KARANG DAN OMBAK
Batu karang itu keras dan berdiri kokoh memagari lautan
Namun sesungguhnya tahun demi tahun ia akan terkikis
oleh deburan ombak...
Ombak... yang sebenarnya hanya kumpulan air laut
namun jika bersatu kekuatannya mampu hempaskan batu karang
dan batu karang tak lagi keras ia akan pecah berkeping-keping
serpihannya masuk kembali kedalam lautan
menghiasi dasarnya...Dan laut jadi semakin indah
Karang mengorbankan dirinya untuk menahan hantaman ombak
Menjaga para pelancong agar tak kerkena terpaannnya...
Atau terbawa hanyut tanpa kabar berita
Karena ombak karang tak lagi kokoh berdiri
Tapi karena ombak pula karang memiliki bentuk yang lebih indah
eksotis dan misterius
Karang dan ombak, dua-duanya ciptaan Sang Kekasih
(Waktu ngedit gambar Karang Bolong punya anak Lacak!)
Monday, May 31, 2004
Thursday, May 27, 2004
MADE IN INDONESIA
"Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku, marilah kita bersatu, indonesia merdeka.."
Sebait Indonesia Raya dinyanyikan dengan penuh semangat oleh ibu berusia 30-an diatas tempat tidurnya, disebuah bangsal, rumah sakit jiwa. Meskipun kadang bait yang dinyanyikan kacau, ia tetap semangat, tangannya mengepal, tapi cahaya kehidupan dimatanya tak ada, hampa. Bahkan Hakun, seorang teman yang bertugas meliput, terpana dengan pandangan iba disampingnya.
Ada juga seorang gadis cantik usia 20-an, yang terus menerus berdandan, dan sesekali memandangi arloji tangannya. Dan kini ada Nirmala Bonet, gadis dari kupang yang disetrika punggung dan dadanya. Majikannya murka hanya karena ia memecahkan sebuah mangkuk.
Pernah juga kulihat anak-anak cantik usia 4-8 tahun yang terlahir berhidung mancung, bulu
mata lentik, tampang Arab, dengan ibu yang berasal dari Jawa. Mereka dititipkan karena sang ibu harus kembali bekerja diluar negeri sana, mungkin akan kembali 2 atau 3 tahun lagi, dengan membawa adik baru.
Beberapa waktu lalu di TV, seorang calon Presiden pernah bilang dihadapan ratusan PRT, Ia minta pemerintah lebih memperhatkan keselamatan kerja para TKW. "Boleh-boleh saja jadi TKW, asal dilindungi oleh pemerintah" . Ah bapak, seandainya saya jadi anda, saya tak kan izinkan mereka jadi PRT sejak semula. Akan saya berikan pendidikan, supaya Indonesia tak hanya dikenal sebagai salah satu negera terbesar pengirim tenaga kerja keluar negeri, terutama mereka yang berprofesi sebagai pembantu.
Jadi ingat sebuah iklan layanan masyarakat di Republika, bikinannya Adwork, pemenang sebuah penghargaan didunia periklanan. Gambarnya sebenarnya biasa, sebuah manusia setengah boneka yang terlihat mengepel lantai, dan atribut kebersihan lainnya, dan sebuah alat pemutar dipunggungnya. Sekilas kita bisa tahu apa pekerjaannya, tapi ada yang lebih menusuk, ternyata ditangan kanan boneka itu terlihat sebuah stempel kecil, kecil sekali, yang hanya bisa dilihat, saat kita mendekatkan mata kita, sebuah kalimat bertuliskan "made in Indonesia"
(Semoga Sang Kekasih selalu melindungi para pejuang devisa negeri ini)
"Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku, marilah kita bersatu, indonesia merdeka.."
Sebait Indonesia Raya dinyanyikan dengan penuh semangat oleh ibu berusia 30-an diatas tempat tidurnya, disebuah bangsal, rumah sakit jiwa. Meskipun kadang bait yang dinyanyikan kacau, ia tetap semangat, tangannya mengepal, tapi cahaya kehidupan dimatanya tak ada, hampa. Bahkan Hakun, seorang teman yang bertugas meliput, terpana dengan pandangan iba disampingnya.
Ada juga seorang gadis cantik usia 20-an, yang terus menerus berdandan, dan sesekali memandangi arloji tangannya. Dan kini ada Nirmala Bonet, gadis dari kupang yang disetrika punggung dan dadanya. Majikannya murka hanya karena ia memecahkan sebuah mangkuk.
Pernah juga kulihat anak-anak cantik usia 4-8 tahun yang terlahir berhidung mancung, bulu
mata lentik, tampang Arab, dengan ibu yang berasal dari Jawa. Mereka dititipkan karena sang ibu harus kembali bekerja diluar negeri sana, mungkin akan kembali 2 atau 3 tahun lagi, dengan membawa adik baru.
Beberapa waktu lalu di TV, seorang calon Presiden pernah bilang dihadapan ratusan PRT, Ia minta pemerintah lebih memperhatkan keselamatan kerja para TKW. "Boleh-boleh saja jadi TKW, asal dilindungi oleh pemerintah" . Ah bapak, seandainya saya jadi anda, saya tak kan izinkan mereka jadi PRT sejak semula. Akan saya berikan pendidikan, supaya Indonesia tak hanya dikenal sebagai salah satu negera terbesar pengirim tenaga kerja keluar negeri, terutama mereka yang berprofesi sebagai pembantu.
Jadi ingat sebuah iklan layanan masyarakat di Republika, bikinannya Adwork, pemenang sebuah penghargaan didunia periklanan. Gambarnya sebenarnya biasa, sebuah manusia setengah boneka yang terlihat mengepel lantai, dan atribut kebersihan lainnya, dan sebuah alat pemutar dipunggungnya. Sekilas kita bisa tahu apa pekerjaannya, tapi ada yang lebih menusuk, ternyata ditangan kanan boneka itu terlihat sebuah stempel kecil, kecil sekali, yang hanya bisa dilihat, saat kita mendekatkan mata kita, sebuah kalimat bertuliskan "made in Indonesia"
(Semoga Sang Kekasih selalu melindungi para pejuang devisa negeri ini)
Monday, May 10, 2004
INI BOROKNYA USA
Kata apa yang pantas diberikan untuk foto-foto itu? Cuma satu, biadab!
Ini hasil karya negara yang katanya penjunjung tinggi peradaban, penjunjung tinggi HAM.
Padahal Rasulullah mengajarkan kita untuk menghormati tawanan, jangan sakiti, berikan nasehat jika perlu, agar kelak hidayah Sang Kekasih, menuntunnya kembali kejalan yang benar.
Kali ini negara sombong itu membuka boroknya sendiri. Kali ini mereka jujur, membuka topeng kamuflase yang selama ini dipakai. Itulah mereka, hasil peradaban penjunjung tinggi pergaulan bebas, liberalisme, samen liven, hubungan sesama jenis, dan berhasil dalam meningkatkan kebobrokan moral mereka sendiri.
Meskipun, saudara-saudaraku di Abu Gharaib yang harus jadi tumbalnya. Muak, sedih, melihat mereka diperlakukan seperti binatang. Tak tega melihat sekelibatan foto-foto yang diperlihatkan seniorku siang itu. Bahkan manusia normal dibelahan bumi manapun akan malu. Sudah cukup Mr. Bush, sadarlah, jangan buka bobrokmu sendiri.
(Semoga saudara-saudaraku itu diberikan Sang Kekasih kesabaran)
Kata apa yang pantas diberikan untuk foto-foto itu? Cuma satu, biadab!
Ini hasil karya negara yang katanya penjunjung tinggi peradaban, penjunjung tinggi HAM.
Padahal Rasulullah mengajarkan kita untuk menghormati tawanan, jangan sakiti, berikan nasehat jika perlu, agar kelak hidayah Sang Kekasih, menuntunnya kembali kejalan yang benar.
Kali ini negara sombong itu membuka boroknya sendiri. Kali ini mereka jujur, membuka topeng kamuflase yang selama ini dipakai. Itulah mereka, hasil peradaban penjunjung tinggi pergaulan bebas, liberalisme, samen liven, hubungan sesama jenis, dan berhasil dalam meningkatkan kebobrokan moral mereka sendiri.
Meskipun, saudara-saudaraku di Abu Gharaib yang harus jadi tumbalnya. Muak, sedih, melihat mereka diperlakukan seperti binatang. Tak tega melihat sekelibatan foto-foto yang diperlihatkan seniorku siang itu. Bahkan manusia normal dibelahan bumi manapun akan malu. Sudah cukup Mr. Bush, sadarlah, jangan buka bobrokmu sendiri.
(Semoga saudara-saudaraku itu diberikan Sang Kekasih kesabaran)
Friday, May 07, 2004
KEMANA DIHABISKANNYA WAKTU
Pertemuan dengan para saudari pagi itu melahirkan kesadaran baru. Yang membuatku malu sekaligus bersyukur, bahwa aku masih diberikanNya kesempatan untuk memperbaiki diri, untuk jalani hidup lebih berarti. Sebuah rutinitas sederhana, namun efeknya luar biasa. Mengigat kembali kalam-kalam Illahi bersama saudari yang sabar membenahi jika ada kata yang salah dibaca, atau tanda-tanda bacaan yang salah diucapkan. Pagi itu hanya sebagian kecil saja dari firmanNya, yang kami harus ingat kembali.
Seorang saudari melafalkan ayat-ayat itu, fasih, bahkan kadang ia ingat artinya. Begitu pula saudari-saudari yang lain, bergantian, mereka ucapkan ayat-ayat suci itu, saling membenahi, saling mengkoreksi, jangan sampai ada yang salah, karena bisa mengubah keseluruhan artinya. Lalu tiba giliranku, seorang saudari siap dengan Al-Qur'an ditangan, siap mendengarkan. Satu demi satu, pelan-pelan, ayat itu berhasil diucapkan, hingga sampai ayat ke 15, tenggorokanku tercekat, tak kuingat sama sekali bunyinya.
Lalu memoriku terbang saat kemarin malam, kuhabiskan waktu sebanyak 30 menit untuk menonton Fear Factor di TV. Lalu kuteringat akan tayangan terbaru di TV7, yang katanya pemenang Emmy Award, Six Feet Under, kuhabiskan setengah jam menontonnya. Lalu saat kuhabiskan malam menonton satu variety show ke variety show berikutnya. Berjam-jam waktu berharga terbuang percuma, padahal waktu itu bisa dipakai untuk mengingat firmanNya. Dimana kesadaranku sebagai seorang muslimah yang katanya lebih mencintaiNya dibandingkan hal segala.
Tiba-tiba terdengar suara lembut membacakan sebaris ayat yang aku lupa. Sang saudari membantuku. Ia tidak mencela, hanya pandangannya yang teduh seakan mengingatkan, agar waktu lebih bijaksana digunakan.
(Berapa banyak firmanNya yang sudah kita ingat hingga detik ini?)
Pertemuan dengan para saudari pagi itu melahirkan kesadaran baru. Yang membuatku malu sekaligus bersyukur, bahwa aku masih diberikanNya kesempatan untuk memperbaiki diri, untuk jalani hidup lebih berarti. Sebuah rutinitas sederhana, namun efeknya luar biasa. Mengigat kembali kalam-kalam Illahi bersama saudari yang sabar membenahi jika ada kata yang salah dibaca, atau tanda-tanda bacaan yang salah diucapkan. Pagi itu hanya sebagian kecil saja dari firmanNya, yang kami harus ingat kembali.
Seorang saudari melafalkan ayat-ayat itu, fasih, bahkan kadang ia ingat artinya. Begitu pula saudari-saudari yang lain, bergantian, mereka ucapkan ayat-ayat suci itu, saling membenahi, saling mengkoreksi, jangan sampai ada yang salah, karena bisa mengubah keseluruhan artinya. Lalu tiba giliranku, seorang saudari siap dengan Al-Qur'an ditangan, siap mendengarkan. Satu demi satu, pelan-pelan, ayat itu berhasil diucapkan, hingga sampai ayat ke 15, tenggorokanku tercekat, tak kuingat sama sekali bunyinya.
Lalu memoriku terbang saat kemarin malam, kuhabiskan waktu sebanyak 30 menit untuk menonton Fear Factor di TV. Lalu kuteringat akan tayangan terbaru di TV7, yang katanya pemenang Emmy Award, Six Feet Under, kuhabiskan setengah jam menontonnya. Lalu saat kuhabiskan malam menonton satu variety show ke variety show berikutnya. Berjam-jam waktu berharga terbuang percuma, padahal waktu itu bisa dipakai untuk mengingat firmanNya. Dimana kesadaranku sebagai seorang muslimah yang katanya lebih mencintaiNya dibandingkan hal segala.
Tiba-tiba terdengar suara lembut membacakan sebaris ayat yang aku lupa. Sang saudari membantuku. Ia tidak mencela, hanya pandangannya yang teduh seakan mengingatkan, agar waktu lebih bijaksana digunakan.
(Berapa banyak firmanNya yang sudah kita ingat hingga detik ini?)
Tuesday, May 04, 2004
BAHAYA MENUNDA-NUNDA PEKERJAAN
Pertama, kita tidak dapat menjamin bahwa kita akan hidup hingga hari esok. Siapakah yang dapat memberikan jaminan kepada orang lain untuk hidup hingga esok hari, sementara kematian datang dengan tiba-tiba ia datang menjemput dengan berbagai sebab yang berbeda-beda.
Kedua, seandainya kita bisa menjamin kehidupan kita hingga hari esok, kita tetap tidak akan bebas dari berbagai aral rintangan, seperti penyakit yang datang dengan tiba-tiba, kesibukan baru atau bencana yang menimpa.
Ketiga, sesungguhnya setiap hari itu memiliki pekerjaannya masing-masing dan setiap waktu memiliki kewajibannya masing-masing. Tidak ada waktu yang kosong dari pekerjaan. Tatkala dikatakan kepada Umar Bin Abdul Aziz yang pada dirinya juga telah nampak kepayahan karena banyak bekerja. "Tangguhkanlah pekerjaan ini sampai besok", maka dia menjawab: "Pekerjaanku satu hari saja telah menguras tenagaku hingga letih, maka apakah lagi apabila pekerjaan dua hari bertumpuk kepadaku?"
Keempat, sesungguhnya mengakhirkan kepatuhan (kepada Allah) dan menunda-nunda mengerjakan kebaikan, maka nafsu akan membiasakan untuk meninggalkannya.
Kelima, sesungguhnya bekerja merupakan tugas bagi orang yang hidup. Orang yang tidak bekerja tidak berhak untuk hidup. Bekerja diperintahkan kepada seseorang selama keringatnya masih mengalir, baik pekerjaan yang berkaitan dengan urusan agama maupun yang berkaitan dengan urusan dunia.
(dari Manajemen Waktu: Yusuf Qardhawi)
Pertama, kita tidak dapat menjamin bahwa kita akan hidup hingga hari esok. Siapakah yang dapat memberikan jaminan kepada orang lain untuk hidup hingga esok hari, sementara kematian datang dengan tiba-tiba ia datang menjemput dengan berbagai sebab yang berbeda-beda.
Kedua, seandainya kita bisa menjamin kehidupan kita hingga hari esok, kita tetap tidak akan bebas dari berbagai aral rintangan, seperti penyakit yang datang dengan tiba-tiba, kesibukan baru atau bencana yang menimpa.
Ketiga, sesungguhnya setiap hari itu memiliki pekerjaannya masing-masing dan setiap waktu memiliki kewajibannya masing-masing. Tidak ada waktu yang kosong dari pekerjaan. Tatkala dikatakan kepada Umar Bin Abdul Aziz yang pada dirinya juga telah nampak kepayahan karena banyak bekerja. "Tangguhkanlah pekerjaan ini sampai besok", maka dia menjawab: "Pekerjaanku satu hari saja telah menguras tenagaku hingga letih, maka apakah lagi apabila pekerjaan dua hari bertumpuk kepadaku?"
Keempat, sesungguhnya mengakhirkan kepatuhan (kepada Allah) dan menunda-nunda mengerjakan kebaikan, maka nafsu akan membiasakan untuk meninggalkannya.
Kelima, sesungguhnya bekerja merupakan tugas bagi orang yang hidup. Orang yang tidak bekerja tidak berhak untuk hidup. Bekerja diperintahkan kepada seseorang selama keringatnya masih mengalir, baik pekerjaan yang berkaitan dengan urusan agama maupun yang berkaitan dengan urusan dunia.
(dari Manajemen Waktu: Yusuf Qardhawi)
Subscribe to:
Posts (Atom)