Wednesday, August 04, 2004

MENGENANG SEORANG ADIK BERNAMA HELMI



Tulisan ini terlalu dini, untuk mengenang seorang adik, yang raga dan jiwanya masih terlihat 30 meter dibelakangku. Malam ini, ia masih disana menemani teman-temannya yang tugas dini hari hingga pagi nanti. Menghabiskan saat-saat terakhir diruang dingin itu, tempat setiap fakta dirangkai menjadi paket menarik, tempat keluh kesah para peliput berita. Baru saja, 4 bulan yang lalu, 14 Maret 2004 tepatnya, ia diterima sebagai salah satu punggawa dinegeri bertuhan rating ini.

Masih kuingat, wajah lugunya saat ia diperkenalkan pertama kali. Para perangkai fakta, audio visual editor angkatan ke-4, yang tadinya berjumlah 10 orang, kini hanya tinggal 4 saja, termasuk Helmi. Helmi, adik yang istiqomah, satu-satunya anak baru yang selalu sabar, mengikuti kajian yang diadakan tiap kamis malam. Masih terdengar ditelingaku, sayup-sayup suaranya dikumpulan itu, kumpulan yang hanya terdiri dari 3 atau 4 orang saja. Suaranya yang paling nyaring, saat ayat-ayat suci itu dilantunkan. Masih tergambar dibenakku, terpekurnya penuh khusyu, pada bacaan ayat-ayat suci dimusholla kecil itu, pukul 12 malam kurang, sesaat sebelum tugas merangkai fakta dimulai.

Masih kuingat, mata lelahnya usai mengikuti kajian, tapi penuh keikhlasan ia bantu membawa kumpulan Al-Qur'an itu untuk dikembalikan pada tempatnya. Dan belum pernah kudengar keluh kesah, apalagi kata-kata tak berguna keluar dari mulutnya. Kalem, tak banyak bicara. Sudah pula kurangkai, rencana-rencana untuk membinanya, menjadi penerus dakwah dinegeri ini, menjadi salah satu mujahid. Tapi ternyata, Sang Kekasih sudah menentukan sebuah jalan baginya.

"Iya Mbak, aku udah shalat, udah istikharah, dan sepertinya pilihanku lebih condong kesana..."

Disana, sebuah negeri lain bernama INDOSAT, memanggilnya. Petunjuk dari Sang Kekasih yang tidak bisa dicampuri. Negeri yang memberikan kesempatan baginya, untuk mengaplikasikan 4 tahun ilmu yang ia pelajari dibangku kuliah. Dan sejak Jum'at kemarin, namanya tak lagi tercantum di jadwal kerja para perangkai fakta. Dan meski berat melepasnya pergi, aku akan selalu doakan yang terbaik. Semoga kelak Sang Kekasih kembali mempertemukan kami dalam kondisi keimanan yang jauh lebih baik. Selamat berjuang dek...

(For my brother Helmi, hope Allah SWT always guide your path, always give you strengh, keep istiqomah ya...)

No comments: