Monday, October 20, 2003

SEPENGGAL KENANGAN SEORANG TEMAN



Ia sodorkan sebuah buku tebal coklat berjudul Mereka Yang Telah Pergi, "ini bukumu...aku udah dapet". Temanku ini orang yang paling menepati janji, meskipun sudah berminggu-minggu, diantara kesibukannya ia tetap menyempatkan untuk menjelajahi toko buku. Buku itu adalah salah satu janjinya karena aku sudah menggantikan shift edit yang ia gunakan untuk bikin video klip diluar kantor. Bukan buku itu saja, tapi ada juga buku Menulis Skenario dalam 21 Harinya Viki King dan sebuah VCD karya sutradara Iran Majid Majidi, yang berjudul Color of Paradise.

Sebulan sebelumnya ia juga menawarkan sebuah buku yang membuatnya terkesan. "Isinya bagus...pandangan objektif dari seorang pengamat agama, yang bercerita tentang Muhammad, judulnya Muhammad Sang Nabi, tulisannya Karen Amstrong, mau?". Aku mengiyakan dan 2 minggu kemudian buku itu sudah disodorkannya padaku. Aku juga masih ingat diskusi kami tentang tipe-tipe editing visual dan film-film Irannya Majid Majidi, bagaimana Ia begitu terkesan dengan film The Aple, dan adegan yang romatis saat Baran menjatuhkan buah-buahan.

Saat ia bercerita tentang film, aku akan terpekur mendengarkan seluruh ceritanya. Jika saatnya aku bicara tentang kecintaanku pada Dia yang berada di Arsy, ia akan terpekur. Bagiku ceritanya adalah makanan otakku, baginya ceritaku adalah makanan bagi ruhnya. Begitulah kami habiskan hari-hari pada pertemuan yang jarang terjadi, karena temanku itu senang bekerja diluar, dalam alam kebebasan, membuat cerita yang bertutur cantik seperti Fajar Pagi dan I Want Younya Boomerang, Dendamnya Coklat atau dalam alunan skanya Tip-Ex.

Lalu saat kau putuskan untuk mengambil kebebasan itu selamanya, hatikupun ikut senang. Karena kau terlihat lebih baik dengan wajah kartunmu yang lucu, saat memimpin sebuah proses pengambilan gambar, daripada bengong dengan tatapan kosong saat harus ikut rapat divisi diruang 3A bareng Pak Tama. Aku lebih senang melihatmu malu-malu saat diwawancarai karena film independenmu menang di Konfiden, atau terlihat serius saat teman-teman membahas film-film pendek yang kau buat, seperti Oleh-oleh, atau Kita Harus Bikin Film.

Aku juga turut senang saat kau cerita bahwa kau sudah temukan belahan jiwamu, seorang dokter cantik yang akan merawatmu dalam suka maupun duka. Aku juga turut senang saat kau putuskan untuk mengikuti jejakku, menyelesaikan pendidikan demi kebanggaan sang Bunda. Bagiku kepergianmu dilembaga ini bukanlah akhir segala perjuangan, tetapi awal penjelajahanmu, terus berkarya kawan, kunantikan namamu melebihi jajaran sutradara-sutradara terkenal itu.....

(Kenangan untuk seorang teman dan sesama tukang jagal... yang baru saja resign 3 Oktober lalu)

No comments: