Tuesday, March 28, 2006

MERASA BUNDA




Inikah rasanya mengandung benih suci itu didalam rahim. Tiada nyaman, tiada ringan. Apalagi disaat beban pekerjaan tak pernah surut. Ingin hati memberikan yang terbaik, tapi apa daya kadang tenaga tak ada.

"Waktu mama ngandung kamu, sampai kamu lahir, masih mual-mual..."

Duh Bunda, si wonder woman. Aku memang gak sepadan. Kau sudah terbiasa mandiri sejak belia. Hingga kinipun kami sudah beranjak dewasa. Dengan penuh kesabaran masih kau tapakkan kaki tua itu untuk mengumpulkan sekeping rizki-Nya.

Jadi ingat, saat kau pernah bercerita. Bekerja, bekerja dan bekerja adalah aktifitas yang tak penah henti kau lakukan, bahkan saat mengandung ke-4 anakmu. Tak bekerja, justru membuat tubuhmu sakit tak karuan. Bagaimana bisa? Bahkan kini baru kukandung benih pertamaku saja, rasanya semua tenaga sudah habis terkuras. Untung ada kau selalu disisi, yang siap memberikan bantuan kapan saja, bahkan untuk melakukan pekerjaan yang sesungguhnya sudah tak layak dilakukan Bunda mulia seperti dirimu.

Pagi saat semburat merah itu hadir di ufuk angkasa, terdengar suaramu lirih mencoba membaca firman-Nya... terbata-bata. Alunan nadanya sudah jauh lebih indah dari hari-hari sebelumnya. Lalu dimulailah gerakan-gerakan senam itu, katamu itu gerakan senam terapi air Hembing, membuat tubuhmu jauh lebih sehat. Tak lama gemericik air terdengar diair terjun minimu, tak lupa menyirami mahluk Sang Kekasih lainnya, agar tumbuhnya tetap hijau dan memberikan ketenangan saat dipandang.

Hatimu tetap tenang, masih sempat tertawa saat beban hidup kian menghimpit dada. Tanpa pamrih, itu kuncinya. Lakukan semuanya dengan ikhlas, untuk 4 buah hatimu tercinta, maka semuanya...kan tampak indah dan bersahaja...

(Ah Bunda, tak layak kumerasa dirimu)