Sunday, October 31, 2004

INDAHNYA TUNAS-TUNAS YANG BARU TUMBUH



Tunas-tunas itu sudah lama mengenal Islam, sejak lahirnya bahkan. Lalu lingkungan memberinya warna. Dan Islam masih tetap terlihat, dari ritual yang sehari-hari mereka lakukan, atau identitas khas yang menutup erat kepala. Di negeri bertuhan rating ini, tunas-tunas itu datang dari berbagai latar belakang, dengan kepribadian dan tanggung jawab yang berbeda pula. Ada seorang gadis yang gagah sehari-hari dengan kameranya, yang kalem didepan komputer grafisnya, yang lincah menyiapkan wardrobe para pemeran sinetron dewa, yang cool didalam news control room, yang galak mengingatkan liputan para koresponden daerah, yang tenang dan cerdas saat menghadapi nara sumber, yang bingung dengan liputan gosip artisnya, dan yang sering bimbang hadapi masalah.

Tunas-tunas baru itu berkumpul dalam sebuah bejana, yang kerap menyirami mereka dengan tausyiah yang sejukkan dahaga. Dahaga jiwa akan nasehat, dahaga otak akan ilmu Sang Kekasih, dan dahaga hati akan perjumpaan dengan sesama tunas-tunas baru, para saudari, teman seperjuangan.

"Kaifa Haluki?.."
"Khair, alhamdulillah.."


Beberapa kata baru yang dipelajari, kadang diselingi rasa geli karena ucapan aneh yang keluar karena belum terbiasa, menjadi setetes embun yang kadang menyegarkan pertemuan para tunas baru. Pekerjaan yang dilematis, keletihan yang luar biasa karena jam kerja yang tak jelas usainya, atau masalah kuliah yang tak kunjung terselesaikan, kadang malah menjadi hal-hal yang menyatukan. Menyatukan jiwa para tunas baru dan beberapa bilah pohon yang mulai tumbuh daunnya, untuk percaya pada Sang Kekasih bahwa ada skenario dibalik semua.

(Untuk para tunas baru, senang rasanya menerima kedatangan kalian, menguatkan barisan dakwah)

No comments: