Sunday, August 08, 2004

SEMOGA KEMBALI IA KAN PEROLEH HIDAYAH



Ditempat tidur putih kelas III ruang 108 ia terbaring lemas. Ia usahakan untuk bangkit duduk saat kumasuki kamar berbau obat itu. Penuh ta'zim kecium tangannya, tangan wanita yang pernah mengasuhku saat kecil dulu. Yang menemani hari-hariku saat Bunda, My Mom sibuk membantu Bapak mencari nafkah. My Mom, wanita dengan berbagai keahlian, sudah gesit mencari nafkah sejak masih SMP. Pun saat ia sudah memiliki 2 buah hati. Maka ia titipkan kami pada seorang bibinya yang muda usia. Kami memanggilnya Le' Tini

Lalu aku teringat cerita My Mom belasan tahun lalu, kala ia berhasil menjadi comblang, menjodohkannya dengan seorang pemuda mapan. Sebenarnya ada 2 pemuda yang tertarik padanya, yang satu seorang muslim namun hanya pegawai rendahan, sementara yang lain, si pemuda mapan, berasal dari Pulau Dewata. Lalu menikahlah mereka, dalam adat yang sakral itu, Le'ku terlihat cantik dalam balutan kain merah dan kuning emas hingga kedada. Kumpulan kembang goyang berwarna senada menutupi cemaranya yang dibiarkan terurai. Sang Pemuda menggunakan udeng berwarna kuning keemasan, tak lupa sebuah kembang kamboja disisipkan pada kuping sebelah kirinya.

Dan kini dari pernikahan mereka, lahirlah dua anak cantik dan tampan, berperawakan tinggi seperti bapaknya. Widhi dan Ayu. Kehidupan mereka terlihat bahagia, dengan rumah sederhana yang mereka bangun sendiri. Dan sebuah warung kecil untuk menambah penghasilan sang suami. Pilihan my mom kelihatannya tak salah, Le'ku terlihat cukup bahagia, bahkan kadang ia bisa membantu membiayai sekolah adik-adiknya. Ayupun kini tumbuh menjadi gadis manis yang pandai meliukkan badannya, mengikuti alunan para penabuh gamelan. Pendet, Manuk Rawe, Kebyar Duduk dikuasainya.

Tapi ada sesuatu yang berubah, yang kusadari setelah kumengerti nilai-nilai mulia Sang Kekasih. Suatu hari pernah aku kesulitan mendapatkan mukenah dan sajadah, alat yang digunakan seorang muslimah saat hendak bermunajat padaNya. Pernah kulihat pula, sesajen yang selalu diganti didepan arca mini didepan rumahnya. Saat mertuanya dari Pulau Dewata dipanggil Sang Kekasih, dan my mom menemaninya, ia bercerita betapa khusyunya Le'ku mengikuti setiap prosesi, mulai pemotongan hewan haram itu, yang jeritannya membuat My Mom tidak bisa tidur semalaman, hingga abu jenazah dilarung kelaut.

Dan kini...ia duduk lemas ditempat tidur putih, dengan fisik yang tak utuh lagi sebagai seorang wanita. Dadanya yang sebelah kanan, terpaksa diangkat akibat tumor ganas yang hadir tanpa gejala. Hanya rasa gatal, dan sedikit luka yang tak kunjung sembuh. Tapi Sang Kekasih Maha Baik, ia masih izinkan Le'ku untuk menikmati duniaNya lebih lama. Operasi pengangkatan daging sebanyak 2 kilo itu berjalan lancar, kesehatannyapun berangsur membaik, meskipun dengan fisik yang tak lagi sempurna. Dan semoga, ia masih diberikan kesempatan untuk kembali kejalan yang fitrah, kembali pada jalanNya.

(Dan manusia hanya mampu berusaha, Sang Kekasihlah yang menentukan jua)

No comments: