Wednesday, August 30, 2006

HALAQAH TERCINTA

Hanya bisa memvonis dan berkaca-kaca, tanpa mencari tahu apa yang sedang dialami sang mad'u. Bertanya kemunduran yang dialami, tanpa menyelidiki apa yang bergejolak didalam hati. Berharap sang mad'u bersikap dewasa, padahal tak ada salahnya pula bersikap tegas di awal-awal waktu. Seharusnya bisa terlebih dahulu bicara dari hati-kehati, sebelum membicarakan secara terbuka kemunduran salah satu sister yang katanya mereka cinta.

Ah, seharusnya aku berpikiran positif, saat sang bidadari datang menyambangi. Ya, itu sebutan untuk guruku, yang menurutku sempurna. Cantik, berpendidikan dan hidup berkecukupan. Menanyakan tentang prioritasku terhadap perkumpulan itu. Perkumpulan tiap pekan, yang didalamnya terdapat sisters dengan berbagai latar belakang. Yang mulai sering kutinggal karena aktifitasku sebagai penyampai fakta. Pun tugas-tugas yang belum terselesaikan sebagai pengganti ketidakhadiranku diberbagai acara.

Tapi aku sungguh bersyukur, kehadiran sang bidadari justru adalah cambuk yang membangunkanku dari keterpurukan. Cambuk yang menyadarkanku tuk kembali semangat untuk mengejar segala ketertinggalan. Cambuk yang menawarkan ujungnya tuk selamatkan diriku dari keterhanyutan. Sejauh kumasih merasa memerlukan kehadiran mereka untuk saling memotivasi dalam beribadah, meotivasi untuk saling mendekatkan diri kepadaNya.

(Insya Allah, kan kucoba memperbaiki segala hal yang ternah tertinggal)