MENJADI ISTRI SEJATI
"Kan gak enak Lies, seandainya dia pulang kerumah, cape, ingin ketemu istrinya, istrinya sudah berangkat dari pagi, tugas. Aku mau kalau dia pulang kerumah, aku ada untuk melayaninya."
Subhanallah. Itulah kata yang selalu terucap dari mulutku, ketika ada seseorang yang menyebut namanya. Seorang saudari, salah satu patih terbaik di negeri bertuhan rating. Sutradara handal, berkepala dingin, cerdas, dan rendah hati. Pertama kali mengenalnya saat kami menginap setengah purnama. Di sebuah hotel tua, Jogjakarta. Saat itu para calon patih yang masih muda belia, digemleng tuk jadi patih handal. Dan sang saudari mendapat amanah tuk menjadi seorang 'audiowoman'.
Satu-satunya audiowoman saat itu. Lincah, cekatan. Menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Pun beberapa waktu lalu, saat masih menguasai control room itu dengan salah satu anak buah yang siap merekam gambar cantik di studio, yang tak lain adalah kekasihnya. Calon suaminya. Dari audiowoman kini menjadi director.
Jabatan yang tak mudah diperoleh, hanya orang-orang pilihan. Pasti dengan imbalan gaji yang sepadan. Tapi ia ternyata punya pilihan lain, yang jauh, jauh lebih mulia, lebih berharga dari jabatannya saat itu.
"Aku sekarang usaha sendiri, ya jual-jual baju deh, wiraswasta..."
Mengikuti jejak pemimpinnya Rasulullah, dan kekasihnya tercinta Khadijah. Satu jalan mulia yang tak kan mudah ditapaki, oleh orang-orang biasa.
(Untuk Yusiani, kagumku padamu)
No comments:
Post a Comment