MATI RASA
Sudah sejak seminggu lalu kebagian ngedit program Jelang Siang dan Interograsi, paketnya Magazine, durasi yang agak panjang, dan sedikit efek disana sini. Sebagian besar paket isinya kriminalitas, tingkat berat, pembunuhan, pemerkosaan, sampai seorang ibu yang memutuskan untuk menggorok lehernya sendiri untuk mengakhiri hidup. Gambarnya...sudah pasti hidup...hidup untuk diedit menjadi program news yang menarik dan kadang bikin orang bergidik.
Gambar apa?...semuanya tersedia, kepala hancur ditebas golok, tangan nyaris putus, lubang dileher menganga akibat gorokan pisau dapur tumpul...atau otak yang terburai dari kepala. Semuanya materi cantik yang bisa bikin paket menarik. Apa yang kuhadapi dilayar kaca...bukan apa-apa dibanding teman kameraman yang harus meliput langsung dilapangan. Tapi jangan salah, Pak Pur yang editor seniorpun ngak pernah berani lihat yang berdarah-darah...sampai kadang kepalanya suka pusing, kalau sudah begitu keluar dari ruang editing, hirup udara segar diluar jadi solusi terbaik.
Tapi ada apa dengan aku? sama sekali tidak berpengaruh..Apa mungkin karena yang aku lihat sehari-hari itu... belum ada apa-apanya dibanding penyembelihan massal yang terjadi pada saudara-saudaraku di Nablus...Maluku atau Poso...yang pernah kulihat dengan kondisi lebih mengenaskan...Atau karena aku sudah mati rasa? Bahkan kadang senang kalau ada materi gambar seperti itu, karena bisa bikin paket makin tambah mencekam, tambah disukai penonton, atau membodohi penonton...?
Ya Kekasihku...jangan buat aku mati rasa....
(Setelah tidak mengedit malam lagi...)
No comments:
Post a Comment