BERJUMPA BIDADARI KEBIJAKSANAAN
Rumahnya sederhana, tampak beberapa stiker salah satu parpol Islam menempel dipintunya. Terdengar sayup-sayup murottal Quran, lantunan Al-Fatehah, berulang-ulang. Sand Bidaddari awalnya terkejut dengan kedatangan 3 orang tamunya, salahku tidak memberitahunya lebih dahulu, namun tak lama senyum hangat keibuan mengembang sambil ia persilahkan kami masuk keistananya.
Dipojok ruangan seorang bocah lucu duduk beralas karpet, mulutnya belepotan seres, tangannya tengah meremas-remas roti berisikan coklat. Ia tersenyum lucu, saat kudatangi. "toklat...toklat," katanya. Lalu datang Sang Bidadadari, mempersilahkan kami pindah keruang tamu. Ia peluk kami satu-satu. Ditangannya terdapat kertas putih berisi biodata beberapa saudari.
Tutur katanya lembut namun tegas. Ia bilang "setiap pertemuan harus setor hapalan, kalau tidak nanti ada hukuman, tapi tenang saja tidak berat kok..". Kami bertiga saling berpandangan, raut salah satu saudari menyiratkan rasa senang, seolah menemukan apa yang selama ini dicari. "Hukumannya duduk dipojok, sambil menghapalkan surat, atau besok setor hapalan lebih banyak.." Tiba-tiba datang mahluk kecil, membawa bantal bola besar, Sang Bidadadari memintanya untuk memperkenalkan diri pada para saudari, ia ulurkan tangan mungilnya. Balita baru genap 1 tahun itu sudah pandai mengeja namanya sendiri...muammad accam.... Dan murottal itu tetap terdengar, lantunan Al-Fatehah, berulang-ulang.
Sang Bidadari bercerita, ia sengaja memutar Al-Fatehah untuk melawan musik-musik lain disekitarnya. Kupasang telinga tajam-tajam, memang tetangga sebelah kiri sedang memutar Panbers, kalau tak salah judulnya Kisah Sedih di Hari Minggu, sebelah kanan dangdutan, kalau yang ini, aku tidak tahu judulnya. Katanya kalau murotallnya diputar berulang-ulang, pasti ada yang nyangkut dibenaknya Azzam. Subhanallah...padahal dirumah kadang aku masih sering dengar musik jahiliyah.
Ia minta pada kami untuk bisa menghadiri kegiatan di At-Tiin 2 pekan yang akan datang, katanya ada lomba hafal jus 30, seolah membawa raut wajah kami, Sang Bidadari penuh bijaksana berkata..tenang saja, ngak harus ikut lomba kok, ya siapa tahu bisa memotivasi.... Akhirnya kami pamit, kupeluk ia erat sekali lagi, kutitipkan kedua saudari padanya, untuk menimba ilmu dan mewarisi kebijaksanaanya. Dan esok akan kutemui seorang biadadari lainnya.
(Saat berkunjung ke guru ngaji baru untuk dua saudariku)
No comments:
Post a Comment