PERTANDA APA
Si adik riang sudah kembali, keputusannya mudah-mudahan bulat, ia akan bantu perjuangan diJakarta, bergabung bersamaku di negeri bertuhan rating ini. Bertiga, aku, Ami dan ia keluar makan malam ayam bakar yang lezat di tenda pinggir jalan. Pertemuan itu jadi ajang instropeksi sekaligus pelepas kerinduan. Ia terpekur mendengar wejangan kami, kakak-kakaknya, meskipun sesekali diselingi tawanya yang renyah, mudah-mudahan ia paham.
Tiba-tiba beberapa mobil pemadam kebakaran lewat, kami hanya celingukan. Seusai makan bersama, kami langsung menuju kantor, ternyata 2 mobil pemadam sudah diparkir diluar halaman Trans. Aku pikir, malam ini konser Iwan Fals, live, mungkin untuk mengusir penggemar yang nakal atau suka cari ribut, seperti mengusir pendemo. Tapi semakin kedalam, semakin banyak petugas pemadam dan polisi, 2 orang office boy membawa 2 ember berisi air. Semakin kedalam semakin ramai, tangga darurat dipenuhi air, orang-orang sibuk hilir mudik. Studio 4 terbakar! asapnya memenuhi ruang redaksi pemberitaan, semua komputer dimatikan, termasuk alat editku si Premiere. Semua sibuk memadamkan api dan membuang air lewat tangga darurat, teman-teman pemberitaan banyak yang menangis.
Aku hanya melihat-lihat, tidak membantu apa-apa, ada yang ahlinya sudah menangani, jangan sampai malah merepotkan karena bersikap bak pahlawan. Langsung menuju lantai 2, shalat Isya bareng Mona, cuma doa yang bisa kupanjatkan. TV masih menampilkan Iwan Fals dan Andi rif, live di Studio 1, hebat, dengan penonton yang tetap gembira, padahal satu lantai diatasnya sedang kritis. Ada pertanda apa? Apa ini kompensasi Sang Kekasih karena dag dig dut masih terus tayang? Apa ini peringatan karena tayangan klenik masih terus diproduksi? Atau ini hanya sekedar hasil dari kelalaian manusia belaka? Wallahualam...
(Mungkin kini saatnya kita kembali instropeksi diri)
No comments:
Post a Comment