SELAMAT TAHUN BARU
Seorang bapak bijak mengirimkan pesan dimalam itu:
Batas matahari sekedar malam
Batas peluang hanyalah henti
Batas sabar adalah mati
Berganti hari berganti peluang
Berhentikah kesabaran?
Selamat Tahun Baru 1425 H
Semoga kesabaran tak kan pernah mati hadapi cobaan
(Met Tahun Baru brothers and sisters, semoga keimanan semakin bertambah, semoga rasa cinta semakin membuncah)
Thursday, February 26, 2004
Thursday, February 12, 2004
TERUS BERJUANG ADIK-ADIKKU
Sore selepas ngedit interogasi, lelah. Tapi apa itu, tayangan breaking news menampilkan adik-adik mahasiswa yang terluka, bentrok dengan aparat di halaman Mahkamah Agung. Seorang abang menarik aku dan Ami untuk melihat lebih jelas diruang editing yang baru saja aku tinggalkan..."lihat akhwat, biar aja..biar kuat...". Di layar monitor seorang adik berjilbab panjang, dengan jaket almamater UI berjalan terhuyung memegangi kepalanya yang berlumuran darah. Dua orang teman memapahnya.
Tayangan semakin brutal saat aparat merengsek mahasiswa, membalik pentungan karet mereka, dan menggunakan gagang yang keras untuk memukuli setiap mahasiswa yang dilewati, bahkan mobil ambulans jadi sasaran. Mataku terus memandang gambar sambil menahan amarah, apa yang bisa kuperbuat untuk membantu mereka.
Akhirnya kuputuskan untuk membuat sedikit rekayasa, kuambil satu paket kupas tuntas, roll gambar adik akhwat yang berlumuran darah, roll bentrokan mahasiswa dan kasih gambar keluarga Akbar yang bahagia saat vonis itu dibacakan. Biar masyarakat tahu, ada yang bahagia saat adik-adik menangis menahan perihnya darah yang keluar dari dahi, menahan rasa sakit benjolan dikepala akibat pentungan polisi.
Dan itu Akbar datang, lengkap dengan para pembantu setia termasuk si Ucok dengan rambut kuningnya. Ia mengelus dada saat tayangan klip itu muncul, biar saja, biar dia tahu, adik-adikku bahkan sampai rela berkorban nyawa, demi menegakkan keadilan dibumi tercinta. Biar dia tahu, harusnya dia malu, dia tak pantas menjadi pemimpin dinegeri ini.
Terus berjuang adik-adikku...
Sang Kekasih kan selalu membantumu...
(Saat ngedit kupas tuntas malam itu)
Sore selepas ngedit interogasi, lelah. Tapi apa itu, tayangan breaking news menampilkan adik-adik mahasiswa yang terluka, bentrok dengan aparat di halaman Mahkamah Agung. Seorang abang menarik aku dan Ami untuk melihat lebih jelas diruang editing yang baru saja aku tinggalkan..."lihat akhwat, biar aja..biar kuat...". Di layar monitor seorang adik berjilbab panjang, dengan jaket almamater UI berjalan terhuyung memegangi kepalanya yang berlumuran darah. Dua orang teman memapahnya.
Tayangan semakin brutal saat aparat merengsek mahasiswa, membalik pentungan karet mereka, dan menggunakan gagang yang keras untuk memukuli setiap mahasiswa yang dilewati, bahkan mobil ambulans jadi sasaran. Mataku terus memandang gambar sambil menahan amarah, apa yang bisa kuperbuat untuk membantu mereka.
Akhirnya kuputuskan untuk membuat sedikit rekayasa, kuambil satu paket kupas tuntas, roll gambar adik akhwat yang berlumuran darah, roll bentrokan mahasiswa dan kasih gambar keluarga Akbar yang bahagia saat vonis itu dibacakan. Biar masyarakat tahu, ada yang bahagia saat adik-adik menangis menahan perihnya darah yang keluar dari dahi, menahan rasa sakit benjolan dikepala akibat pentungan polisi.
Dan itu Akbar datang, lengkap dengan para pembantu setia termasuk si Ucok dengan rambut kuningnya. Ia mengelus dada saat tayangan klip itu muncul, biar saja, biar dia tahu, adik-adikku bahkan sampai rela berkorban nyawa, demi menegakkan keadilan dibumi tercinta. Biar dia tahu, harusnya dia malu, dia tak pantas menjadi pemimpin dinegeri ini.
Terus berjuang adik-adikku...
Sang Kekasih kan selalu membantumu...
(Saat ngedit kupas tuntas malam itu)
BERJUMPA BIDADARI KEBIJAKSANAAN
Rumahnya sederhana, tampak beberapa stiker salah satu parpol Islam menempel dipintunya. Terdengar sayup-sayup murottal Quran, lantunan Al-Fatehah, berulang-ulang. Sand Bidaddari awalnya terkejut dengan kedatangan 3 orang tamunya, salahku tidak memberitahunya lebih dahulu, namun tak lama senyum hangat keibuan mengembang sambil ia persilahkan kami masuk keistananya.
Dipojok ruangan seorang bocah lucu duduk beralas karpet, mulutnya belepotan seres, tangannya tengah meremas-remas roti berisikan coklat. Ia tersenyum lucu, saat kudatangi. "toklat...toklat," katanya. Lalu datang Sang Bidadadari, mempersilahkan kami pindah keruang tamu. Ia peluk kami satu-satu. Ditangannya terdapat kertas putih berisi biodata beberapa saudari.
Tutur katanya lembut namun tegas. Ia bilang "setiap pertemuan harus setor hapalan, kalau tidak nanti ada hukuman, tapi tenang saja tidak berat kok..". Kami bertiga saling berpandangan, raut salah satu saudari menyiratkan rasa senang, seolah menemukan apa yang selama ini dicari. "Hukumannya duduk dipojok, sambil menghapalkan surat, atau besok setor hapalan lebih banyak.." Tiba-tiba datang mahluk kecil, membawa bantal bola besar, Sang Bidadadari memintanya untuk memperkenalkan diri pada para saudari, ia ulurkan tangan mungilnya. Balita baru genap 1 tahun itu sudah pandai mengeja namanya sendiri...muammad accam.... Dan murottal itu tetap terdengar, lantunan Al-Fatehah, berulang-ulang.
Sang Bidadari bercerita, ia sengaja memutar Al-Fatehah untuk melawan musik-musik lain disekitarnya. Kupasang telinga tajam-tajam, memang tetangga sebelah kiri sedang memutar Panbers, kalau tak salah judulnya Kisah Sedih di Hari Minggu, sebelah kanan dangdutan, kalau yang ini, aku tidak tahu judulnya. Katanya kalau murotallnya diputar berulang-ulang, pasti ada yang nyangkut dibenaknya Azzam. Subhanallah...padahal dirumah kadang aku masih sering dengar musik jahiliyah.
Ia minta pada kami untuk bisa menghadiri kegiatan di At-Tiin 2 pekan yang akan datang, katanya ada lomba hafal jus 30, seolah membawa raut wajah kami, Sang Bidadari penuh bijaksana berkata..tenang saja, ngak harus ikut lomba kok, ya siapa tahu bisa memotivasi.... Akhirnya kami pamit, kupeluk ia erat sekali lagi, kutitipkan kedua saudari padanya, untuk menimba ilmu dan mewarisi kebijaksanaanya. Dan esok akan kutemui seorang biadadari lainnya.
(Saat berkunjung ke guru ngaji baru untuk dua saudariku)
Rumahnya sederhana, tampak beberapa stiker salah satu parpol Islam menempel dipintunya. Terdengar sayup-sayup murottal Quran, lantunan Al-Fatehah, berulang-ulang. Sand Bidaddari awalnya terkejut dengan kedatangan 3 orang tamunya, salahku tidak memberitahunya lebih dahulu, namun tak lama senyum hangat keibuan mengembang sambil ia persilahkan kami masuk keistananya.
Dipojok ruangan seorang bocah lucu duduk beralas karpet, mulutnya belepotan seres, tangannya tengah meremas-remas roti berisikan coklat. Ia tersenyum lucu, saat kudatangi. "toklat...toklat," katanya. Lalu datang Sang Bidadadari, mempersilahkan kami pindah keruang tamu. Ia peluk kami satu-satu. Ditangannya terdapat kertas putih berisi biodata beberapa saudari.
Tutur katanya lembut namun tegas. Ia bilang "setiap pertemuan harus setor hapalan, kalau tidak nanti ada hukuman, tapi tenang saja tidak berat kok..". Kami bertiga saling berpandangan, raut salah satu saudari menyiratkan rasa senang, seolah menemukan apa yang selama ini dicari. "Hukumannya duduk dipojok, sambil menghapalkan surat, atau besok setor hapalan lebih banyak.." Tiba-tiba datang mahluk kecil, membawa bantal bola besar, Sang Bidadadari memintanya untuk memperkenalkan diri pada para saudari, ia ulurkan tangan mungilnya. Balita baru genap 1 tahun itu sudah pandai mengeja namanya sendiri...muammad accam.... Dan murottal itu tetap terdengar, lantunan Al-Fatehah, berulang-ulang.
Sang Bidadari bercerita, ia sengaja memutar Al-Fatehah untuk melawan musik-musik lain disekitarnya. Kupasang telinga tajam-tajam, memang tetangga sebelah kiri sedang memutar Panbers, kalau tak salah judulnya Kisah Sedih di Hari Minggu, sebelah kanan dangdutan, kalau yang ini, aku tidak tahu judulnya. Katanya kalau murotallnya diputar berulang-ulang, pasti ada yang nyangkut dibenaknya Azzam. Subhanallah...padahal dirumah kadang aku masih sering dengar musik jahiliyah.
Ia minta pada kami untuk bisa menghadiri kegiatan di At-Tiin 2 pekan yang akan datang, katanya ada lomba hafal jus 30, seolah membawa raut wajah kami, Sang Bidadari penuh bijaksana berkata..tenang saja, ngak harus ikut lomba kok, ya siapa tahu bisa memotivasi.... Akhirnya kami pamit, kupeluk ia erat sekali lagi, kutitipkan kedua saudari padanya, untuk menimba ilmu dan mewarisi kebijaksanaanya. Dan esok akan kutemui seorang biadadari lainnya.
(Saat berkunjung ke guru ngaji baru untuk dua saudariku)
Tuesday, February 10, 2004
AKHIRNYA NGEDIT LACAK!
Setelah beberapa kali menolak tawaran sang produser, akhirnya memberanikan diri untuk mulai mengedit Lacak!, sebuah program depth news, investivigasi kasus-kasus x-file. Dahulu karena melihat Kang Iwan, editor yang banyak tersita waktunya karena ngedit Lacak!, jadi berpikir-pikir lagi ketika tawaran itu datang.
Namun setelah mulai ngedit, ternyata ketagihan, soalnya manajemen data anak-anak Lacak! lumayan rapi. Semuanya tersedia, soundeffect, musik backsound, transition, gambar reka ulang, semuanya. Patut dicontoh untuk manajemen Newsfalsh, alat edit yang biasa dipakai untuk regular news, biar programnya bisa semakin menarik ditonton.
Dahulu juga agak apriori sama si Premiere ini, karena banyak desas desus yang sering bilang kerja bareng Premiere ini ngak nyaman, timeline repot, kalau mau kasih efek ribet. Dan mungkin juga karena keseringan bergaul sama Final Cut Pro, yang pernah menemani saat tugas di Batam. Tapi ternyata Premiere very friendly, lebih friendly malah dibandingkan Final Cut Pro. Awal-awal mungkin agak kaget. soalnya software yang dipakai bajakan (ups, buka rahasia), jadi sering hang, dan ngeditnya musti penuh perasaan. Biar si Premiere ngak ngambek, soalnya kalau ngambeknya datang, satu segmen lacak! yang udah rapi jali diedit hilang semua. Apa ngak gigit jari...
Tapi sekarang kejadian itu tidak akan terulang lagi, soalnya mesin edit yang baru bakalan datang, dan ngak sabar rasanya untuk berkenalan. Sang Kekasih pernah bilang supaya jangan menilai seseorang berdasarkan penampilannya, kayanya berlaku juga untuk mesin edit, jangan apriori dulu sebelum mencoba. Jangan menyerah sebelum bertanding, dan 3 program lacak! hasil editan bareng si Premiere akhirnya layak tayang.
(Kayanya harus terus belajar untuk berpositive thinking)
Setelah beberapa kali menolak tawaran sang produser, akhirnya memberanikan diri untuk mulai mengedit Lacak!, sebuah program depth news, investivigasi kasus-kasus x-file. Dahulu karena melihat Kang Iwan, editor yang banyak tersita waktunya karena ngedit Lacak!, jadi berpikir-pikir lagi ketika tawaran itu datang.
Namun setelah mulai ngedit, ternyata ketagihan, soalnya manajemen data anak-anak Lacak! lumayan rapi. Semuanya tersedia, soundeffect, musik backsound, transition, gambar reka ulang, semuanya. Patut dicontoh untuk manajemen Newsfalsh, alat edit yang biasa dipakai untuk regular news, biar programnya bisa semakin menarik ditonton.
Dahulu juga agak apriori sama si Premiere ini, karena banyak desas desus yang sering bilang kerja bareng Premiere ini ngak nyaman, timeline repot, kalau mau kasih efek ribet. Dan mungkin juga karena keseringan bergaul sama Final Cut Pro, yang pernah menemani saat tugas di Batam. Tapi ternyata Premiere very friendly, lebih friendly malah dibandingkan Final Cut Pro. Awal-awal mungkin agak kaget. soalnya software yang dipakai bajakan (ups, buka rahasia), jadi sering hang, dan ngeditnya musti penuh perasaan. Biar si Premiere ngak ngambek, soalnya kalau ngambeknya datang, satu segmen lacak! yang udah rapi jali diedit hilang semua. Apa ngak gigit jari...
Tapi sekarang kejadian itu tidak akan terulang lagi, soalnya mesin edit yang baru bakalan datang, dan ngak sabar rasanya untuk berkenalan. Sang Kekasih pernah bilang supaya jangan menilai seseorang berdasarkan penampilannya, kayanya berlaku juga untuk mesin edit, jangan apriori dulu sebelum mencoba. Jangan menyerah sebelum bertanding, dan 3 program lacak! hasil editan bareng si Premiere akhirnya layak tayang.
(Kayanya harus terus belajar untuk berpositive thinking)
Wednesday, February 04, 2004
AKHIRNYA DIA UCAPKAN SALAM
Kharismatik, full of ideas, very creative. Begitu orang seringkali memujinya. Bos muda pindahan Indosiar itu memang mampu kobarkan semangat kerja anak buahnya. Lihat saja gayanya memimpin rapat distudio terbesar di negeri ini, penuh percaya diri, penuh keyakinan. Meskipun sikap temperamennya masih tetap lekat, sedikit-sedikit mengejek kelemahan Stasiun TV lain. Semata-mata dia lakukan hanya untuk meyakinkan, bahwa kami in the right business.
Dia canangkan Tahun 2004 sebagai tahun in-house production, itu berarti, akan banyak sinetron diproduksi, akan banyak film dibuat, tambah variety show, dan bye bye Raam Punjabi. ...Kalau bisa menghasilkan revenue dari program sendiri, ngapain beli program PH lain yang mahal...begitu tegasnya. Senang kalau sudah melihat dia sedang optimis, karena kami pasti terkena pancaran energinya.
Untuk itu karyawan baru direkrut, tambah peralatan baru, kerja lebih keras, dan tentu saja bayaran jadi makin meningkat. Lupakan saja libur di Hari Raya, karena konsekuensi kerja di tv, tidak punya hari libur. Siapa yang akan produksi Sitkom Lebaran kalau krunya libur, siapa yang akan report live dari lapangan, kalau reporternya pulang kampung, jawabnya terhadap complain seorang karyawan yang minta libur di Hari Raya.
Kali ini ada yang berbeda, ia belajar untuk lebih wise. Ia bacakan lembar demi lembar halaman evaluasi yang dituliskan anak buahnya. Semua kritikan diterima, meskipun selalu disertai pembelaan. Satu yang menarik saat ia terima masukan dari salah satu Executive Produser isinya...harus lebih banyak beribadah. Lalu dijawabnya, memberikan kesejahteraan pada kami anak buahnya, adalah ibadahnya. Kemudian ia tutup rapat dengan ucapkan...Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakattuh...
Sebuah kalimat sakral...yang baru pertama kali ia gunakan semenjak kedatangannya di tv ini...
(Semoga pancaran hidayah Sang Kekasih mulai merasuki jiwanya)
Kharismatik, full of ideas, very creative. Begitu orang seringkali memujinya. Bos muda pindahan Indosiar itu memang mampu kobarkan semangat kerja anak buahnya. Lihat saja gayanya memimpin rapat distudio terbesar di negeri ini, penuh percaya diri, penuh keyakinan. Meskipun sikap temperamennya masih tetap lekat, sedikit-sedikit mengejek kelemahan Stasiun TV lain. Semata-mata dia lakukan hanya untuk meyakinkan, bahwa kami in the right business.
Dia canangkan Tahun 2004 sebagai tahun in-house production, itu berarti, akan banyak sinetron diproduksi, akan banyak film dibuat, tambah variety show, dan bye bye Raam Punjabi. ...Kalau bisa menghasilkan revenue dari program sendiri, ngapain beli program PH lain yang mahal...begitu tegasnya. Senang kalau sudah melihat dia sedang optimis, karena kami pasti terkena pancaran energinya.
Untuk itu karyawan baru direkrut, tambah peralatan baru, kerja lebih keras, dan tentu saja bayaran jadi makin meningkat. Lupakan saja libur di Hari Raya, karena konsekuensi kerja di tv, tidak punya hari libur. Siapa yang akan produksi Sitkom Lebaran kalau krunya libur, siapa yang akan report live dari lapangan, kalau reporternya pulang kampung, jawabnya terhadap complain seorang karyawan yang minta libur di Hari Raya.
Kali ini ada yang berbeda, ia belajar untuk lebih wise. Ia bacakan lembar demi lembar halaman evaluasi yang dituliskan anak buahnya. Semua kritikan diterima, meskipun selalu disertai pembelaan. Satu yang menarik saat ia terima masukan dari salah satu Executive Produser isinya...harus lebih banyak beribadah. Lalu dijawabnya, memberikan kesejahteraan pada kami anak buahnya, adalah ibadahnya. Kemudian ia tutup rapat dengan ucapkan...Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakattuh...
Sebuah kalimat sakral...yang baru pertama kali ia gunakan semenjak kedatangannya di tv ini...
(Semoga pancaran hidayah Sang Kekasih mulai merasuki jiwanya)
Sunday, February 01, 2004
DAN MEREGANGLAH NYAWA SANG SAPI
Hari ini 1 Februari 2004, Majlis Ta'lim Trans TV seperti tahun-tahun sebelumnya mengadakan Shalat Idul Adha dan pemotongan Hewan Kurban. Jumlah kambingnya tahun ini mengalami penurunan, hanya 19 ekor saja, dan 3 ekor sapi. 2 sapi hasil urunan beberapa karyawan Trans TV dan 1 sapi sumbangan dari EXtra Joss. Ada yang sedikit berbeda dari tahun sebelumnya, kali ini ada prosesi penyerahan sapi dari Extra Joss kepada salah satu calon Presiden, yang akan kemudian diserahkan kembali kepada pihak manajeman Trans TV. Guess Who calon Presiden yang terpilih untuk menyerahkannya keTrans. Itu, beliau, yang akhir-akhir ini dapat julukan Presiden SMS, Bapak Hidayat Nurwahid.
Pak Hidayat yang selalu tampil sederhana, dan selalu menjaga pandangan bahkan saat Ami sang reporter mewawancarainya. Bicaranya runtun, jujur dan tidak dibuat-buat, cerminan apa yang ada dihati dan pikirannya. Pak Hidayat kali ini, jauh berbeda dari yang pernah aku lihat beberapa waktu lalu. Saat seorang akhwat pernah datang hendak mewawancarainya, dan ia tolak mentah-mentah dengan amarah yang tidak selayaknya. Sang akhwat kecewa, namun ia masih cukup dewasa, ia hanya kecewa secara personal bukan pada organisasi yang dipimpinnya. Dan rasa kecewa itu ternyata masih melekat hingga saat ini, meski sang Bapak sudah terlihat lebih ramah.
Pak Hidayat menyerahkan sapi gemuk yang terlihat pasrah kepada Ketua Majlis Ta'lim dan berbagai lampu blitz fotograferpun mengabadikannya. Dalam hitungan beberapa detik, serentak beberapa orang yang sudah dikomandoi, memegang erat tali tambang yang mengikat kedua kaki si sapi gemuk, menariknya dan membantingnya perlahan hingga ia rebah ketanah. Dan cless...pisau sang tukang jagal menebas leher sapi gemuk dengan mudahnya, tiada erangan, dan si sapipun meregang nyawa, lalu matanya mulai tertutup pelan-pelan, menelan rasa pedih ditenggorokannya. Semua yang menonton memandang dengan perasaan ngeri. Anak-anak maupun orang dewasa. Dan aku terus mengabadikan moment itu dalam bidikan kamera mini dv, tanpa perasaan apa-apa.
Yang aku panjatkan hanya harapan, semoga penderitaan sang sapi dapat menjadi kebahagiaan bagi orang-orang pinggiran. Orang-orang yang hanya mampu merasakan nikmatnya daging kurban setahun sekali, orang-orang yang selalu merasakan ketidakadilan. Semoga distribusi daging sisapi gemuk lancar, supaya benar-benar jatuh pada yang membutuhkan.
"Yang sampai kepada Allah bukan daging atau darahnya, melainkan yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu" (Al Quran, Surah AlHajj: 37).
Selamat Idul Adha 1424 H...
Taqabalallah Minna Waminkum...
Kullu Aam Wa Antum Bi Khair...
(Pagi itu dihalaman parkir Trans TV)
Hari ini 1 Februari 2004, Majlis Ta'lim Trans TV seperti tahun-tahun sebelumnya mengadakan Shalat Idul Adha dan pemotongan Hewan Kurban. Jumlah kambingnya tahun ini mengalami penurunan, hanya 19 ekor saja, dan 3 ekor sapi. 2 sapi hasil urunan beberapa karyawan Trans TV dan 1 sapi sumbangan dari EXtra Joss. Ada yang sedikit berbeda dari tahun sebelumnya, kali ini ada prosesi penyerahan sapi dari Extra Joss kepada salah satu calon Presiden, yang akan kemudian diserahkan kembali kepada pihak manajeman Trans TV. Guess Who calon Presiden yang terpilih untuk menyerahkannya keTrans. Itu, beliau, yang akhir-akhir ini dapat julukan Presiden SMS, Bapak Hidayat Nurwahid.
Pak Hidayat yang selalu tampil sederhana, dan selalu menjaga pandangan bahkan saat Ami sang reporter mewawancarainya. Bicaranya runtun, jujur dan tidak dibuat-buat, cerminan apa yang ada dihati dan pikirannya. Pak Hidayat kali ini, jauh berbeda dari yang pernah aku lihat beberapa waktu lalu. Saat seorang akhwat pernah datang hendak mewawancarainya, dan ia tolak mentah-mentah dengan amarah yang tidak selayaknya. Sang akhwat kecewa, namun ia masih cukup dewasa, ia hanya kecewa secara personal bukan pada organisasi yang dipimpinnya. Dan rasa kecewa itu ternyata masih melekat hingga saat ini, meski sang Bapak sudah terlihat lebih ramah.
Pak Hidayat menyerahkan sapi gemuk yang terlihat pasrah kepada Ketua Majlis Ta'lim dan berbagai lampu blitz fotograferpun mengabadikannya. Dalam hitungan beberapa detik, serentak beberapa orang yang sudah dikomandoi, memegang erat tali tambang yang mengikat kedua kaki si sapi gemuk, menariknya dan membantingnya perlahan hingga ia rebah ketanah. Dan cless...pisau sang tukang jagal menebas leher sapi gemuk dengan mudahnya, tiada erangan, dan si sapipun meregang nyawa, lalu matanya mulai tertutup pelan-pelan, menelan rasa pedih ditenggorokannya. Semua yang menonton memandang dengan perasaan ngeri. Anak-anak maupun orang dewasa. Dan aku terus mengabadikan moment itu dalam bidikan kamera mini dv, tanpa perasaan apa-apa.
Yang aku panjatkan hanya harapan, semoga penderitaan sang sapi dapat menjadi kebahagiaan bagi orang-orang pinggiran. Orang-orang yang hanya mampu merasakan nikmatnya daging kurban setahun sekali, orang-orang yang selalu merasakan ketidakadilan. Semoga distribusi daging sisapi gemuk lancar, supaya benar-benar jatuh pada yang membutuhkan.
"Yang sampai kepada Allah bukan daging atau darahnya, melainkan yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu" (Al Quran, Surah AlHajj: 37).
Selamat Idul Adha 1424 H...
Taqabalallah Minna Waminkum...
Kullu Aam Wa Antum Bi Khair...
(Pagi itu dihalaman parkir Trans TV)
Subscribe to:
Posts (Atom)