JANGAN REMEHKAN PRAKTEK IBADAH
Ada sebuah mata kuliah dikampus, namanya praktek ibadah, jumlah sksnya nol, tapi wajib diambil sebagai mata kuliah wajib universitas. Pertama kali lihat barisan kata ini, sempat geli sendiri, kok bisa ya, praktek ibadah dijadikan mata kuliah. Bagaimana mengajarkannya dikelas? Ujiannya bagaimana nanti? Apa seperti waktu ujian praktek kelas 6 SD dulu? Minggu pertama, sang dosen yang sudah berumur itu, menjelaskan tentang apa itu ibadah. Ah anak SMP juga tahu, semuanya ditulis diwhiteboard, kita semua mencatatnya. Ia minta salah satu mahasiswi membacanya, persis seperti mengajari anak-anak SMP.
Minggu kedua, membahas tayamum, selanjutnya shalat jamak dan qashar, terakhir shalat jenazah. Buatku itu ngak penting, shalat jenazah itu urusan laki-laki, tapi sang dosen meminta kami menghafal semua doanya. Lalu tiba diminggu terakhir itu, ia minta seorang mahasiswa dibarisan depan, memimpin shalat jenazah untuk barisan laki-laki. Mahasiswa itu diminta menjadi imam, dan ia hafal semua urutan shalat serta do'anya bahkan dengan lafal yang cukup baik. Sementara mahasiswa laki-laki praktek, aku keluar ke lt. 2 bagian sekeretariat, bayaran uang kuliah dan yang pasti untuk menghindari mata kuliah itu, karena satupun doanya belum kuhafal.
Selesai membayar, kembali kekelas, sang dosen masih memberikan penjelasan, seluruh mahasiswa laki-laki sudah kembali duduk ditempatnya. Kutanya Risty, teman yang duduk disampingku.
"Eh Ris...praktek shalat perempuannya udah ya...?"
"Belum tuh, dari tadi masih banyak yang tanya..."
"Ooo..."
Usai sang dosen menjawab semua pertanyaan, ternyata kini giliran mahasiswi perempuannya, yang diminta praktek shalat jenazah. Dan ia langsung menunjuk seorang mahasiswi yang duduk dibarisan depan, yang sedang tertunduk menghafal doa-doanya. Aku.
"Saya Pak?..."
Sang dosen mengangguk, lalu dengan gontai kusorongkan salah satu kursi kedepan. Ada catatan doa-doa itu disana. Buat contekan, karena belum hafal. Sang dosen mengangguk, ia izinkan aku melihat dari catatan. Takbir pertama, lancar, karena doa yang dibaca adalah Al-Fatihah, takbir kedua, aku tidak hafal doanya sama sekali, hanya sebaris saja yang dibaca, itupun salah, barisan jamaah dibelakangku berkali-kali mengingatkan, pun barisan mahasiswa laki-laki yang mengamati. Takbir ketiga, lancar karena isinya shalawat kepada baginda Rasulullah, takbir keempat, doa penutup, kembali gagap, terpaksa mentah-mentah kubaca catatan itu. Akhirnya salam diucapkan, selesai, puih, alhamdulillah...meskipun dengan muka memerah dan keringat mengucur deras...
(Ampun ya Allah...ngak akan lagi aku meremehkan syariatmu...)
No comments:
Post a Comment