KUPINANG ENGKAU DENGAN SEBUAH CINCIN EMAS DAN HAFALAN QUR'AN SURAT FUSHILLAT
Kesibukan mulai terasa dikediaman salah seorang saudariku pagi itu. Diiringi aroma sate ayam yang sedang dipanggang dihalaman, Diyah terlihat sabar saat seorang juru rias megoleskan lipstik berwarna merah jambu kebibir tipisnya. Ia tetap cantik, dengan riasan sederhana jauh dari kesan glamour. Sebuah gamis seputih mutiara beserta jilbab panjangnya menambahnya kelihatan agung bak putri raja, belum lagi ditambah untaian melati yang aroma wanginya semerbak memenuhi kamar.
HPnya berbunyi, seorang lelaki diujung telepon sana, memberikan laporan kalau ia dan keluarganya baru saja tiba.
"Assalamua'alaikum, oo, sudah sampai ya, wah belum ada yang menyambut..."
Ditemani kedua orangtua tercinta, bergegas ia menuju dimesjid yang kelak akan menjadi saksi akad suci mereka. Sesekali ia tersipu saat para tetangga memberinya selamat, dan memperhatikannya dengan kagum. Dengan tetap menundukkan kepala, sampailah ia di lantai 2 masjid yang seringkali dijadikan tempat mengucapkan janji suci seorang laki-laki pada calon pendamping hidupnya. Duduk bersila jauh dihadapannya, seorang ikhwan yang wajahnya bercahaya dan terlihat sumringah, tak pernah sedetikpun senyum itu terlepas dari wajahnya. Pun Qur'an mini yang selalu dibawanya sejak turun dari mobil.
Setelah melalui berbagai seremoni,lalu tibalah saatnya ia harus memberikan mas kawin. Kali ini dengan wajah yang terlihat lebih serius, ia menerima clip on yang dijulurkan sang penghulu.
"Saya minta bapak-bapak dan ibu-ibu untuk bersabar, karena mas kawin yang berupa hafalan Qur'an sebanyak 6 lembar ini, harus saya baca, sebagai syarat yang harus dipenuhi dari wanita yang akan saya nikahi"
Ia tunjuk seorang sahabat yang siap dengan Al-Qur'an untuk menyimak bacaanya. Diahpun terpekur dengan Qur'an terjemah ukuran besar tak jauh disebelahnya. Lalu mengalunlah ayat-ayat itu...semua hening, tak bersuara. Akupun lama terpana pada lantunan merdu ayat-ayat itu, gemetar, dan nyaris menitikkan air mata, saat butir-butir bening itu membuncah dikelopak mata sang ikhwan. Tak satupun ayat yang salah, tak ada jeda, hanya terhenti saat ia harus melakukan sujud, karena salah satu ayatnya berisi seruan Sang Kekasih kepada seluruh hambaNya untuk sujud. Semua tetap hening, semua menitikkan air mata dengan perasaan masing-masing, mungkin malu karena dalam umur setua itu satupun surat belum berhasil dihapal dan dipahami, berbeda dengan mempelai pria muda usia, yang penuh kekhusyuan melafalkan ayat-ayat suci itu. Atau gemetar, karena memahami isi ayat yang menceritakan kehidupan surga dan...neraka.
Lalu semua mengucapkan hamdalah, saat mas kawin itu tuntas ditunaikan, tanpa satupun ayat yang salah, tanpa harus mengulang. Sang ikhwan menyeka wajahnya yang dipenuhi air mata. Semua undangan seolah baru disirami air hujan dari syurga. Dan aula masjid itu terlihat semakin bercahaya.
(For my beloved Sister Diyah Murtiningsih and Brother Imam Santoso, May Allah SWT always showering your love and guide you to build the sakinah, mawaddah n warahmah family)
No comments:
Post a Comment