ADIK-ADIKKU YANG MALANG
Pusing. Sudah seharian dapat tugas mengedit program yang isinya kisah duka anak-anak. Jelang Siang dan Interogasi, mengisahkan tentang Jaka, seorang haji yang mencabuli 23 anak kecil laki-laki dilingkungannya, Cianjur. Zaman edan yang sudah semakin edan, seperti kembali pada kisah Sodom dan Gomorah. How could he?, meskipun pernah mengalami nasib yang serupa waktu jadi TKI di Arab sana, bukan berarti dendam bisa dilampiaskan pada anak-anak yang masih polos.
Tambah pusing. Kalau ingat kisahnya Pak Heri, seorang pustakawan diSMPku dulu yang juga guru silat. Seorang homo yang ternyata serupa dan sebangun dengan Jaka, mengorbankan anak-anak kecil yang baru mengenal dunia, demi kepentingan nafsu binatangnya. Pak Heri, yang tampak manis dan tak pernah berlaku kurang ajar terhadapku, juga murid-murid perempuan lainnya, ternyata musang berbulu domba. Jadi sedih kalau ingat tampang innocentnya devi, adik kelas imut yang sering diajak kekontrakannya. Katanya mau diajari ilmu silat baru, padahal mau dicecoki tayangan mesum ciptaan syetan.
Jadi kesal, pada teman-teman yang hampir jadi korbannya, tapi tak pernah bercerita, hingga Pak Heri bebas mencari korban berikutnya. Jadi kecewa, pada guru-guru yang bersikap biasa-biasa saja, dan baru mengeluarkannya dari sekolah, saat anak seorang pejabat mengadu pada orangtuanya. Jadi sebal, pada diri ini, yang tak mampu menyingkap sikap aneh Pak Heri, yang tampak begitu akrab pada setiap adik laki-laki.
Makin pusing. Ketika kita harus mengekspos kehidupan bocah-bocah itu sekali lagi, demi kepentingan rating dan sensasi. Duhai Kekasih, jangan biarkan diri ini jadi tak memiliki nurani.
(Ini resikonya bekerja dimedia, tolong doakan ya friends biar kuat iman...)
No comments:
Post a Comment